"Kita jalan ke mana Nay?" Bisma bertanya sambil melihat spionnya.
"Nggak tau, tanya anaknya saja." Nayla menjawab.
Anaknya ... Anak siapa, Nay? Anak kita? Jadi baper lagi, kan?
"Papapa! Dadada!"
Bisma menghentikan motornya di pinggir jalan. Ia melambaikan tangannya di depan muka Nathan.
"Gini?"
"Dadada! Dadada!"
Bisma mengulang gerakannya, "iya, gini 'kan?"
Nayla tertawa mendengar percakapan dua orang itu. "Maksudnya, dia pingin liat kuda, Papa."
Tanpa sadar Nayla memanggil Bisma 'papa'. Jiwa kebaperan Bisma semakin bergelora.
"Tututu!" Nathan menirukan logat duo botak dari negeri jiran. Betul ... Betul ... Betul.
"Ya udah, liat kudanya di mana?" tanya Bisma.
"Lualu! Lualu!" (Hayo, siapa yang bisa nebak? Berhadiah piring cantik, nih. Iya, betul. Jawabnya alun-alun.)
"Ke alun-alun, Bis." Nayla menerjemahkan.
Wajah Bisma tampak kecewa. Kok nggak dipanggil papa lagi, sih? Panggil lagi dong, Nay ....
Alun-alun tampak ramai, Minggu pagi begini biasanya ada tukang kuda. Gendis pernah mengajak Nathan naik kuda, sekarang bayi itu ketagihan. Tiap sore minta uang buat naik kuda.
"Maibu! Maibu! Maibu!" (Lima ribu! Lima ribu!)
***
Kali ini Nathan tidak mau naik delman, bayi itu ingin naik kuda poni.
"Memang anak mama berani?" tanya Nayla.
"Ani! Ani! Ani!" kata Nathan yakin.
"Nanti nangis?" Bisma meledek Nathan (bernada seperti Kemal Pahlevi, ya)
"Papapa!" Nathan marah dan memukul wajah Bisma.
"Serang, Sayang! Jangan kasih ampun." Nayla cekikikan sambil terus mengompori puteranya.
"Parah lo, Nay. Gue jadi tau, darimana datangnya sifat bar-bar Nathan, pasti dari lo. Kalau bang Anta mah kalem."
Nayla diam saat Bisma menyebut nama mendiang suaminya, Bisma jadi merasa bersalah.
Untung tukang kuda menginterupsi, "Maaf, Bapak, Ibu. Ini jadi tidak, naik kudanya?"
***
"Papapa! Ato edi! Ato Edi!" (Hayo! Nggak tau artinya 'kan?)
Nathan mencolek-colek pipi Bisma yang sedang makan tahu bulat.
Bisma kaget mendengar ucapan Nathan. "Hah, katok pak Edi?"
(Katok itu artinya celana dalam atau celana pendek, kalau bahasa Jawa.)
Nayla tertawa mendengar ucapan Bisma, "Bukan, dia bilang cotton candy."
"Oh, gula-gula?" Bisma manggut-manggut.
"Papapa! Luan! Luan!"
"Sebentar, Sayang. Papa lagi makan." Nayla mengelus rambut Nathan.
Alhamdulillah, akhirnya dipanggil papa lagi ya Allah.
Bisma malah sibuk terharu, padahal Nathan sudah tak sabar.
"Papapa! Luaaaaan!"
***
Bisma mengamati Nathan yang sedang asyik makan cotton candy alias arum manis atau rambut nenek. Btw neneknya gaul juga, ya? Sampai rambutnya warna warni begitu.
Tanpa sadar Bisma mencomot sedikit, Nathan langsung melotot padanya.
"Papapa! Nonono!"
"Elah, pelit amat. Lagian tadi yang beli Papa." Bisma mulai senang memanggil dirinya sendiri 'papa' di depan Nathan. Sedang wajah Nayla memerah.
Bisma mencomot lagi, Nathan memukul tangannya.
"Papapa! Nonono!"
"Aduh, sakit! Nanti Papa nangis, nih?" Bisma menirukan cara Nathan mengancamnya, ia juga pura-pura mewek. Sungguh tak sinkron dengan otot bisepnya.
Nathan yang melihat Bisma mewek jadi merasa bersalah, "Papapa?" Nathan mengelus pelan rahang Bisma.
"Hayoloh papa nangis!" Nayla ikut-ikutan main drama.
Nggak sia-sia hamba mewek ya Allah, akhirnya dipanggil papa lagi sama Nayla ....
"Ayo, minta maaf ke Papa." Nayla mengarahkan tangan Nathan ke arah Bisma.
Nathan mengarahkan kelingkingnya ke arah Bisma, mengajak baikan.
"Papapa?"
Bisma menautkan kelingkingnya dengan kelingking mungil itu. Nathan tertawa senang.
"Papapa! Oyu!"
"Love you too," jawab Bisma. Ia mencium pipi Nathan dengan tulus. Nayla hampir saja menangis melihat adegan itu.
***
Kayaknya Bisma udah mulai ngerti bahasa Nathan, ya. Makin lancar nih pedekate sama mama Nayla 😘
(Emot gue berubah, ada yang nyadar nggak?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...