"Gendis ada, Bang?"
Bisma mengamati penampilan cowok itu, high quality. Buset, si Gendis masang susuk di mana?
"Lagi keluar sama mama. Ada perlu apa, ya?"
"Masalah sekolah aja, Bang. Kebetulan saya guru biologinya."
Pemuda yang usianya sekitar dua puluhan itu tersenyum ramah. Seperti senyum mas-mas alpa. Kinderjoynya Kakak, lagi diskon ....
"Oh, Pak guru." Rosi tersenyum-senyum mengamati pak guru muda yang bernama Keanu. Kek apa? Kek anu ....
Pak guru memutuskan menunggu Gendis, karena sepertinya ini masalah penting. Bisma mau tak mau terpaksa menemani.
"Ros, jangan liatin anak orang kaya gitu. Nanti dia bisa sawan." Bisma mencolek lengan Rosi.
"Alah, bilang aja lo cemburu, Bang!" Rosi segera menghempaskan tangan Bisma.
"Jangan sentuh gue dengan tangan kotor lo, Bang. Gue merasa ternoda. Gue mandi kembang tujuh rupa juga nggak bakal cukup."
"Maaf, Pak guru. Dia fresh graduated RSJ Grogol, cumlaude lagi." Bisma tersenyum ke arah guru muda itu.
"Nggak papa, Bang. Yang penting obatnya jangan sampai telat." Pak guru itu ternyata suka ngocol juga.
"Ros, masuk gih. Cuci piring kek, cuci darah kek." Bisma mengkode Rosi dengan mata, menyuruh masuk.
Bisma merasa risih karena Rosi terang-terangan memelototi pak guru sampai matanya keluar emot dollar.
"Gendis anaknya kalau di sekolah gimana, Pak?" Bisma berbasa-basi.
"Baik, Bang. Cuma keseringan tidur di kelas. Itu kenapa, ya, Bang? Apa semalaman dia jaga lilin?"
"Pak guru bisa aja. Pasti muridnya seneng di ajar sama pak guru. Berasa nonton stand up comedy." Rosi mencolek lengan pak guru.
"Biar anak-anak pada nggak boring, Mbak. Kadang-kadang saya juga sering bagi give away, biar mereka semangat sekolah."
"Pak guru teladan. Udah kek Baim Wong ya, Pak? Btw bagi-bagi give away gitu asal dananya dari mana, Pak? Bapak punya usaha sampingan? Atau ikut trading gitu?"
Bisma ikut penasaran, jangan-jangan pak guru ini produser uang kaget atau bedah rumah. Soalnya dermawan banget, kek Doni Salmanan yang sering bagi-bagi motor di utub.
"Oh itu, sistemnya dari siswa untuk siswa." Pak guru tersenyum simpul.
"Hah? Gimana-gimana, Pak?" Bisma tak paham dengan metode mengajar guru gaul satu ini.
"Kalau ada siswa yang melanggar peraturan saya denda. Tidur di kelas dendanya lima ribu per jam, berlaku kelipatan. Nggak ngerjain PR denda seratus ribu. Terlambat lima ratus ribu. Kelamaan di toilet tiga ratus ribu, bolos satu juta."
Bisma menggaruk pelipisnya, "Udah kayak dirjen pajak ya, Pak?"
"Kan kembalinya ke siswa lagi. Kalau ada yang berprestasi nanti dapat reward, peringkat satu dapat motor matic, peringkat dua dapat kipas angin, peringkat tiga dapat setrika."
"Oh, sejenis koperasi simpan pinjam gitu, ya?" Bisma memotong dengan gemas, ada gitu guru model begini?
"Bisa dibilang begitu." Pak guru cengengesan, memamerkan giginya yang putih. Bisma sampai silau. Buset, gigi pak guru di veneer lho, satu rahangnya seratus juta, Bok!
Bisma jadi penasaran, ia melirik tongkrongan Pak guru, kuda jingkrak alias Ferari. Ternyata jadi guru itu prospeknya bagus. Bisma jadi kepikiran untuk banting setir.
Jadi guru olahraga kayaknya asik.
"Terus kedatangan Pak guru kemari buat apa, ya?" Bisma jadi curiga.
Pak guru mengeluarkan buku panjang, mirip buku yang selalu diketekin kang kredit keliling.
Gue yakin 'tuh buku rasanya asem, kelamaan difermentasi, batin Bisma.
"Gendis belum bayar denda."
Bisma mendesah, "Sudah ku duga."
"Dendanya berapa, Pak guru?" Bisma meraskan hawa-hawa nggak enak.
"Nggak banyak, dua juta aja."
Bertepatan dengan itu Gendis baru turun dari bajai bersama mamanya, mereka baru pulang dari pasar.
Bisma membantu membongkar muatan mereka. Udah kek kuli pelabuhan, yes.
"Mama buruan masuk. Biar Bisma yang beresin ini belanjaan."
"Ada tamu, ya?" Hana berbisik sambil membayar ongkos bajai.
"Gurunya Gendis."
"Hah? Pak guru?" Perasan Gendis nggak enak, tiba-tiba perutnya mulas.
Hana segera masuk setelah menyapa pak guru sebentar. Tinggal Bisma, Rosi, Gendis dan Pak guru di teras.
"Parah, lo, Dis." Rosi geleng-geleng kepala sebelum ikut masuk rumah.
"Gendis, ini bayar dendanya via gopay apa ovo?" Pak guru itu bertanya langsung pada intinya.
"Kredit lunak, ada nggak, Pak?" Gendis gemetar. Apalagi ditatap Bisma dengan tajam.
"Emang kesalahan Gendis apa, Pak?" tanya Bisma dingin. Jantung Gendis deg-degan parah, seperti bedug lebaran.
"Dia bolos dua hari," kata pak guru sambil tersenyum.
"Apa!"
***
Hayoloh, si Gendis ngelayap ke mana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...