48

5.9K 602 7
                                    

Bisma segera menolong korban keganasan Gendis. Untung saja gadis itu selamat, cuma sedikit syok saja.

Setelah naik ke darat, gadis itu malah sibuk mencari sumpelan dadanya yang berupa kanebo kering. (Sekarang udah jadi basah)

"Maafin, adik saya, Mbak." Bisma meminta maaf dengan tulus.

"Itu adiknya, Mas? Yakin alumni rahim yang sama?" Gadis itu mengamati fisik Bisma yang tak ada mirip-miripnya sama sekali dengan Gendis. Bagaikan bumi dan Pluto.

"Ajarin sopan santun, dong! Jangan main seruduk aja kayak benteng." Gadis itu mengomel sambil mengeringkan rambutnya.

"Sekali lagi maaf, Mbak."

"Nggak bisa! Gue akan membawa masalah ini ke jalur hukum." Gadis itu mengancam.

"Gaya-gayaan lo! Ngurus SKCK ketemu polisi aja udah gemeteran lo!" Gendis mencibir. Ia tahu gadis itu hanya sekedar menggertak.

"Damai saja, Mbak. Biar mudah." Nayla yang sejak tadi hanya mengamati pertikaian itu, ambil suara.

"Oke, gue mau uang seratus juta!" kata gadis itu aji mumpung.

"Apa? Buat apa yang segitu? Lo mau naik haji? Bikin pondasi rumah?" Gendis gemas ingin mencubit ginjal gadis itu.

"Itu termasuk murah, ya. Soalnya ini berhubungan dengan nyawa gue."

"Lebay banget lo, ya! Lo liat kolam itu cetek kek kobokan warteg. Airnya lo kuras pakai sendok teh, semalem juga udah kelar. Nggak ada ceritanya lo sampai mati. Paling lo cuma kembung."

"Buktinya apa? Gue hampir tenggelam!" Gadis itu masih bersikeras.

"Itu karena lo bogel! Tinggi lo nggak memenuhi standar SNI buat renang di resort ini." Gendis menunjuk-nunjuk gadis itu.

"Apa! Lo ngatain gue bogel? Lo sendiri apa? Bonsai?" Gadis itu tak terima.

"Udah-udah, sesama bogel dilarang baku hantam." Bisma menengahi.

Orang semakin banyak berdatangan, menyaksikan pertengkaran mereka yang semakin seru. Ada juga tukang cangcimen mangkal.

(Cangcimen itu kepanjangan kacang, kuaci, permen. Sejenis kang asongan yang mangkal di terminal)

Ada juga tukang tahu Sumedang. Tarahu ... Tarahu ...

Di saat penonton sudah menggelar tikar masing-masing untuk menyaksikan babak final, Bisma malah mengakhiri.

"Gini aja. Kalau mbaknya ngotot pingin bawa ke meja hijau, terserah. Saya ikhlas, adik saya memang salah. Terserah kalau mau penjarakan dia." Bisma juga kesal dengan ulah Gendis yang seperti anak mafia. Niatnya ingin bulan madu tipis-tipis, malah begini.

Sementara Gendis melotot ke arah abangnya. "Tega lo, Bang! Gue belum nikah, kalau gue dipenjara siapa yang mau sama gue?"

"Makanya, apa-apa dipikir dulu." Bisma mendengus kasar.

Sementara Nathan menunjuk muka gadis itu, yang belepotan karena fondesen geser. Sepertinya nggak pakai makeup water proof.

"Papapa! Onet! Onet!" (Papa, ada monyet!)

"Hush!" Bisma membungkam mulut Nathan.

"Maaf, Mbak. Anak saya kalau ngomong suka bener." Bisma meminta maaf lagi.

"Gini aja, Mbak. Kita damai aja. Daripada Mbak keluar uang banyak buat sewa pengacara dan biaya pengadilan."

"Mending kita damai. Nanti saya kasih uang lima ratus ribu untuk dua orang pemenang, tanpa dipotong pajak."

Gadis itu tampak berpikir. Sedang Gendis gemas sendiri.

"Enak banget, nyebur dikit dapat lima ratus rebu. Kagak pakai lari-larian kayak di uang kaget."

"Lumayan banget loh, Mbak. Hari gini. Bisa buat modal dagang tahu bulat." Bisma menambahkan.

"Ya udah, Mas. Damai. Sini uanganya!"

Bisma mengambil dompetnya, mengulurkan uang merah lima lembar, ditambah selembar uang biru.

"Saya lebihin, Mbak. Buat ganti kanebo Mbak tadi."

Gadis itu menerima uang itu dengan malu. Gendis dan Nayla hanya bisa tertawa.

"Puas lo udah bikin gue sodakoh? Lo kira gue Baim Wong?" Bisma menjewer telinga Gendis.

"Maaf, Bang. Gue jadi enak nih!" Gendis mengusap telinganya.

"Minta maaf yang bener!"

"Udah, Mas. Jangan dimarahi terus si Gendis, kasihan." Nayla mengelus punggung Gendis.

"Makasih udah belain Gendis, Mbak." Gendis memeluk Nayla.

Nayla belum selesai bicara, "Potong aja jatah pulsanya."

"Mbak Naylaaaa ...."

***

Nayla udah mulai ketularan sablengnya Bisma😂

Istri SengketaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang