46

6.3K 653 21
                                    

"Apa? Kalian mau bulan madu keliling dunia?" Hana berteriak-teriak histeris.

"Iya, Ma. Biasa aja kali. Kami cuma mau bulan madu keliling dunia, bukan keliling Pluto." Bisma memutar bola mata.

"Iya, tapi kenapa pakai ngajak Nathan segala, sih? Dia 'kan masih kecil. Nggak pernah pergi jauh juga. Paling jauh ke alun-alun doang." Hana khawatir dengan keadaan cucu semata wayangnya.

"Nggak papa, Ma. Kan dia perginya sama mama papanya bukan ngebolang sendiri kayak film Baby's Day Out."

Ituloh, film bayi yang keluyuran sendiri, terus mau diculik. Tau nggak? Nggak tau ya udah, bye!

"Tetap aja Mama khawatir."

Hana memilin ujung bajunya, "Kecuali kalau Omanya ikut. Biar ada yang jagain dia."

Bisma memutar mata, "Ini sih, modusnya Mama aja. Bilang aja mau ikut."

"Mama 'kan pingin juga ngerasain naik kapal pesiar keliling dunia, eron de wot gitu." (arround the world maksudnya, Gaes).

"Buat Mama nanti aja, ya? Lagian Mama 'kan belum pergi ke Arab. Ke Arab dulu, baru eron de wot, oke?" Bisma memijat pundak mamanya.

Sebenarnya Bisma sudah mendaftarkan mamanya pergi haji, sepuluh tahun lagi. Tau 'kan orang haji sekarang antriannya kayak di Padang Mahsyar? Panjang bener.

"Gue diajak, dong. Gue 'kan mbok emban sang putera mahkota?" Gendis menatap Bisma dengan poppy eyes.

"Lo kira tiketnya murah? Ini aja bekas operasi gue masih nyut-nyutan. Gue abis jual ginjal tau nggak?"

"Yah, kan ginjal lo masih ada sebelah, Bang?"

"Yang sebelah buat biaya Nathan kuliah nanti. Lagian kalau ginjal gue jual semua, terus diganti pakai apa? Bola bekel?" Bisma menjitak kepala Gendis.

"Gue pernah liat di sinetron azab, abang pelit matinya diseruduk banteng." Gendis mengancam halus.

(Ngancem halus 'tuh macam mana, Gaes?)

"Ntar aja lah, kalau lo bulan madu sama laki lo. Terserah lo mau ke pulaunya Dora kek, ke bikini bottom kek."

"Iya kalau laki gue tajir. Kalau bokek?" Gendis menerawang. Mengingat wajahnya yang pas-pasan nggak ada kembaliannya, pastilah jodoh yang didapat juga ala kadarnya. Jodoh 'kan cerminan diri?

"Makanya lo cari laki yang bener, seleksi dulu, kek CPNS. Jangan main asal comot di TPA (tempat pembuangan akhir)."

"Lo kira gue mau mulung?" Gendis mencebik.

"Kalau cari laki, kriterianya jangan jauh-jauh dari abang lo ini. Ganteng iya, mapan iya, badan oke." Bisma memuji dirinya jalur mandiri.

"Nggak ada kecap nomor dua!" Gendis memutar bola mata malas.

"Cari laki yang mapan, yang kerja. Jangan pacaran sama bocah. Duit aja masih minta ortu, paling pol dijajanin mi lidi ama gorio-rio. Mau lo?" Bisma memberi petuah pada abangnya.

"Katanya nggak boleh nyari gadun?"

"Nggak harus gadun, Gendis. Prospeknya nggak bagus. Biar kata hartanya banyak, ntar dibagi sama anak tiri lo. Belum lagi kalau 'tuh gadun sakit-sakitan, habis dah harta dia buat cuci darah."

Gendis berpikir, ada benarnya juga kata abangnya ini.

"Gue mau bisnis aja. Tapi gue nggak punya modal." Gendis mengkode.

"Bisnis jaman sekarang nggak usah pakai modal, ambil aja di dapur mama."

Gendis bingung dengan maksud Bisma. "Lo nyuruh gue jualan makanan?"

"Nggak, gue tau lo nggak bisa masak. Lo masak air aja keasinan."

"Terus?"

"Lo ambil mangkok, lo taruh di jembatan penyeberangan, di depan alpakampret juga bisa. Terus lo tungguin tuh, lo jongkok di depannya. Ntar duit juga jatuh sendiri."

Gendis kesulitan mencerna maksud abangnya. Tiga menit baru paham. Sementara Bisma udah keburu kabur.

"Abang! Lo nyuruh gue ngemis?"

***

Aduh, nggak tau gue mau nulis apa. Gue tulis aja apa yang terpikir di otak gue. Moga nggak prik, crunchy dikit boleh lah ya ....

Part-part akhir ini isinya manis-manis mulu, kasian Nayla kalau dibikin mewek lagi.

Makanya gue selipin part Bisma-Gendis, biar ada asem-asemya, nggak eneg manis mulu. Biar jadi asem manis kek nano-nano (kagak diendors, suer!)

Vomen oi! Jangan berlagak amnesia ngana .... 😁

Istri SengketaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang