"Bis, beneran apa yang dibilang Gendis?" Hana segera menginterogasi Bisma.
"Nggak usah didengerin, Ma. Tuh anak memang suka ngadi-ngadi."
"Mama, sih, iyes. Lagian Mama lihat, si Nathan juga udah lengket banget sama kamu."
"Tapi Nayla gimana, Ma?" Bisma merengek pada Hana. Ia merebahkan tubuhnya di pangkuan mamanya, Hana mengelus rambutnya pelan. Umur boleh tua, tapi manjanya permanen. Nggak bisa ilang.
"Nanti biar Mama yang bicara sama dia. Biasanya kalau sama Mama dia nurut," kata Hana.
"Bisma ngomong sendiri aja, deh. Nanti kalau Mama yang ngomong, dia malah takut."
"Ya udah, terserah kamu aja. Mama doain kalian lancar, Mama seneng liat kalian bertiga. Nathan juga kelihatannya bahagia banget."
Sementara itu di kamar Nayla ....
Nayla memandang potret di ponselnya, potretnya bersama Bisma. Nayla mengusap layar ponselnya.
Nayla sadar, ia tak boleh menaruh harapan terlalu tinggi pada Bisma. Bisa saja pria itu menyayangi Nathan hanya sebatas paman dan keponakan.
Lagipula Bisma pria bebas, dia bisa pergi kemanapun sesukanya. Nayla tak bisa menahannya.
Nayla jadi takut ... Bagaimana kalau hal itu benar-benar terjadi? Nayla mengkhawatirkan perasan Nathan ... Juga perasaannya sendiri.
Nayla benci dirinya sendiri, hanya karena diberi sedikit harapan oleh Bisma, dia sudah berharap lagi.
Nayla menghapus foto Bisma dari ponselnya dengan berat hati. Perasaan ini tak bisa dibiarkan tumbuh.
***
Bisma bangun tidur kesiangan, biasanya ada alarm hidup yang membangunkannya. Papapa!
Tapi sekarang suasana begitu sunyi, Bisma turun ke dapur untuk mencari 'anaknya'.
Di lorong, kebetulan ia bertemu dengan Gendis, "Dis, Nathan udah mandi?"
"Udah, Bang."
"Terus mana sekarang?" Bisma melihat ke sekeliling, sepi.
"Dibawa mbak Nayla nginep ke rumah orang tuanya."
Bahu Bisma merosot, "Sampai kapan?"
Gendis mengangkat bahu,"Nggak tau, katanya mungkin dua minggu."
"Dua minggu?" Bisma memekik.
"Elah, biasa aja kali." Gendis mengorek kupingnya.
Bisma kembali ke kamarnya, bersiap tidur lagi, ia tidak bersemangat menjalani hari ini.
***
"Bisma mana?" Hana melihat Gendis turun dari tangga seorang diri.
"Tidur lagi."
"Tumben? Dia sakit?"
"Mungkin galau, ditinggal mama Nayla," bisik Gendis. Hana hanya tersenyum saja. Teringat percakapannya dengan Bisma semalam.
***
Bisma tak bisa tidur, ia hanya berguling-guling saja di ranjang.
"Papapa!"
"Boy?" Bisma merasa mendengar suara Nathan.
Bisma segera bangkit dan memeriksa ke luar kamar. Sepi.
"Mungkin gue hanya berhalusinasi."
Bisma menutup pintu, bersiap tidur lagi.
"Papapa!" Kali ini diiringi suara kaki yang berlarian.
Bisma segera keluar untuk memeriksa lagi. Sepi!
Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri, "Malam apa ini? Jangan-jangan yang tadi itu tuyul?"
Bisma memijat tengkuknya dan buru-buru masuk kamar.
***
"Udah sampai, nih. Nggak mau masuk?" Nayla membangunkan Nathan yang masih tidur di taksi online. Nayla kesulitan jika harus menggendong Nathan sambil membawa koper.
Nathan diam, bayi itu ngambek karena dipindahkan mamanya secara diam-diam ke dalam taksi online. Tadi subuh setelah dimandikan Nathan tidur lagi.
Sengaja Nayla pergi pagi-pagi sekali, saat Nathan masih tidur. Nayla tak mau anak itu berontak dan membangunkan Bisma.
Nayla sengaja pergi diam-diam. Ia hanya berpamitan kepada Hana.
"Papapa!"
Nayla mengerti maksud puteranya, "Iya, Sayang. Nanti papa jemput kita."
Nayla sengaja berbohong. Sebenarnya ia berencana untuk tinggal di rumah orang tuanya dalam waktu yang lama. Setidaknya sampai Bisma berangkat berlayar.
Setelah dibujuk beberapa saat, akhirnya Nathan mau turun.
"Anak pintar." Nayla mengusap kepala puteranya.
Tiba-tiba pintu terbuka, tampak kedua orang tua Nayla yang hendak pergi berjoging.
"Aduh, ada cucu Oma datang. Kok pagi-pagi sekali?" Mama Nayla membawa Nathan ke dalam gendongannya.
Papa Nayla heran melihat koper yang dibawa nayla. Nayla mengerti arti tatapan papanya.
"Ma, Pa. Aku mau tinggal di sini agak lama boleh?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...