5

12.8K 1.2K 43
                                    

"Kapan lo akan mengurus surat perceraian kita?" Pertanyaan Nayla membuyarkan lamunan Bisma.

"Kapan-kapan, gue sibuk." Bisma menjawab malas sambil mengunyah rotinya.

Nayla hanya bisa menghela nafas, ia tidak bisa melakukan apa-apa. Tak mungkin ia menyeret Bisma ke pengadilan agama.

"Anak gue butuh akta nikah." Nayla mengusap perutnya.

"Biar anak lo tau. Kalau ibunya punya suami dua. Anak lo pasti bangga." Bisma tertawa sinis.

"Lo kapan dewasanya, sih?" Nayla menatap Bisma dengan mata berkaca-kaca.

"Sepertinya lo keberatan nama. Papa salah ngasih nama lo Bisma. Seharusnya nama lo itu Sangkuni."

"Terus lo Drupadi." Bisma membalas ucapan Nayla.

(Dalam cerita pewayangan, Bisma digambarkan sebagai sosok yang bijaksana. Sedang Drupadi adalah istri Pandawa. Jadi Pandawa lima itu suaminya semua. Sedang Sangkuni adalah sosok licik kang adu domba. Aduh, gue kebanyakan nonton Mahabharata 😁)

***

Setelah mengurus surat pengunduran dirinya di ekspedisi tempatnya bekerja, Bisma menghabiskan waktunya di kafe langganannya dulu.

Ia memutuskan berhenti jadi pelaut. Peristiwa perompakan yang hampir merenggut nyawanya tempo hari telah membuatnya trauma.

Saat itu ia takut tak bisa bertemu dengan keluarganya lagi. Dan juga ... Nayla.

"Bang Bisma 'kan?"

Seseorang meenepuk bahunya, Bisma menoleh dengan malas.

"Ha iya, beneran Bang Bisma!"

Gadis berkostum sapi itu bersiap memeluk Bisma. Tapi Bisma mendorong dahi gadis itu dengan telunjuknya.

"Lo gembel dari mana?"

Gadis itu merengut, Bisma tak ingat padanya.

"Gue Rosi." Gadis itu mengedipkan matanya ke arah Bisma.

"Lo kremian, Mbak?" Bisma begidik ngeri. Kafe macam apa ini? Segala orang gila, gembel dibiarkan masuk.

"Masa nggak inget? Gue Rosi, Lossi ...."

Bisma menagamati wajah gadis itu baik-baik, sepertinya pernah melihat spesies semacam ini. Tapi di mana, ya?

"Lo si cadel?" Bisma menyipitkan mata.

"Akhirnya inget juga!" Rosi bertepuk tangan senang.

"Cadel si pesek, gendut, kang ngompol?" Bisma memastikan.

"Iyaaa ...." Rosi memutar bola mata malas.

"Masih idup aja lo?" Bisma mengacak rambut Rosi.

Bisma ingat Rosi adalah gadis kecil anak tetangganya yang selalu mengikutinya kesana kemari. Mereka berpisah karena keluarga gadis itu pindah ke Lampung.

"Ngapain lo kesini? Emang sodara lo nggak nyariin?"

"Sodara siapa? Gue anak tunggal." Rosi mencebik.

"Sodara lo di Way Kambas. Gajah Lampung."

"Abang, ih. Gigit nih." Rosi pura-pura marah.

"Baju lo aneh." Bisma mengamati penampilan Rosi. Gadis itu mengenakan kostum sapi berwarna pink.

"Gue brand ambassador, tau."

"Bilang aja sales." Bisma meledek.

Rosi menghela nafas,"Iya, Bang. Susah banget bertahan hidup di Kota. Kalau nggak kuat iman, bisa-bisa gue open BO."

"Lo jual apa?" Bisma melirik troli yang dibawa Rosi.

"Gue jual susu. Eh, maksudnya susu sapi, bukan susu gue." Rosi segera mengeluarkan dagangannya dan menata di atas meja.

Bisma melongok ke troli Rosi,"Tinggal berapa?"

"Tinggal dua dus, satu dus isinya dua puluh." Rosi memberikan sekotak susu yang sudah dicoblosnya kepada Bisma.

Bisma mencoba meminumnya, "Susu lo enak. Gue beli semua."

"Alhamdulillah, rejeki anak soleh. Abang suka susu?" Dengan semangat Rosi menyiapkan barang dagangannya.

"Suka, apalagi yang pink."

Bisma melihat arlojinya, sudah sore. Ia ingin pulang tapi malas. Malas bertemu Nayla.

"Mau pulang, Bang?" tanya Rosi.

"Iya. Mau ikut?" Bisma segera berdiri. Sebenarnya ia sedang menunggu taksi online.

"Lets go!" Dengan riang Rosi mengikuti Bisma. Dengan riang gadis itu memindahkan isi trolinya ke bagasi taksi online yang sudah dipesan Bisma.

Bisma hanya bisa menggeleng pelan, "Padahal gue cuma basa-basi loh."

***

Ngomongin si Cadel, gue jadi inget Denis yang suka nongki di mall mevvah 😁

Istri SengketaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang