Rosi turun dari taksi online bersama Bisma. Gadis itu langsung masuk rumah tanpa dipersilahkan.
"Tante Hana! Rosi datang!"
Rosi menghampiri Hana yang sedang nonton TV di ruang tengah.
"Loh, ada siapa, nih?"
Hana memeluk Rosi dengan hangat. Tentu ia tak lupa dengan anak tetangganya yang sering ia gendong kesana kemari.
Mendengar ada suara ribut-ribut di luar, Nayla yang sedang tidur siang keluar kamar.
Rosi melihat ke arah Nayla, ia mengerutkan dahi.
"Itu istrinya Anta." Hana menjelaskan.
"Hua, bang Anta udah nikah aja. Rosi patah hati. Tapi nggak papa, masih sisa bang Bisma." Rosi mengedip manja ke arah Bisma.
"Ogah." Bisma menoyor dahi Rosi dengan ujung telunjuknya.
Rosi menghampiri Nayla. Ia memperkenalkan diri dengan ramah.
"Rosi."
Nayla juga menerima uluran tangan Rosi dengan ramah juga.
"Nayla."
Rosi mengamati perut Nayla yang agak membuncit.
"Kakak hamil?"
Mau tak mau Bisma ikut mengarahkan pandanganya ke arah perut Nayla.
"Iya, jalan tiga bulan." Nayla menjawab sambil mengelus perutnya.
"Enak ya punya suami dokter, bisa diperiksa suami sendiri." Rosi ikut mengelus perut Nayla.
"Bang Anta dokter kulit, Lossi ...." Bisma memutar bola mata malas.
"Wah kebetulan, kalau gue mau oplas gue bisa digratisin." Rosi tersenyum senang.
"Kalau lo mau oplas lo datangnya ke dokter bedah. Kalau lo kudisan baru lo datangnya ke dokter kulit." Bisma menjelaskan sambil mengacak-acak rambut Rosi.
Nayla tertawa melihat tingkah Rosi yang polos. Ia juga bisa melihat kalau gadis itu cukup dekat dengan Bisma.
Tiba-tiba Rosi memeluk bahu Bisma, ia berpose di depan Nayla.
"Kak, cocok nggak?"
Nayla bingung harus menjawab apa. Ia mengarahkan pandanganya ke arah Bisma. Pria itu juga menunggu jawabannya.
"Cocok."
Nayla menjawab sambil tersenyum, ia juga memberi dua jempol.
"Eh, tapi abang jomblo 'kan?"
Bisma mengamati reaksi Nayla sebelum menjawab, perempuan itu juga sedang menunggu jawabannya.
"Jomblo."
"Alhamdulillah ya Allah. Kalau jodoh nggak kemana." Rosi berujar lega.
Bisma menatap datar ke arah Nayla. Karena gugup terus dipandangi seperti itu, Nayla pamit ke dapur untuk membuat minuman.
Bisma mengikuti dari belakang.
Rosi merasa aneh dengan gelagat kedua orang itu. Tapi ia memilih masa bodoh. Mungkin masalah keluarga.
Nayla yang sedang mengambil gelas tiba-tiba merasa tangannya ditarik. Bisma membawanya masuk ke kamarnya yang berhadapan dengan dapur.
"Bisma! Lo apa-apaan, sih?"
Nayla berbisik sambil melihat ke luar, Bisma segera menutup pintu kamar itu.
"Keluar, sebelum ada yang lihat." Nayla mendorong tubuh Bisma. Tapi tubuhnya malah didorong Bisma ke dinding. Bisma meletakkan kedua tangannya di bahu Nayla.
"Gue mau tanya." Bisma mendekatkan wajahnya ke arah Nayla.
Nayla hanya bisa menahan nafas. Ia baru pertama kali bicara sedekat ini dengan Bisma sejak delapan tahun lalu.
"Apa?" Nayla ketakutan melihat wajah Bisma yang dingin.
"Yang lo bilang barisan jujur?" Bisma berkata sangat datar, bagai seorang psikopat. Nayla sampai kesulitan menebak ekspresinya.
"Yang mana?" Nayla tak mengerti maksud Bisma.
Bisma memutar bola mata, "Yang lo bilang gue cocok sama Rosi."
"Iya, kenapa?" tanya Nayla polos, membuat Bisma kesal.
"Emang lo nggak papa?" Bisma mengerutkan dahi, tak puas dengan jawaban Nayla.
"Nggak papa, emang harus kenapa-napa?"
"Suami lo bawa cewek lain ke rumah." Bisma mengeratkan rahangnya.
Nayla menghela nafas, sepertinya Bisma masih menganggap mereka suami istri.
"Sekarang gue kakak ipar lo, kalau lupa ...."
Bahu Bisma merosot, ia melepaskan tangannya dari bahu Nayla. Kemudian pria itu keluar kamar begitu saja.
Nayla hanya bisa menatap punggung Bisma dengan tatapan sendu.
***
Eling, Bang. Sekarang Nayla itu empok lu 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sengketa
Romance"Sekarang gue udah pulang, balikin istri gue." Bisma menatap kakaknya datar. Ananta hanya tersenyum pelan, adiknya ini masih saja kekanakan. Kalau dulu ia bisa saja mengalah jika Bisma merebut mainannya. Tapi sekarang ... Tidak lagi. Nayla bukanlah...