"Mas, bangun. Katanya mau balik ke rumah mama pagi-pagi?" Nayla mencoba membangunkan Bisma. Pria itu kebo sekali.
Padahal sebenarnya Bisma udah bangun dari sebelum subuh, cuma ia malu bertemu muka dengan Nayla.
Teringat peristiwa semalam, saat ia kehilangan keperjakaannya. (Kalau ngerasa gue nulisnya terlalu bar-bar, komen ya. Ntar gue edit).
"Mas! Bangun. Kamu nggak sholat subuh?" Nayla menggoyang kaki Bisma.
"Aku hitung sampai tiga, kalau nggak bangun aku cium!" Nayla mengancam.
Mau dooong ....
Bisma menunggu, kok lama nggak di cium-cium? Ia mengintip dari balik selimut. Tampak Nayla yang sedang duduk dengan tangan terlipat di depan dada.
"Sampai kapan mau pura-pura tidur?"
Bisma malah cengengesan, modusnya telah terbongkar.
"Ayo mandi!" perintah Nayla.
"Hah? Mandi bareng?" Bisma terkejut.
Nayla memutar bola mata malas, "Aku udah mandi, Mas. Udah sholat subuh juga. Nungguin kamu mah kelamaan."
"Oh, kirain." Bisma menggaruk kepalanya.
"Aku mau ngurusin Nathan dulu." Nayla beranjak ke luar kamar.
Bisma segera menahannya, "Nay rambut kamu jangan dijepit gitu."
Bisma melepaskan jepit rambut Nayla. Ia menutupi leher Nayla menggunakan rambutnya yang panjang. Menutupi peta negara kepulauan republik Indonesia yang ada di leher Nayla. Hasil karyanya semalam.
"Gerah, Mas." Nayla hendak memakai lagi jepit rambutnya. Ia tertawa dalam hati, senang menggoda Bisma.
"Nanti malu dilihat mama." Bisma melepaskan jepit rambut itu lagi.
"Tapi gerah ...."
"Nurut sama suami apa susahanya sih, Nay?" Bisma mulai gemas.
"Ini semua 'kan kamu yang bikin?"
"Iya, tapi jangan ditunjukin ke orang-orang juga."
"Makanya kamu jangan bikin di sini."
"Terus di mana?"
"Papapa! Mamama!"
Nathan menginterupsi perdebatan mama papanya. Balita itu sudah rapi dan wangi karena sudah dimandikan oleh Esih.
"Buruan mandi, sholat! Udah mau terang nih." Nayla keluar kamar dengan menggendong Nathan.
Bisma hanya bisa menatap frustasi, "Nay, itu peta dunia ... Argh!"
***
"Ciye, pengantin baru udah datang." Gendis menyambut Bisma dan Nayla yang baru saja turun dari taksi.
"Kompang dipalu, untuk semua ... Selamat, selamat, selamat pengantin baru." Gendis menirukan lagu di serial duo botak dari negeri jiran.
Bisma hanya memutar bola mata malas. Ia mencari keberadaan mamanya.
"Mama mana, Dis?"
"Lagi ke pasar, mau nyari jamu." Gendis menjawab sambil sibuk menowel-nowel pipi Nathan.
"Mama sakit?" Bisma bertanya khawatir.
"Nggak, tadi katanya mau nyari jamu kuat buat lo." Gendis berkata cuek, Bisma langsung membungkam mulutnya. Malu di dengar Nayla.
Nayla yang terlanjur mendengar ucapan Gendis, hanya bisa tertawa pelan.
"Mama apa-apaan, sih?" Bisma menggerutu.
"Tenang aja, pokoknya enak." Gendis mengacungkan jempolnya ke arah Nayla.
"Gendis! Lo toxic banget, sih. Kakak ipar lo 'tuh masih polos. Memangnya lo?" Bisma menyentil dahi Gendis.
Gendis mengusap dahinya kesal, "Polos apanya? Terus si Nathan ini asalnya dari mana? Dari telur pokemon? Dari dalam timun suri?"
"Dididis! Isik! Ssh! Ssh!" Nathan meletakkan telunjuknya di depan mulut, menyuruh Gendis diam. Nathan sedang fokus menonton mak Beti di ponsel Gendis.
"Eh, Than. Lo tau nggak bedanya Beti, Martha sama Merlin?" Gendis bertanya kepada Nathan.
"Wat?" (Apa 'tuh?)
"Nggak ada bedanya, orang pemerannya sama." Gendis tertawa sambil memegangi perutnya.
"Dididis pik!" (Gendis freak!)
"Dis, anak gue jangan lo ajakin nonton mak Beti mulu. Ajakin nonton Chanel Nasional Geografi kek, ruang guru kek, biar pinter." Bisma protes kepada Gendis.
"Orang sekali-kali gue ajakin nonton meme pesona Indonesia kok." Gendis membela diri. Bisma memutar bola mata malas.
"Aduh-aduh! Pengantin baru udah balik." Hana yang baru turun dari bajai segera ikut bergabung.
"Tadi Mama ke pasar." Hana memberi tahu tanpa ditempe.
"Udah sarapan 'kan?" Hana bertanya pada Bisma.
Bisma mengangguk, mencium bau-bau kejadian aneh setelah ini.
"Nih, buruan minum obat kuatnya. Biar nanti malam bisa langsung dicoba."
Tuh kaaaaaan ....
"Mama ... Apaan, sih? Malu sama Nayla." Bisma merengek seperti anak kecil.
***
Passs ... 600 kata. 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...