Bisma datang disambut dengan pemandangan Nayla yang sedang tidur sambil menonton TV. Lebih tepatnya TV yang sedang menonton Nayla.
Bisma tak tega membangunkan Nayla. Pria itu hanya duduk di samping Nayla. Mengamati wajah Nayla saat tidur.
Tangannya gatal ingin menyingkirkan beberapa helai rambut yang jatuh di wajah Nayla.
Orang tidur bisa cantik banget, ya? Sayang, istri abang gue ....
Nayla mencium bau makanan, ia membuka matanya dan kaget melihat Bisma sudah ada di sampingnya.
"Loh, udah balik?"
"Baru aja."
Nayla melihat tumpukan kardus martabak, ada 7 buah banyaknya.
"Martabak segitu banyak siapa yang mau makan? Di rumah 'kan nggak ada orang?"
"Gue tadi lupa nanya, lo mau rasa apa. Jadi gue beli semua varian. Masukin kulkas, kali aja besok lo kepingin lagi." Bisma menjawab cuek.
"Makasih, ya."
"Semuanya seratus lima puluh ribu."
Nayla tersenyum sambil membuka dus martabak paling atas. Ia mengambil sepotong dan memakannya.
"Enak." Nayla memberikan jempolnya di depan muka Bisma.
"Itu gue belinya di rawa bebek, tau. Mana antrinya panjang banget, ada kali satu jam. Kaki gue nggak polio aja udah syukur."
"Lo nggak makan?"
Nayla memberikan sepotong martabak untuk Bisma. Wajah Bisma memerah, ia mendekatkan wajahnya ke tangan Nayla. Mengira Nayla akan menyuapinya.
"Makan sendiri!" Nayla memutar bola mata malas.
Bisma yang kadung malu hanya bisa diam sambil memakan martabak di tangannya.
Nayla tak merasa sedari tadi Bisma memperhatikan dirinya makan. Bisma tertawa pelan melihat Nayla makan sambil belepotan.
Kenapa, sih? Perempuan kalau makan sendiri rapi. Tapi kalau bersama pria sengaja dibuat belepotan. Ini sengaja menggoda apa bagaimana? Bisma mengeluh dalam hati.
"Gigi lo ada mesesnya!"
Bisma mengulurkan kotak tissue kepada Nayla. Bisma gemas karena Nayla membersihkannya tidak benar, mesesnya makin menyebar sampai ke pipi.
Tanpa sengaja tangan Bisma terulur untuk membantu Nayla. Ia menyentuh pipi Nayla yang chubby dan menggemaskan.
"Bisma! Sakit!"
Bisma menarik tangannya mendengar teriakan Nayla.
"Ngapain lo nyubit pipi gue? Lo pikir pipi gue squishy?" Nayla berkata kesal sambil mengusap pipinya.
"Sorry, gue sengaja." Bisma buru-buru kabur ke kamarnya.
"Bisma!" Nayla melepas sandalnya dan melemparnya ke arah Bisma.
***
Bisma ingin mencuci tangannya yang belepotan di wastafel. Ia teringat, tangan itu tadi ia gunakan untuk mencubit pipi Nayla. Ia tak jadi membasuhnya. Sayang.
Bisma tersenyum seorang diri. Ia masih ingat ekspresi marah Nayla. Bisma menggelengkan kepalanya.
Bisma, lo gila.
Tiba-tiba Bisma mendengar suara sayup-sayup dari kamar Nayla. Ia mendekatkan telinganya ke tembok.
"Mama! Mas Anta! Hua ...."
Bisma segera berlari ke kamar Nayla. Terkunci.
"Nay, lo kenapa?" Bisma bertanya dengan panik. Ia menggedor pintu itu.
"Mama! Mas Anta!" Hanya itu yang bisa Bisma dengar.
Tanpa pikir panjang Bisma mendobrak pintu kamar Nayla. Ia merasakan de javu saat menolong Nayla dulu.
Pintu kamar terbuka, tampak Nayla yang sedang terduduk di lantai kamar mandi. Kakinya berlumuran darah.
"Nay! Lo kenapa? Lo udah lahiran?" Bisma mendekati Nayla.
"Gue masih hamil tiga bulan, bego! Gue habis jatuh. Perut gue sakit banget." Nayla memegangi perutnya, wajahnya pucat. Membuat Bisma semakin khawatir.
Tanpa pikir panjang ia segera menggendong Nayla. Dengan tergesa-gesa ia berjalan ke garasi.
"Ambilin kunci mobilnya."
Nayla mengambil kunci mobil Ananta di laci, dalam keadaan masih digendong Bisma.
Bisma mendudukkan Nayla di sampingnya. Ia mulai menyalakan mobil dengan panik.
"Nay, lo harus bertahan. Gue nggak mau dibunuh bang Anta kalau sampai terjadi sesuatu sama lo."
***
Cie, bapak siaga.
Yang investasi siapa, yang repot siapa 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...