Hana menagis tersedu-sedu membaca surat dari Bisma. Ia memeluk pasmina yang dibelikan Bisma untuknya.
Ma, maafin Bisma yang belum bisa bahagiain Mama.
Makasih udah lahiran Bisma ke dunia. Makasih udah selalu belain Bisma. Makasih buat semua yang udah Mama lakuin untuk Bisma.
Bisma nggak bisa balas apa-apa. Semoga Mama suka pasminanya. Maaf kalau warnanya norak. Itu Rosi yang milihin.
Sehat-sehat, ya, Ma. Tungguin Bisma pulang. Mama jangan terlalu malam nonton sinetron azabnya.
Oh, ya. Mama kalau masak sayur oyong jangan ditambah tahu. Papa nggak suka. Papa nggak berani bilang, karena takut Mama marah.
Love you, anakmu yang paling ganteng, Bisma.
"Hua, Bisma! Anak nakal! Ngapain kamu pergi lagi? Mama benci sama kamu. Mama nggak mau pakai pashmina norak ini. Bisma! Hua ...."
"Udah, Ma. Anak bandel itu nggak usah ditangisi. Buang-buang air mata aja." Papa menenangkan mama.
"Tapi, Pa ...." Hana kaget, mata papa juga merah saat membaca surat dari Bisma.
Pa, aku nggak tau harus nulis apa. Tapi nggak enak, masa yang lain aku kasih surat, terus papa nggak?
Pa, maafin aku kalau belum bisa bikin papa bangga.
Aku nggak bisa wujudin impian papa untuk jadiin aku arsitek. Aku memang nggak seperti bang Anta.
Maaf kalau selama ini aku udah buat papa ngerasa sia-sia karena sudah ngebesarin aku.
Maaf kalau aku egois karena lebih memilih mengejar cita-cita sebagai seorang pelaut. Aku suka laut, Pa. Bukanya nenek moyangku seorang pelaut. Nggak ada ceritanya nenek moyangku seorang arsitek. Iya kan, Pa?
Semoga nanti Papa dapat menantu arsitek, biar kekecewaan Papa terobati. Jodohin aja si Gendis sama arsitek.
Semoga Papa suka pulpen nya. Maaf cuma bisa kasih pulpen. Tapi itu mahal banget lo, Pa. Paling mahal diantara kado yang lain. Jangan kasih tau yang lain, ya. Nanti mereka iri.
Pa, Mama sering ngumpetin kopi di tempat beras. Papa cari aja. Tapi jangan banyak-banyak minum kopi, nanti asam lambung Papa naik lagi.
Bisma sayang Papa. Walaupun Papa galak.
Kedua suami istri itu berpelukan setelah membaca surat Bisma.
"Ma, Bisma sudah pergi. Anta juga udah pergi. Tinggal Gendis aja. Bentar lagi dia mungkin juga pergi."
"Iya, Pa."
"Kita bikin adek gimana?"
"Papa!"
***
Gendis berkunjung ke apartemen Nayla untuk menyerahkan amanah dari Bisma. Ananta sedang berada di klinik, hanya ada Nayla bersama asisten rumah tangga di rumah.
Gendis menyerahkan kado dari Bisma, kado yang paling besar dan berat. Gendis juga penasaran isinya. Ia ingin melihat Nayla meng-unboxing kado itu di depan matanya.
"Makasih, ya, Dis. Kamu udah jauh-jauh ke sini buat ngantar ini."
"Buka dong, Mbak. Pingin tau isinya."
Nayla hanya tersenyum, "Nggak bisa, Dis. Dia nggak ngebolehin."
Nayla menunjukkan notes.
Nay, bukanya nunggu Gendis pulang, ya.
Gendis hanya mencebik kesal. Dasar Bisma pelit!
***
Bab ini isinya surat-menyurat doang, ya. Maaf kalau absurd dan mengurangi kesan sedihnya.
Buat yang udah lama ngikutin gue, pasti tau lah ya kalau sebenarnya genre gue 'tuh komedi romantis. Nggak bisa gue bikin cerita yang sedih banget gitu. Pasti ada komedinya hehe ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...