23

8.9K 985 50
                                    

Bisma memanfaatkan waktu liburannya untuk berjalan-jalan di sekitar pantai, sendiri.

Ma, aku pingin pulang. Tapi nggak bisa, nanti nambah masalah lagi. Mama papa sehat 'kan? Cucu Mama cowok apa cewek? Nayla gimana keadaanya?

Bisma menghapus pesan yang ingin ia kirimkan kepada mamanya. Ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

"Bang Bisma?"

Bisma menoleh, ah dia lagi ....

"Hah, iya. Beneran Bang Bisma. Ya ampun, gue pikir tadi gue ngehalu pas liat lo duduk di sini."

Perempuan itu, Rosi, ia mengambil tempat di samping Bisma.

"Dunia sempit, ya, Bang? Nggak nyangka bisa ketemu di sini. Nggak kerasa udah setahun." Rosi menyandarkan kepalanya di bahu Bisma.

Bisma membiarkan saja. Rosi semakin merapatkan duduknya. Saat tangannya melingkari pinggang Bisma, pria itu hanya meliriknya.

"Ros ...."

"Iya, Sayang."  Rosi menjulur lidah karena geli sendiri.

"Pantai masih luas, apa perlu lo duduk nempel-nempel gini?"

"Namanya juga kangen, Bang." Rosi semakin ndusel.

"Parfum lo wangi, Bang. Ntar gue minta sebotol. Buat gue cium-cium kalau lagi kangen sama lo." Rosi mengendus ketiak Bisma.

"Ini parfum cowok, Ros." Bisma memutar bola mata malas.

"Bang, kapan-kapan ajak gue berlayar." Rosi mengedip manja.

"Males, entar kapalnya tenggelam. Lo keberatan dosa."

"Biar kayak di Titanic, Bang. Udah cocok nama gue Ros. Ntar lo yang jadi Jack."

"Ntar gue mati dong." Bisma memutar bola mata lagi.

"Ngomong-ngomong mati, gue mau ngucapin bela sungkawa."

Bisma menegakkan tubuhnya, sampai-sampai Rosi yang sedang bersandar di tubuhnya jadi tersungkur ke pasir.

"Siapa yang mati, Ros?" Dada Bisma berdebar kencang. Ia teringat Mama papanya.

"Lah, lo belum tau?"

"Siapa yang mati, gue tanya?" Bisma dengan tak sabar mengguncang bahu Rosi.

"Bukannya lo pulang buat ngelayat? Bang Anta yang meninggal, dia kecelakaan. Baru sebulan yang lalu ...."

Bisma segera berlari meninggalkan Rosi. Ia berlari sambil menangis.

Nayla, gimana keadaan Nayla ....

***

Bisma langsung turun dari taksi online ketika sampai di depan rumahnya.

Nampak beberapa tikar terhampar di ruang tamu, seperti akan ada acara pengajian.

Yah, hari ini bertepatan dengan 40 hari Ananta meninggal.

Bisma ragu untuk masuk, ia hanya berdiri di luar pagar. Tiba-tiba seorang anak kecil keluar dari pagar, dilihat dari cara jalannya yang masih tertatih mungkin berusia sekitar setahun.

Jangan-jangan ini keponakannya .... Bisma berjongkok di depan anak kecil yang memandanginya dengan raut wajah yang menggemaskan.

"Papapa!"

Anak itu menyentuh tangan Bisma. Bisma hanya diam, ia tak tau harus bagaimana.

"Papapa?" Lagi-lagi bayi itu mengajaknya bicara.

Karena lama tak disahuti, bayi itu berteriak di depan wajah Bisma.

"Papapa! Papapa!"

Karena melihat bayi di depannya hampir menangis, mau tak mau Bisma menggendongnya.

"Bukan, gue bukan papa lo, Boy. Gue Paman lo. Paman lo yang paling ganteng, bukan paman dari desa kayak lagu anak-anak. Ini paman datang dari laut ...."

Bayi itu tak mengerti ucapan Bisma. Ia malah menyentuh wajah Bisma dengan tangannya yang belepotan air liur.

"Papapa?"

"Iya, terserah lo mau manggil apa. Tapi gue takut mak lo jadi baper kalau lo manggil gue papa."

Bayi itu bertepuk tangan, senang karena Bisma mau dipanggil papa.

"Nathan, lo di mana?" Tampak Gendis berteriak-teriak dari dalam rumah. Sepertinya gadis itu kebagian tugas untuk menjaga keponakannya. Selagi sang mama sibuk mempersiapkan acara pengajian nanti malam.

"Dididis! Dididis!" Seolah mengerti kalau namanya dipanggil, bayi itu menunjuk-nunjuk ke dalam rumah.

Gendis kaget ketika melihat keponakannya di gendong seorang pria. Saat itu posisi Bisma membelakanginya.

"Penculik! Tolong! penculik!"

Gendis berteriak-teriak sambil memanggil mamanya.

"Mama! Ada penculik! Ada penjual organ manusia!"

Sementara itu Nathan malah bertepuk tangan senang dalam gendongan Bisma.

Mendengar ada ribut-ribut, Bisma segera membalikkan badannya.

"Gendis! Ini gue!"

Gendis berhenti berteriak, ia membungkam mulutnya.

"Bang Bisma! Ya Allah, Bang Bisma? Mama, nggak jadi ada penculik!"

***
Et, dah. Si Gendis ribut banget.
Btw siapa yang seneng bang Anta mati? Berdosa kalian, ya 😁

Istri SengketaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang