"Gimana kejadiannya, Ma?" Bisma mengusap air mata mamanya yang terus mengalir bak air terjun.
"Kece ... lakaan, wak-waktu ... lagi di toooool, hua ...." Hana kembali menangis tersedu-sedu.
"Udah, Ma. Ikhlasin aja. Dia udah tenang di sana." Bisma mengusap punggung mamanya.
Bisma melirik ke pintu kamar Nayla. Ia ingin menanyakan keadaan wanita itu. Tapi bibirnya terasa berat.
Hana mengikuti arah pandang Bisma, "Nayla udah berminggu-minggu nggak keluar rumah. Paling cuma ngurusin Nathan, abis itu masuk kamar lagi. Mama jadi khawatir."
"Papapa!"
Nathan menghampiri Bisma sambil digendong Gendis.
"Dia nyariin lo mulu, Bang. Kayaknya dia suka sama lo." Gendis yang sudah capek mengikuti Nathan kesana kemari, mendudukkan Nathan di pangkuan Bisma.
"Akhirnya gue bisa istirahat." Gendis buru-buru kabur ke kamarnya.
"Dia mirip sama kamu waktu kecil." Hana mengelus kepala cucunya.
"Mungkin karena waktu hamil mamanya benci sama Bisma, Ma." Bisma terkekeh.
"Papapa!" Nathan memukul wajah Bisma karena telah menggibahkan mamanya.
"Kenapa dikasih nama Nathan, sih? Jelek banget."
"Papapa! Papapa!" Nathan memukul wajah Bisma lagi. Tak suka namanya dihina.
"Tuh dia marah. Waktu kami kasih nama dia, pakai acara potong kambing dua ekor lho. Malah kamu katain." Hana terkekeh.
"Nathan 'tuh kepanjangan Nayla-Ananta." Hana menjelaskan.
"Nggak nyambung." Bisma memutar bola mata malas.
"Nyambung dong Na, Nayla. Ta, Ananta. Tadinya mau dikasih nama Nata, takutnya entar dia dibully temennya dikatain nata de coco. Makanya kami tambahin N. Jadi deh, Nathan ganteng." Hana mencubit pipi Nathan.
"Jelek banget!" Bisma sengaja menggoda Nathan.
"Papapa!" Nathan memukul wajah Bisma dengan mimik hampir menangis.
"Udah, jangan godain dia terus." Hana memukul bahu Bisma.
Tiba-tiba pintu kamar Nayla terbuka ....
"Ma, Nathan mana?"
Merasa namanya dipanggil, Nathan turun dari pangkuan Bisma dan berjalan tertatih-tatih menuju mamanya.
"Mamama?"
Nayla segera meraih Nathan ke dalam gendongannya.
Bisma bisa melihat wajah lelah wanita itu. Hatinya merasa trenyuh.
Nay, gue ninggalin lo bukan buat lihat lo kayak gini.
"Nay, ada Bisma," kata Hana.
Nayla mengangkat wajahnya, pandangannya bertemu dengan Bisma. Nayla hanya menatap datar ke arah Bisma.
"Apa kabar?"
Hanya itu yang diucapkan Nayla. Membuat hati Bisma terasa teriris. Mata itu terlihat kosong. Tubuhnya rapuh, kulitnya pucat.
Kenapa bisa jadi gini, Nay?
***
Sejak ditinggal pergi Ananta, Hana mengajak Nayla tinggal bersama. Sendiri di apartemen membuat Nayla selalu teringat dengan Ananta. Hana takut sesuatu yang buruk terjadi pada menantu kesayanganya itu.
Bisma yang sedang membaca koran, mengangkat wajahnya saat melihat tangan kecil memegang kakinya. Bau bedak dan telon menguar dari tubuh bayi itu.
"Papapa?" Nathan merebut koran yang sedang dibaca Bisma, minta perhatian.
"Bang, gue titip dia bentar, ya? Gue mau boker." Gendis buru-buru kabur ke kamar mandi.
"Baru mandi, ya?" Bisma mencium Nathan dengan gemas. Bayi itu merasa senang.
"Papapa!"
Hati Bisma merasa tenang saat memeluk bayi itu. Yah, mungkin itu naluri kebapakan, sudah waktunya juga dia berumah tangga.
"Boy, lo mau jadi anak gue?" tanya Bisma.
"Tatata!" Nathan meralat namanya, bayi itu tak mau dipanggil boy.
"Nggak mau jadi anak gue ya udah." Bisma menurunkan Nathan dari gendongannya.
"Papapa?" Mata Nathan berkaca-kaca, mengira Bisma marah padanya.
"Nama lo jelek tau, lo mau nanti temen lo manggil ketan?"
"Tatata! Tatata!" Nathan kesal karena Bisma mengejek namanya.
"Nathan! makan dulu, Sayang." Nayla keluar dari dapur sambil membawa mangkok kecil.
Dengan canggung ia duduk di samping Bisma.
"Wah, udah waktunya makan." Bisma mengajak Nathan berbicara.
"Makan apa 'tuh?" Lagi-lagi Bisma mengajak Nathan bicara. Sambil melongok ke dalam mangkok yang dibawa Nayla.
(Kalau ada emaknya aja, Bisma manis sama Nathan. Pencitraan pasti 😁)
"Makan sayur sop, Om." Nayla menjawab dengan suara seperti anak kecil.
"Oh, pasti masakan mama Nathan enak, nih."
"Tadi Gendis yang masak." Nayla meralat.
Bisma malu karena bersikap sotoy. Nayla menyuapkan satu sendok nasi ke arah Nathan. Bayi itu dengan patuh membuka mulutnya.
"Mamama! Papapa!"
Wajah Nayla memerah, yang tadi itu Nathan menyuruhnya menyuapi Bisma juga. Untung saja Bisma tak paham bahasa bayi, jadi aman.
"Makan di dalam, ya? Ayo, turun. Nanti celana Om kotor kena sayur lho." Nayla berusaha membujuk Nathan.
"Nonono! Papapa!"
Yang ini maksudnya, Nathan meralat panggilan Nayla untuk Bisma. Nathan tidak suka Nayla memanggil Bisma 'Om'. Dia menyuruh Nayla memanggil Bisma papa juga.
***
Wuih, panjang terjemahannya. Padahal cuma papapa,mamama! 😁 Seneng banget tau, pas ngetik dialog Nathan. Papapa, mamama, nonono. Nggak susah mikir dialog.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...