11

9.8K 932 21
                                    

"Bang Anta?"

Ananta segera menghampiri istrinya. Nayla segera menghambur di pelukan suaminya.

"Kenapa bisa kayak gini?" Ananta mengelus pelan rambut Nayla.

Bisma, yang merasa sudah tidak diperlukan lagi, beranjak keluar diam-diam.

"Tadi sabun mandi habis, Bang. Aku isi, terus kepenuhan. Beleber sampai lantai. Mau aku bersihin, malah kepleset hua ...." Nayla takut Ananta akan memarahinya karena ceroboh.

"Udah, jangan nangis lagi. Yang penting kamu dan bayi kita selamat."

Mama dan Gendis baru saja kembali dari musholah. Melihat Bisma yang sedang merokok di luar membuat Hana marah dan segera menghampiri.

"Ini anak, disuruh jagain Nayla malah di sini."

Bisma tak menghiraukan ucapan mamanya. Ia masih asyik merokok sambil melamun.

Nasib gue gini banget, ya. Suami yang tak dianggap ....

Hana yang merasa diabaikan menjadi marah dan menjewer telinga Bisma.

"Bisma! Kamu dengar nggak, sih, Mama ngomong?"

"Aduh, Ma." Bisma mengusap kupingnya yang terasa panas.

"Orang tua ngomong nggak didengerin, itu kuping apa kue cucur, sih?"

"Mama juga, kuping Bisma cuma dua, Ma. Kalau sampai putus nggak bisa tumbuh lagi."

"Kuping nggak ada gunanya aja. Ganti aja sama centelan panci."

Hana berlalu dan masuk ke dalam kamar Nayla. Di sana sudah ada Ananta yang sedang manyuapi Nayla.

"Nayla kenapa ditinggal di rumah, Ma?" Ananta protes ke Hana.

"Tadi niatnya sebentar aja kondangan. Nggak taunya hujan deras, banyak petir. Papa ngajakin neduh dulu." Hana menjelaskan dengan wajah bersalah.

"Tapi di rumah ada Bisma kok."

Malah lebih bahaya ... Ananta mengeluh dalam hati.

"Bang, tadi yang bawa Mbak Nayla kesini bang Bisma loh," kata Gendis.

Ananta menoleh ke arah Nayla. Nayla mengangguk membenarkan.

"Anta keluar dulu. Titip Nayla."

Ananta keluar untuk menemui Bisma. Tampak Bisma sedang merokok di luar.

"Di rumah sakit nggak boleh merokok." Ananta mengambil rokok Bisma dan mematikannya.

Bisma hanya diam.

Ananta duduk di samping Bisma. Ia menepuk pelan pundak Bisma.

"Makasih udah nyelametin istri gue."

Istri gue juga! Bisma berteriak dalam hati.

"Dokter yang nyelametin, bukan gue." Bisma berdiri dan meninggalkan abangnya.

***

Keadaan Nayla sudah membaik, ia sudah diijinkan pulang. Ananta membantu Nayla mengemasi barang-baranganya.

"Dari kemarin abang nggak kerja? Cuti?"

Ananta mengangguk pelan, ia memegang kedua bahu Nayla.

"Aku udah mikir, kayaknya aku mau resign dari rumah sakit."

"Hah? Kenapa?" tanya Nayla kaget.

"Aku ingin lebih banyak waktu buat kamu. Selama ini aku sibuk nolongin orang, tapi istri sendiri malah nggak ada yang jaga."

"Ada Mama, papa, Gendis juga." Nayla membantah.

Bisma juga ...

"Aku udah putuskan, aku mau buka klinik aja."

Nayla hanya bisa mengangguk, ia menyetujui semua keputusan suaminya.

***

Hana dan Gendis sudah menyiapkan pesta penyambutan di rumah. Sengaja Hana masak banyak sebagai syukuran atas pulangnya Nayla dari rumah sakit.

"Halo ... Halo! Rosi datang!"

Dengan riang Rosi menyapa semua yang ada di sana. Setelah meletakkan buah tangannya di dapur ia segera terjun membantu Hana.

Nayla yang juga ingin membantu malah diusir oleh Hana.

"Istirahat aja, Nay. Kamu masih lemes."

Nayla menurut, ia pergi ke kamarnya untuk istirahat.

***

Rosi ingin ditemani Bisma berbelanja ke mall. Katanya ingin mencari kado untuk temannya. Padahal cuma modus.

"Ajak Gendis aja, gue males keluar, Ros." Bisma menolak.

"Ayolah, Bang. Sebentar aja," paksa Rosi.

Bisma yang tahan karena Rosi terus merengek, akhirnya luluh.

Di dalam mall, Rosi hanya mengajak Bisma berputar-putar tanpa membeli apapun.

"Lo nyari apa, sih, Ros?" Bisma mulai bosan mengantarkan Rosi.

"Nggak jadi deh, Bang. Setelah Rosi pikir-pikir, temen Rosi itu nggak seberapa akrab juga sama Rosi."

Bisma memutar bola mata malas, rupanya ia hanya dikerjai oleh Rosi.

Saat melewati toko yang menjual perlengkapan bayi, Bisma jadi teringat Nayla.

"Ros, anterin gue ke sana."

***

Bang Bisma ini, masih aja menghalu jadi bapak siaga 😁

Istri SengketaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang