17

7.7K 898 35
                                    

Bisma sudah mengambil keputusan, ia akan meninggalkan rumah ini. Ia menerima tawaran kerja di sebuah kapal pesiar. Ia akan memenuhi mimpinya untuk berlayar keliling dunia.

Mungkin dia memang harus pergi, demi kebaikan bersama. Tempatnya memang bukan di darat, tapi di laut.

Sebelum pergi Bisma menulis surat untuk orang-orang yang ia cintai. Untuk Mama, Papa, adik dan abangnya, juga Nayla ....

Hari ini dia mengajak Rosi untuk berbelanja. Ia ingin meninggalkan sesuatu untuk keluarganya.

"Ngapain kita ke pengadilan agama, Bang? Seharusnya kita ke KUA. Nikah aja belum apalagi cerai." Rosi mengoceh di sepanjang jalan.

"Gue mau ngambil akta cerai." Diam-diam Bisma sudah mengurusnya sejak beberapa hari yang lalu.

"Hah? Siapa yang cerai?" tanya Rosi kaget.

"Gue."

"Jangan becanda lo, Bang. Nggak lucu tau!" Rosi memukul bahu Bisma yang terasa keras di tangannya.

"Ros, walaupun gue duda, gue masih tetap ganteng 'kan? Lo masih mau sama gue 'kan?" Bisma mencoba mengajak Rosi bercanda, untuk menyembunyikan kesedihannya.

"Mau sih mau, Bang. Tapi bini lo siapa? Kuntilanak? Mermaid?"

Bisma hanya diam, membuat Rosi semakin khawatir. Jangan-jangan Bisma mengalami halusinasi. Mubasir banget, cakep-cakep otaknya somplak.

Rosi semakin dibuat kaget ketika Bisma benar-benar menghentikan mobilnya di depan pengadilan agama.

"Bang lo beneran mau cerai? Sama siapa? Apa karena gue? Jadi gue pelakor dong?" Rosi memberondong Bisma dengan banyak pertanyaan.

Bisma memutar bola mata malas, kenapa pula ia harus mengajak Rosi yang bawel ini.

Tak lama namanya dipanggil oleh bagian administrasi. Lima belas menit kemudian ia keluar.

"Udah sah jadi duda, Ros." Bisma menunjukkan akta cerai di tangannya. Rosi memeriksanya.

"Lah, beneran? Aduh, gue jadi enak sama bini lo nih, Bang." Rosi masih mengira Bisma bercerai karena kepincut padanya.

"Jadi nggak enak, Ros." ralat Bisma.

"Terserah gue dong, orang gue yang ngerasain."

Rosi membelalakkan mata ketika melihat nama Nayla ada di akta nikah.

"Ini yang cerai lo apa bang Anta, sih? Apa salah cetak? Mbak Nayla 'kan istrinya bang Anta."

"Panjang ceritanya."

"Ini cerita brother in law complex apa bagaimana, sih?" Rosi masih bingung, ia berulang kali membaca surat cerai itu. Nayla, iya beneran Nayla.

"Lo kebanyakan nonton bokep." Bisma mendorong dahi Rosi dengan telunjuknya.

"Udah, nggak usah dipikirin. Sekarang kita belanja. Gue traktir." Bisma merebut kertas di tangan Rosi.

"Yang bener, Bang?"

"Iya."

"Aduh, gue jadi enak, nih."

Setelah belanja di mall, Bisma mengajak Rosi untuk makan siang. Sebagai bentuk terimakasih, karena Rosi sudah membantunya memilih barang.

"Bang, duit lo banyak banget? Jangan-jangan lo korupsi duit bansos, ya?" tuduh Rosi.

"Gue ikut trading, Ros."

"Pantesan, nggak pernah keliatan kerja tapi duit banyak. Gue kira lo rentenir hehe ...."

"Lo pikir gue Datuk Maringgih?"

"Ngemeng-ngemeng, kenapa lo belanjain semua keluarga lo? Kayak mau pergi jauh aja lo." Rosi curiga dengan tingkah laku Bisma.

"Ros, kalau nanti gue pergi. Lo janji sering main ke rumah gue, ya? Hibur mama gue," pesan Bisma. Rosi melihat raut wajah serius Bisma.

"Lah, beneran mau ngelaut lagi? Nggak kerasan di darat lo, Bang?"

"Mungkin tempat gue memang bukan di darat." Bisma tertawa miris.

"Kelamaan di laut, bisa-bisa keluar insang lo."

"Biarpun gue bernapas pakai insang, lo masih mau sama gue 'kan?" Bisma mengedip ke arah Rosi.

"Ih, ogah. Ntar jigong lo bau amis pas kita ciuman."

"Otak lo!" Bisma menyentil dahi Rosi.

"Bang, gue ikut boleh nggak?"

"Di laut nggak ada abang-abang jualan es doger, Ros. Kalau lo tiba-tiba pingin 'kan repot?"

"Kalau gue kangen lo, gue nyari ke mana?"

"Lo tulis surat buat gue, ya. Biar gue nggak diledekin ABK lain. Biar dikira punya pacar." Bisma berkata serius.

"Terus gue kirimnya ke mana? Kode pos nya berapa? Er te berapa? Nah, yang gue heran, kang posnya naik apa ke sana? Sepeda air? Terus suratnya apa kagak basah?"

Bisma memutar bola mata, lelah mendengar semua ocehan Rosi. Tapi mungkin ia akan rindu juga, suatu saat nanti.

***
Di sini gue nggak bakal jodohin Bisma sama Rosi. Cukup sebagai adek-abang imitasi aja.

Keenakan si Rosi menang banyak 😁

Istri SengketaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang