Bisma mengajak keluarga kecilnya, plus sebutir baby sitter untuk makan malam di restoran resort.
"Papapa! Iyas!" Nathan kesulitan untuk memakan steak miliknya.
"Sini, biar papa potongin." Dengan sabar Bisma memotong steak milik Nathan menjadi bagian yang lebih kecil.
"Nah, sudah, yang mulia." Bisma menyerahkan piring dan garpu untuk Nathan.
"Elo, Than. Manja bener! Nih, gue mandiri. Tinggal makan doang." Rupanya Gendis ini lupa kalau Nathan adalah anak kecil yang belum genap dua tahun.
"Aw!" Tiba-tiba Gendis mengadu.
"Tuh kena azab! Makanya jangan ngatain anak kecil."
"Sakit, Bang!" Gendis memegangi mulutnya.
"Kenapa 'tuh? Gigi palsu lo copot?" Bisma bertanya asal. Sedang Nayla hanya tertawa pelan.
"Dagingnya nyangkut ke kawat gigi gue." Gendis mencoba berkumur dengan air mineral.
"Makanya, pasang behel 'tuh ke dentist. Jangan ke tukang pandai besi, apalagi ke tukang las."
"Elo, Bang. Adek kena musibah malah ngeledekin."
"Terus gue mesti panggilin tim SAR, gitu?" Bisma memutar mata.
"Lagian, lo. Perkara makan daging seuprit aja banyak banget dramanya. Kebiasaan makan daging kurban, sih." Bisma meledek lagi.
"Emang dagingnya keras, Dis? Perasaan lembut kok." Nayla mencoba makan.
"Kalau Nayla yang praktekin sih udah pasti gayanya anggun. Kek finalis miss univers. Nggak kayak lo, bar-bar kek Tirex." Bisma memuji istrinya, membuat Nayla tersipu malu.
Gendis melihat ke sekeliling, ia melihat sepasang kekasih yang sedang minum sesuatu, sepertinya segar.
"Bang, mau minum itu." Gendis menggoyang tangan Bisma. Padahal hampir saja pria itu memasukkan sepotong daging ke mulutnya. Hal itu berakibat pipinya belepotan terkena saus.
"Papapa! Memong!" (Papa cemong!) Nathan berteriak senang.
"Elo, Dis. Nggak bisa apa ngebiarin gue hidup dengan tenang? Demen banget mengganggu gue, udah kayak setan yang senang menggoda anak cucu nabi Adam." Bisma hendak mengelap bibir, namun tissue itu segera diambil alih oleh Nayla.
Asyik, musibah membawa berkah ini mah.
"Mau itu!" Gendis menunjuk-nunjuk ke meja seberang. Bisma mengikuti arah pandang Gendis.
"Astagfirullah! Lo mau mabok hela? Udah kayak chef Bobon lo!" Bisma mengusap dadanya.
"Emang itu apaan, Bang? Kok merah-merah gitu, itu es limun 'kan?" Gendis bertanya polos. Bisma hanya bisa memutar mata.
"Itu wine, Gendis! Lo tau kagak wine? Nggak tau ya udah. lo minum marimas aja." Bisma bersiap membuka mulut lagi.
"Pokonya mau itu, Bang!" Gendis merengek.
"Gaya-gayaan lo. Minum bajigur aja lo mabuk. Jangan aneh-aneh deh." Bisma melepaskan tangan Gendis. Bersiap membuka mulut lagi. Aaaa ....
"Pesenin, Bang!"
"Iya-iya, terserah lo. Entar kalau lo mabok gue nggak ada urusan, ya. Kita pura-pura nggak kenal aja." Bisma mengancam.
"Lagian, lo. Itu kelihatanya aja seger, Dis. Aslinya 'tuh pait. Lo pernah minum bensin kagak? Ya kayak gitu rasanya."
Gendis curiga, jangan-jangan Bisma berbohong.
"Kalau abis minum begituan, lo bisa mabok kek orang kesurupan. Segala jin dedemit bisa nyelip ke badan lo. Pernah nonton Naruto kagak? Noh, yang Sasuke."
"Mau lo jejeritan, aing maung! Aing maung! Terus lo makan beling kek orang debus. " Bisma menasehati Gendis seperti menasehati anak kecil. Bahkan Nathan ikut mendengarkan.
"Kamu kok paham banget, Pa? Udah pernah nyoba?" Nayla bertanya curiga.
"Eng ... Nganu, Ma ...." Bisma memujit tengkuknya.
"Nah, lo. Gue nggak ikutan." Gendis mengangkat tangan dan kabur ke kamar mandi.
***
Eng ... nganu ... Gue nggak pernah nyobain. Cuma baca di Google, suerr terkewer kewer! Minum cendol aja gue mabok.Jan lupa vomen oi ... Gue tungguin. Udah? Belum nih, gue liatin loh 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...