"Nay, I love you." Bisma mengumpulkan kemaluan eh maksudnya keberanian untuk mengatakannya.
Nayla yang baru kembali dari pipis hanya tersenyum, "Iya."
"Gitu aja tanggapannya?" Bisma kecewa, padahal ia sudah berlatih selama Nayla di kamar mandi tadi.
"Iya, sama-sama." Nayla meralat jawabannya.
"Emanganya aku bilang terimakasih, terus kamu jawab sama-sama?" Bisma malah ngambek.
"Jangan ngambek, Papa. Nanti nggak ganteng lagi loh." Nayla mengelus rahang. Bisma.
Jangan diterusin, Nay. Ntar ada yang ....
(Btw dua orang ini asyik bergombal tapi kok nggak ditimpuk orang-orang, ya?)
***
Setelah nonton frozen ....
"Bang, gue laper." Gendis mengeluh.
"Ya udah, kasih balsem aja." Bisma menjawab cuek.
"Gue laper, Bang. Bukan kembung." Gendis mengeluh.
"Lain kali tuh, kalau ngajak anak orang jalan, kasih makan kek, kasih gorengan kek."
"Bukan gue yang ngajak, tapi lo yang maksa ikit. Kalau lo lupa ...." Bisma meralat.
"Iya-iya, gue yang ikut sendiri. Kek satelit." Gendis mencebik. Abangnya ini sekarang pelit sekali. Mentang-mentang mau ngumpulin modal buat kawin.
"Mama laper?" Bisma malah bertanya pada Nayla.
Nasib-nasib, gue yang laper, orang lain yang ditanya, Gendis meratap dalam hati.
"Mama mau makan di mana?" Bisma bertanya dengan mesra, sampai Nathan yang ada di gendongannya menguap, saking mendayu-dayu suaranya.
"Di mana aja, Pa. Di hatimu juga boleh." Nayla malah menggombal, membuat Bisma terbang ke awang-awang.
Gendis mau muntah mendengar percakapan pasangan mama-papa itu.
"Jangan ke hatinya, Mbak. Hatinya kosong, nggak ada apa-apanya, ada juga sarang laba-laba."
Nayla tertawa mendengar ucapan Gendis. Sedang Bisma tangannya gatal ingin mencubit mulut Gendis yang kerjaannya nyamber kek bensin.
Bisma membawa Nayla makan di restoran Padang, atas request Nayla sendiri. Saat akan memesan makanan, mereka malah berdebat.
"Jangan paru, Papa. Nanti kolesterol." Nayla melarang.
"Nggak papa, Ma. Kolesterol udah ada obatnya. Kecuali penyakit Aids yang belum ada obatnya." Bisma menjawab. Paru adalah kesukaannya setelah tempe orek.
"Yang lain aja deh, Pa."
"Ya udah tunjang deh."
"Asam urat, Papa."
"Cumi kalau gitu. Mas, cuminya satu." Bisma tak sabar ingin segera makan.
"Jangan, Mas." Nayla membatalkan pesanan, mas pelayanannya jadi bingung.
"Terus kita makan apa, Ma? Kamu sendiri yang ngajak ke sini." Bisma mulai kesal.
"Gue aja yang makan, gue masih muda. Nggak ada riwayat kolesterol, asam urat, darah tinggi dan sebangsanya. Paling berat penyakit gue anemia." Gendis merebut buku menu.
Setelah makan di restoran Padang, mereka melanjutkan jalan-jalan lagi. Perut Gendis begah karena kebanyakan makan. Matanya juga mengantuk. Tanpa sadar ia menguap.
Nathan yang ada di gendongannya memukul wajahnya.
"Apa, sih, Than? KDRT, tau!"
"Tututu! Lalala!" (Tutup mulutnya, nanti kemasukan lalat.)
"Di emol nggak ada lalat, ada juga tawon." Gendis ini paham banget bahasa bayi, ya. Hebat!
Saat melewati toko perhiasan, Bisma berhenti sejenak.
"Nah, lo. Asam urat kambuh habis makan cumi pasti!" Gendis meledek. Bisma mengabaikannya.
"Nay, ayo ke sana."
Dahi Nayla berkerut, "Buat apa?"
"Beli cincin."
"Cincin yang dulu masih ada, masih aku simpen kok."
"Buang aja, Nay."
"Buat gue aja!" Gendis segera menyela. Itu emas main buang aja, dikira batu kerikil apa?
"Kenapa dibuang?" tanya Nayla polos.
"Cincin itu mengingatkan masa lalu kita yang nggak enak." Bisma menjawab.
"Mau aja, Mbak. Yang lama biar gue tampung." Gendis mengompori.
"Oke." Akhirnya Nayla setuju untuk membeli cincin.
***
Nayla kebingungan memilih model cincin. Semuanya bagus. Apa beli semuanya aja? Jari cuma sepuluh, bisa-bisa jadi Tessi wanna be.
"Model cincin yang lama itu bagus," kata Nayla.
"Kita cari yang mirip, ya?" Mata Bisma menjelajah katalog.
"Itu ... Kamu yang pilih?" tanya Nayla lagi.
Bisma menggeleng, "Mama yang pilih, aku mana ngerti begituan, Nay."
Boro-boro milih cincin, saat itu Bisma tak antusias sama sekali dengan pernikahannya. Semua Hana yang mengatur, ia terima beres saja. Namanya juga nikah terpaksa ya 'kan?
"Sekarang, aku mau kamu yang pilih buat aku."
***
Pilihin, Bang. Yang paling gede dan mahal, kek cincin Thanos 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...