Nathan mengajak Bisma berkeliling taman. Di alun-alun itu banyak bunga juga, Nathan senang mengejar kupu-kupu.
"Papapa! Apek! Papapa! Apek!" Nathan menaikkan kedua tangannya, ingin digendong.
Bisma tak paham maksud Nathan, ia berjongkok "Nathan, nggak boleh ngomong jorok, ya."
"Dia bilang capek. Sini Mama aja yang gendong." Nayla bersiap menggendong Nathan.
"Sama Papa aja, kasian Mama capek." Bisma memalingkan wajah dan menjulurkan lidah karena geli, ciye udah mama papa aja. Sedang wajah Nayla memerah.
Bisma menaikkan Nathan ke pundaknya. Nathan tertawa senang. Ia berpegangan pada rambut Bisma, menjambaknya.
"Sayang, jangan dijambak gitu rambut papa. Nanti Papa nangis." Nayla melepaskan tangan Nathan dari rambut Bisma. Nathan memindahkan tangannya ke kuping Bisma.
Ya Allah, semoga kuping hamba tidak copot .... Bisma meratap.
Bisma mengarahkan salah satu tangannya untuk memegang punggung Nathan agar tidak terjatuh.
Sedang tangan satunya, daripada dibiarkan menganggur, ia pakai untuk menggenggam tangan Nayla.
Nayla tak menolak saat tangannya digenggam Bisma.
Mereka berjalan-jalan seperti pasangan muda pada umumnya. Nathan, bayi itu nampak sangat bahagia.
"Papapa! Tototo!"
Nathan melihat seorang badut berkostum kelinci, Nathan ingin berfoto dengannya.
Bisma iri dengan badut itu, artis bukan, influencer bukan, tapi banyak sekali yang mengantri ingin berfoto dengannya. Mana bayar lagi!
"Nay, kita foto juga?" Bisma mengajak Nayla berfoto bersama. Nayla mengangguk.
***
Sejak dari alun-alun, kegiatan Bisma hanyalah memandangi wallpaper ponselnya sambil tersenyum-senyum.
"Ciye, keluarga bahagia di Bekasi."
Gendis nyeletuk, sejak tadi gadis itu mengamati tingkah laku abangnya yang seperti orang gila baru. Senyum-senyum nggak jelas.
Bisma segera menutup layar ponselnya. Gendis tertawa cekikikan.
"Gue udah liat dari tadi. Foto kalian udah kayak foto keluarga berencana, yang disampul buku posyandu."
"Dis, gimana kalau Nathan jadi anak gue?" tanya Bisma.
"Bagus aja, sih. Ntar dia dapat warisan dobel, dari bang Anta, satunya dari lo."
"Matre banget sih, lo? Otak lo isinya duit mulu? Kek tuan crab."
"Tapi lo mau anaknya aja, apa maknya sekalian?" Gendis cengengesan sambil menarik turunkan alisnya.
Bisma memijat tengkuknya, ia menggerutu pelan, "Yah, kalau bisa sama maknya sekalian."
"Oh, lo mau paket combo rupanya, beli satu dapat satu." Gendis makin cekikikan seperti kuntilanak.
"Mulut lo!" Bisma mengacak rambut Gendis. Rambut yang baru di-blow semalam, hasil malakin abangnya.
"Terus Rosi mau lo kemanain?" Gendis mengira Rosi ada hubungan dengan Bisma. Mengingat seringnya gadis itu datang ke rumah.
Bisma mengerutkan dahi, "Hah? Rosi?"
"Bukannya dia pacar lo?"
"Kata siapa?"
"Kata dia sendiri. Katanya lo udah ngasih cincin juga."
"Oh, itu. Gue habis makan Chiki. Terus dapat hadiah cincin, ya udah gue kasih dia." Bisma mengarang cerita.
"Abang! Seriusan!" Tentu saja Gendis tak percaya cerita konyol itu.
"Itu dia yang pilih sendiri, Dis. Gue sih tinggal bayar aja. Lima belas ribu doang." Bisma teringat ketika Rosi minta dibelikan cincin di pedagang kaki lima. Cuma cincin mainan.
"Tapi dia bilang ke mama ...."
"Udah, nggak usah bahas dia lagi. Terus ini gimana urusannya sama mama Nayla?" bisik Bisma resah.
"Ciye, udah mama-papa aja ...." Gendis semakin senang menggoda abangnya.
Bisma memutar mata, menyesal karena terlanjur curhat kepada Gendis. Dapat solusi kagak, diledekin iya.
"Abang tanya dulu mbak Nayla, mau nggak rujuk sama Abang?"
Bisma menghela nafas, "Yah, itu masalahnya, Dis. Gue pesimis. Gue terlalu sering nyakitin dia."
"Mau nikah aja ribet banget, ya. Kucing Gendis keluar rumah dikit udah bunting aja." Gendis malah gibahin Moci.
"Dis, menurut lo peluang gue diterima berapa persen?" Bisma menunggu jawaban Gendis dengan harap-harap cemas.
"Kayaknya nol persen deh." Gendis menjawab asal.
"Elah, nyesel gue curhat sama lo!" Bisma mendengus kasar.
"Oh, jadi dari tadi itu lo curhat? Kirain tausiyah."
"Gendis, adek gue yang gemoy tapi bogel!Kalau lo nggak mau bantu gue, mending lo minggat dari kamar gue. Ganggu orang menghalu aja lo." Bisma mendorong Gendis keluar dari kamarnya.
Sampai di depan kamar Gendis berteriak-teriak memanggil mamanya, "Mama! Bang Bisma mau dianterin ngelamar, nih."
"Gendis!"
***
Hayuk Bang, gue bantuin bawa roti buaya-nya 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...