"Dis, bangunin Bisma. Dari tadi Mama nggak lihat itu anak. Biasanya kalau subuh jogging." Hana menghampiri Gendis yang sedang asyik nonton TV.
Dengan ogah-ogahan Gendis naik ke kamar abangnya.
"Bang, bangun!" Gendis menggedor kamar Bisma.
Tak ada sahutan ....
"Bang, makan. Ntar mati loh!"
Gendis jadi curiga. Ia segera masuk ke kamar Bisma yang tidak terkunci. Kosong. Paling lagi mandi.
Tapi tidak terdengar suara air dari kamar mandi. Oh, paling boker.
"Bang, lo lagi semedi?"
Sepi ....
Pandangan Gendis mengarah ke kotak di atas nakas. Ada 5 kotak banyaknya.
"Lah, dia mau bagi-bagi doorprise."
Gendis tertawa riang, ia dengan semangat memeriksa kotak-kotak yang masing-masing sudah diberi nama.
Gendis mengambil tumpukan paling atas. Tertulis nama Nayla. Kerena penasaran isinya, Gendis pun membukanya.
Di dalamnya ada kotak yang lebih kecil. Bertuliskan ....
Gendis, ini bukan buat lo! Jangan berani-berani buka. Gue sumpahin tangan lo korengan!
Gendis mencebik. Ia tak peduli, ia tetap membuka kotak itu. Di dalamnya ada kotak yang lebih kecil lagi, bertuliskan ....
Gendis, lo jangan bandel! Udah gue bilang jangan dibuka. Lo mau tangan lo gorengan beneran? Buruan kasih ke Nayla!
Sepertinya Bisma sudah memprediksi sifat Gendis yang selalu kepo.
"Bodo! Kasih saja sendiri."
Gendis melewatkan kotak untuk Nayla. Ia mencari kotak yang bertulis namanya. Gendis bogel!
Ia membuka isinya, ada sebuah sepatu Jordan limited edition. Gendis tertawa senang dan langsung mencobanya, tiba-tiba sebuah surat terjatuh.
"Apaan, nih? Pakai surat segala. Udah kayak wasiat aja."
Gendis membuka lembaran surat itu. Tampak tulisan tangan Bisma yang cukup rapi.
Untuk adek gue Gendis. Gelo n sadis.
Waktu lo baca surat ini, mungkin gue udah nggak ada.Gendis menutup mulutnya,
"Hah, jangan-jangan bang Bisma bunuh diri!"
Gendis membaca paragraf ke dua.
Jangan buru-buru manggil mama Papa. Gue belum meninggal. Maksud gue, gue udah nggak ada di darat. Gue memutuskan nerima tawaran kerja di kapal pesiar.
Yah, lo kan tau impian gue sejak kecil. Gue pingin berlayar keliling dunia. Gue nggak kerasan di darat, bikin gue gatal-gatal, sesak nafas, bibir pecah-pecah dan susah buang air besar.
Kayak gejala panas dalam ...
Nggak usah ketawa, lo jelek kalau ketawa. Gigi lo ada kangkungnya! Gue hafal jadwal mama masak kangkung, setiap hari Kamis.
Gendis mencoba menahan air matanya. Ia mencoba mencari kaca.
"Ih, gigi gue nggak ada kangkungnya. Cuma nyelip cabe dikit."
Gendis meneruskan membaca surat dari Bisma.
Lo baik-baik jaga mama papa. Jangan keluyuran terus, jangan malakin duit bang Anta terus. Kasian nanti dia bokek. Nggak punya duit buat beli susu sama pempers anaknya.
Oh, ya. Sepatu yang gue kasih ke lo itu Jordan KW super Mangga Dua. Kata penjualnya dupe super, kagak bakal ketauan kok.
Jangan nanya kapan gue balik, gue juga nggak tau. Kalau lo kangen gue, lo liat foto gue aja. Udah gue pajang di pigura, ada di kamar lo.
Selamat tinggal adek gue yang paling gue sayang, tapi boong.
Jangan buru-buru kawin. Tungguin gue pulang, tapi kalau lo udah kebelet ya nggak papa.
Dari abang lo yang paling ganteng dan dermawan.
Bisma.
Mata Gendis berlinang setelah membaca surat dari Bisma. Ia segera berlari mencari mamanya.
"Ma, Mama!"
"Iya, Dis. Ada apa? Ribut banget? Mana Bisma?" Hana heran melihat Gendis turun seorang diri.
"Bang Bisma udah nggak ada."
"Apa?"
***
Heh, Gendis! Lo kalau ngomong yang lengkap ngapa? Ntar mak lo jantungan baru tau rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...