Nathan sudah diperbolehkan pulang, Nayla membawanya pulang ke rumah orang tuanya. Tentu saja membuat Bisma protes.
"Kenapa nggak pulang ke rumah mama aja, sih, Nay?"
"Eh, nggak boleh, ya. Kalian ini harus dipingit!" Hana menjawab pertanyaan Bisma sambil berkacak pinggang.
"Apaan, sih, Ma? Kayak orang baru menikah aja?" Bisma protes keras.
Nayla tersenyum melihat wajah Bisma yang merajuk kepada mamanya.
"Satu minggu aja! Masak nggak sabar?" Hana melotot.
"Gimana nanti kalau Nathan nyariin aku?" Bisma mencari alasan.
"Video call 'kan bisa? Biar nanti Mama yang kasih tau. Bayi itu lebih mudah dibriefing daripada kamu!" Hana menjewer telinga Bisma.
Nayla hanya tersenyum menyaksikan, tanpa ada niatan membantu Bisma.
***
"Papapa?" Nathan heran kenapa Bisma tak ikut tinggal bersamanya.
"Iya, nanti papa datang lagi. Kamu baik-baik di sini, ya. Jangan rewel, nurut sama mama." Bisma mencium kepala Nathan.
"Papapa!" Nathan memegangi ujung kemeja Bisma, tak mau ditinggal.
Nayla berjongkok di depan Nathan sambil mengelus kepalanya, "Papa pulang dulu, ya. Besok datang lagi, terus kita jalan-jalan."
"Aalan-alan?" Mata Nathan membulat.
Nayla mengangguk, "Iya, seharian." Nayla menoleh ke arah Bisma, "Iya 'kan, Papa?"
Bisma menggaruk rambutnya, "Tapi, Nay ... kata mama ...." Hana memang melarang mereka bertemu sampai hari pernikahan nanti.
Nayla mengedipkan mata, menyuruh Bisma mengiyakan saja kata-katanya.
"Sama anak nggak boleh bohong, Nay." Bisma berbisik. Wajahnya sangat dekat dengan wajah Nayla. Sampai Nayla bisa mencium bau parfum Bisma. Nayla malu dan buru-buru menghindar.
"Mamama! Kis! Kis!"
Nathan menyuruh Bisma mencium mamanya sebelum pulang. Wajah Nayla memerah. Ada-ada saja anaknya ini. Dia meniru kebiasaan opanya, yang selalu mencium omanya sebelum berangkat bekerja.
Bisma mendekatkan wajahnya ke wajah Nayla. Membuat mata Nayla melotot.
"Mau apa?"
"Disuruh Nathan." Bisma beralasan. Dia dengan senang hati melaksanakan tugas mulia dari sang putera mahkota.
"Nggak usah aneh-aneh." Nayla mendorong tubuh Bisma.
"Mamama! Kis! Kis!"
"Tuh 'kan?" Bisma kembali mendekatkan wajahnya.
"Dia bilang mau pipis. Iya 'kan sayang? Kamu mau pipis 'kan?" Nayla pura-pura memeriksa celana Nathan.
Nathan memutar bola mata malas. Yang ini meniru kebiasaan Bisma.
"Mamama! Kis! Kis!" Nathan memajukan bibirnya. Nayla tak bisa mengelak lagi.
"Aduh, lama deh." Bisma ikut memutar bola mata malas.
Cup!
Wajah Nayla memerah saat Bisma selesai mencium dahinya. Hanya ciuman biasa, bukan ciuman bibir apalagi french kiss. Orang bilang, ciuman di dahi menandakan ketulusan.
Nathan bertepuk tangan senang.
"Kamu!" Nayla bersiap memarahi Bisma karena melakukan hal itu di depan anak kecil.
"Demi Nathan ...."
Bisma berjalan ke mobilnya sambil melambaikan tangan. Nayla hanya memandangi punggungnya dengan kesal.
"Nathan, kamu kok gitu?" Nayla menyalahkan Nathan.
"Dah! Dah! Asuk!" (Udah! Udah! Masuk!) Bayi itu malah masuk ke rumah dengan santainya.
***
Bisma tersenyum sepanjang jalan pulang ke rumahnya. Ia teringat kejadian tadi. Kelak ia akan sering-sering mencium Nayla. Sebelum tidur, bangun tidur, sebelum berangkat kerja.
Membayangkan saja sudah membuatnya senang.
Ngomong-ngomong soal bekerja, ia sudah memutuskan untuk resign dari tempatnya bekerja. Ia tak mau membuang waktu di laut. Ia akan mencari pekerjaan yang lain. Agar bisa menemani keluarga kecilnya.
Keluarga kecilnya ....
Bisma tersenyum, ia mengulangi kata-kata itu berulang-ulang. Hatinya merasa hangat.
"Akhirnya gue jadi bapak instan."
***
Nggak cuma mi instan ya 'kan? Ada juga bapak instan. Btw udah baca cerita gue yang Suami Instan belum? Jjiah ... Gue malah promo 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...