31

7.1K 785 6
                                    

"Bang, bangun! Di suruh mama makan." Gendis membangunkan Bisma.

Saat Bisma menoleh, Gendis kaget sekali, "Muka lo kenapa? Udah kayak zombie. Lingkaran mata lo udah kayak black hole."

"Gue ngantuk banget, semalam nggak bisa tidur." Bisma mengeluh.

"Kenapa? Lo amnesia?" tanya Gendis khawatir.

"Insomnia, Markonah!" Bisma memutar bola mata malas.

"Kok bisa? Biasanya lo kebo, kena kipas angin dikit juga udah molor."

"Semalam itu ada yang manggil-manggil gue. Papapa! Papapa!"

"Elah, baru sehari ditinggal anak bini pergi, udah kebayang-bayang aja lo." Gendis terkekeh.

"Kayaknya kamar gue ada jurignya." Bisma memijat tengkuknya.

"Elo, sih. Nggak pernah sholat."

"Enak aja, emang kalau gue sholat harus ngasih tau warga sekampung. Ntar aja kalau udah waktunya lo disholatin."

"Mulut lo, Bang. Gue belum kawin, nih." Gendis mengetuk kepalanya sendiri.

"Kalah sama kucing lo, dong." Bisma membandingkan Gendis dengan Moci.

"Gue mau ke rumah mbak Nayla, lo ikut nggak?"

Bisma ragu, sejujurnya ia masih malu bertemu mama papa Nayla.

"Ya udah, gue naik ojol aja." Gendis bersiap pergi, Bisma segera menahannya.

"Gue anterin."

***

Sampai di depan rumah Nayla, Bisma tak segera turun. Gendis menatapnya heran.

"Bang, jadi masuk nggak?"

Bisma masih diam, mengumpulkan keberanian. Ia takut memikirkan reaksi mama papa Nayla saat melihat kedatangannya.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan rumah Nayla. Seorang pria turun dari sana.
Tampak Nayla keluar rumah seorang diri. Menyambut pria itu. Sepertinya mereka sudah janjian.

Mana Nathan?

"Mbak Nayla!" Tiba-tiba Gendis turun dari mobil dan menghampiri Nayla.

"Lho, Dis? Kamu sama siapa?" Nayla kaget melihat kedatangan Gendis.

"Tuh!" Gendis mengarahkan dagunya ke arah mobil Bisma. (Sekarang udah beli mobil, ya.)

"Oh." Nayla hanya berdiri dengan salah tingkah, sampai Bisma datang menghampiri.

Nayla merasa seperti istri yang ketahuan selingkuh.

"Mau ke mana, Nay?" tanya Bisma datar.

"Mau nonton." Nayla menjawab gugup. Sedang Niko hanya tersenyum ramah ke arah Bisma.

"Nathan nggak diajak?"

"Lagi sama mama," jawab Nayla.

Rahang Bisma menegang, "Jadi kamu mau pergi senang-senang tanpa mengajak anak kita?"

Niko, Nayla dan Gendis mengernyit bersamaan. Anak kita?

"Udah aku ajak, tapi dia nggak mau." Nayla berkilah.

"Seharusnya kalau dia nggak mau, lo nggak usah berangkat. Apa pentingnya nonton, sih?" Bisma memarahi Nayla seperti seorang suami yang memarahi istrinya.

"Sini biar Nathan sama gue. Daripada lo menelantarkan dia."

Amarah Nayla ikut terpancing, "Gue nitipin dia ke mama, yang notabene neneknya. Di mana letak menelantarkannya? Apa salah kalau sekali-kali gue pingin nonton? Apa gue nggak berhak bahagia?"

Kalau sudah begini, kedua orang itu tampak seperti mantan suami istri yang sedang memperebutkan hak asuh anak.

"Gue mau ambil Nathan, biar lo bisa bebas nonton sepuasnya." Bisma bersiap masuk ke rumah Nayla.

Nayla segera mencegahnya. "Jangan masuk, orang tua gue nggak tau kalau lo udah kembali."

Niko yang merasa tidak enak, akhirnya memutuskan pulang, "Nay, lain kali aja kita nonton. Nggak papa 'kan?"

Nayla hanya mengangguk lemah, Niko juga berpamitan kepada Bisma dan Gendis.

Nayla langsung masuk ke rumah karena kesal. Bisma menahan tangannya.

"Lo marah karena nggak jadi nonton?"

"Gue marah karena lo bersikap seolah lo papanya Nathan. Denger, Bisma. Jangan hanya karena Nathan manggil lo papa, terus lo jadi seenaknya ikut campur di hidup gue."

"Gue cuma ...."

Nayla mengangkat tangan, tak mau mendengarkan penjelasan Bisma.

Bisma hanya bisa memandangi tubuh Nayla yang menghilang di balik pagar.

***

Waduh, malah marahan 😁

Istri SengketaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang