10

10.3K 1K 25
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Nayla langsung ditangani oleh dokter. Bisma dilarang ikut masuk ke ruangan.

Bisma hanya bisa berdiri di depan pintu kamar Nayla. Beberapa orang yang lewat memandang ke arahnya. Bisma mengabaikan bajunya yang terkena noda darah.

Setelah satu jam menunggu dokter menghampirinya.

"Istri anda sudah bisa ditemui. Keadaanya sudah membaik. Untung saja segera dibawa kemari." Dokter menepuk pundak Bisma sebelum pergi.

Istri anda .... Entah mengapa hatinya merasa hangat.

Ini bukan waktunya untuk baper, Bego!

Bisma mengusap wajahnya, ia segera masuk ke ruangan Nayla. Nampak Nayla yang masih tersadar.

"Nay, lo udah nggak papa?" tanya Bisma khawatir.

"Nggak papa. Makasih, ya, Bis. Gue nggak tau kalau nggak ada lo. Mungkin anak gue nggak selamat ...."

Nayla menangis sesenggukan, reflek Bisma membawa Nayla ke dalam pelukannya.

Mereka berpelukan untuk beberapa saat. Nayla mengurai pelukannya, ia mengamati keadaan Bisma yang kacau.

"Lo pulang aja."

"Tapi, Nay ...."

"Lo udah kayak mafia, darah di mana-mana. Mandi gih, ganti baju."

Bisma enggan meninggalkan Nayla. Tapi Nayla memaksanya.

"Gue udah nggak papa. Kalau perlu apa-apa gue panggil suster." Nayla meyakinkan Bisma.

"Sekalian kabarin mama papa, mas Anta juga."

Bisma mengangguk, dengan ragu meninggalkan ruangan Nayla.

***

Nayla baru saja tertidur saat mendengar suara ribut-ribut orang menangis.

"Hua ... Nayla sayang. Maafin Mama, ya. Nggak seharusnya kami ninggalin kamu di rumah." Hana memeluk menantunya.

"Hua ... Mbak Nayla. Keponakan gue masih ada 'kan?" Gendis ikut menghambur ke pelukan Nayla.

"Alhamdulillah, kandungannya nggak papa." Nayla menenangkan ibu mertua dan adik iparnya.

"Untung ada Bisma di rumah. Kalau enggak ... Hua!" Hana menangis lagi.

Ruangan Nayla jadi sangat ribut karena tangisan kedua orang itu. Kalau ada orang lewat dikira ada yang meninggal. Padahal Nayla masih sehat wal afiat.

"Gue nggak nyangka. Ternyata lo berguna juga, Bang." Gendis menepuk pundak kakaknya. Bisma hanya memutar bola mata malas.

"Anta sudah dalam perjalanan, kamu yang sabar, ya?" Hana mengelus kepala Nayla dengan lembut. Nayla hanya mengangguk.

"Mama sama Gendis mau sholat dulu, ya. Tadi kami buru-buru pulang setelah mendapat kabar dari Bisma."

"Iya, Ma. Nayla nggak papa sendirian."

Hana menoleh ke arah Bisma yang berdiri di samping pintu.

"Jagain Nayla sebentar."

Bisma hanya mengangguk. Lama juga nggak papa ....

Bisma menghampiri sofa yang ada di ruangan itu. Ia duduk di sana. Nayla mencoba memejamkan mata tapi sulit, ia haus.

Ingin meminta tolong pada Bisma tapi sungkan. Nayla hanya bisa membolak-balik tubuhnya di atas ranjang.

"Jangan banyak gerak dulu. Kata dokter Lo harus bed rest." Bisma mengingatkan.

Nayla hanya diam, ia mencoba menutup mata lagi. Tapi susah ....

"Haus?"

Nayla mengangguk, Bisma bangkit dan mengambil botol di nakas. Ia memasang sedotan dan mengarahkan ke mulut Nayla.

"Udah." Nayla mendorong pelan botol setelah hausnya hilang.

Bisma tersenyum pelan, ia sedang berhayal menjadi seorang suami siaga.

"Lo kenapa? Ngetawain gue, ya?" Nayla curiga dengan tingkah Bisma.

"Nggak. Gue cuma nguap." Bisma mengelak.

"Pasti lo capek. Pulang, tidur gih," usir Nayla sambil mendorong pelan badan Bisma.

Bisma menggeleng, "Ntar gue dibacok mama kalau ninggalin lo sendiri."

Suasana hening sesaat ... Nayla merasa sangat canggung hanya berdua dengan Bisma.

"Nay, lo nggak mau pipis?"

"Enggak."

"Yakin?"

"Lo kenapa, sih? Ngotot banget nyuruh gue pipis?"

Biar gue bisa gendong lo.

Suster masuk ke ruangan Nayla untuk mengantar obat.

"Bapak, ini ada obat buat istrinya. Nanti dibantu minum, ya?"

Setelah meletakkan obat di nakas, suster pun undur diri.

Istrinya ....

Bisma tersenyum seorang diri, membuat Nayla curiga.

"Lo kenapa, sih? Pulang sana, kayaknya lo kecapekan."

Bisma malah mendekati Nayla untuk membantunya minum obat.

"Gue bisa sendiri." Nayla menolak dibantu.

"Gue bantu. Disuruh suster." Bisma beralasan.

"Nggak usah menghayal jadi suami siaga." Nayla tahu kenapa dari tadi Bisma tertawa tak jelas.

Karena memperebutkan gelas, akhirnya airnya jadi tumpah dan membasahi baju Nayla.

Bisma dengan sigap membantu mengeringkan baju Nayla menggunakan tissue.

Tiba-tiba pintu terbuka ....

"Nay?" Nayla menoleh ke arah sumber suara. Tampak suaminya datang, masih memakai jas dokternya.

"Bang Anta?"

***
Hayoloh, lakinya udah datang. Yang mau baca adegan bunuh-bunuhan, cuss sekrol 😁

Istri SengketaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang