"Ada apa, Nay? Nggak biasanya kamu kayak gini? Ada masalah sama keluarga suami kamu?" Papa Nayla bertanya penuh selidik.
"Nggak ada apa-apa, Pa. Aku cuma kangen sama kalian, nggak boleh?" Nayla berusaha menutupi yang terjadi.
"Boleh, boleh banget. Mama malah seneng." Mama Nayla memeluk bahu putrinya.
Setelah Ananta meninggal, mama papanya memang menyuruhnya tinggal bersama mereka. Tapi Nayla lebih memilih tinggal bersama mertuanya.
"Cucu Oma udah sarapan belum? Oma suapin, ya?"
Nathan masih merajuk, mukanya ditekuk. Ia juga tak mau menjawab omanya.
"Kenapa, nih? Kok ngambek sama Oma? Kan Oma nggak nakal?"
Nathan menunjuk Nayla, "Mamama! Acal!"
"Oh, Mama nakal, ya? Sini sama Oma aja. Biar Mama nggak ada temennya." Setelah dibujuk akhirnya Nathan mau makan. Tak lama ia kembali teringat Bisma.
"Papapa?"
Oma Nathan yang melihatnya jadi trenyuh. Ia mengira Nathan mencari mendiang papanya.
"Dia sering kayak gini, Nay?"
Nayla mengerutkan dahi, tak mengerti maksud mamanya, "Apa, Ma?"
"Nyari Ananta."
"Oh." Nayla tidak menjelaskan, kalau yang dimaksud Nathan 'papa' itu adalah Bisma.
"Papapa! Papapa!"
Air mata mama Nayla menetes, ia mengelus kepala cucunya dengan sayang, "Kasihan cucu Oma. Masih kecil udah jadi yatim. Sabar, ya, Sayang. Papa udah ada di surga."
Nathan tak mengerti maksud ucapan omanya, bayi itu tetap saja mencari Bisma.
"Papapa! Papapa!"
***
Saat akan tidur, Nathan kembali mencari Bisma. Ini karena kebiasaan Bisma yang mengajaknya main pingsan-pingsanan sebelum tidur.
"Papapa!"
Nayla mengelus kepala puteranya, "Tidur ya, Sayang. Besok kita jalan-jalan."
"Papapa?" Maksudnya, Nathan bertanya pada Nayla, Papa ikut?
"Sama Mama aja, nggak papa 'kan?"
Nathan tidur membelakangi Nayla. Dada Nayla sesak, puteranya itu sudah bergantung pada sosok Bisma.
***
Nayla sedang menemani Nathan bemain di teras. Saat itu ada sebuah mobil berhenti di depan pintu. Seorang pria berjas dokter turun dari sana.
"Papapa?" Nathan dengan semangat menghampiri mobil itu. Mengira itu adalah Bisma.
Senyumnya luntur saat yang datang pria lain.
"Halo." Sapa pria itu ramah.
Nathan diam saja, ia malah berlari mencari Nayla.
"Mamama!"
"Loh, anak Mama kenapa?"
Nathan menunjuk ke arah gerbang, Nayla menghentikan kegiatannya menyiram bunga. Ia mengikuti arah pandang puteranya.
"Niko?"
"Nay, itu anak kamu?" Niko menunjuk Nathan yang sedang bersembunyi dibalik tubuh Nayla.
"Iya, dia emang gini kalau ketemu orang baru." Kecuali Bisma ....
"Anak Mama yang ganteng, coba kasih salam sama Om." Nayla mengarahkan tangan Nathan ke arah Niko.
"Enyiong." Maksudnya anyeong haseo, ini adalah hasil didikan Gendis, ya.
"Namanya siapa?"
"Tatata."
"Oh, Tata."
"Tatata!"
"Namanya, Nathan." Nayla menghentikan perdebatan Nathan dan Niko.
Niko adalah teman Nayla saat kecil. Mereka hampir saja jadian saat awal-awal masuk SMA. Entah mengapa tak jadi.
"Loh, Niko?" Mama Nayla senang melihat teman masa kecil Nayla itu.
"Sehat, Tante?" Niko dengan sopan menyalami mama Nayla.
"Masuk." Mama Nayla menuntun tangan Niko.
"Saya sebentar aja, Tante." Niko menolak dengan halus.
"Masuk dulu lah, udah lama juga kamu nggak kesini?"
"Besok saya main lagi ke sini, janji." Niko menunjukkan jari kelingkingnya.
"Janji loh, ya!" Mama Nayla akhirnya menyerah.
"Saya ke sini mau ngasih undangan ini, Tante." Niko mengulurkan selembar undangan.
"Kamu mau menikah? Alhamdulillah." Mama Nayla mengelus kepala Niko.
Sedang Niko hanya bisa tersenyum masam.
"Bukan saya, Tante. Tapi bang Robert." Robert kakak sulung Niko.
"Oh, kirain kamu."
"Bukan, Tante. Pacar aja saya nggak punya." Niko memijat tengkuknya canggung.
"Oh, kebetulan kalau begitu." Mama Nayla tersenyum penuh arti.
"Apanya, Tante?"
"Nggak, nggak papa. Besok kamu ke sini lagi 'kan?"
"Nanti ya, Tante. Lihat jadwal dulu." Niko memang seorang dokter anak yang sangat sibuk.
"Iya deh, Tante tunggu."
"Saya pulang, ya, Tante." Niko mencium tangan mama Nayla.
"Pulang, Nay." Niko juga berpamitan pada Nathan.
Nayla hanya mengangguk, mobil Niko menghilang dari pandangan.
"Nay, Niko sekarang keren, ya?" mama Nayla menyenggol bahu Nayla.
"Iya, Ma. Dokter anak paling laris." Nayla menjawab sambil lalu.
"Kalian dulu pernah dekat 'kan?"
Nayla tak mengerti arah pembicaraan mamanya.
"Gimana kalau kalian jalan?"
"Mama!"
***
Hayoloh! Nathan mau punya papa baru 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...