52 (akhir perjalanan)

589 109 4
                                    

Jimin yang kini tengah di obati oleh Persophone terperanjat kaget kala makhluk yang berhasil ia tumbangkan dengan Taehyung tadi kini telah kembali ke ukuran awalnya.

"Bagaimana bisa?" Gumam Jimin yang tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. "Aku harus ke sana dan membantu yang lain" lanjutnya dan bersiap untuk kembali ke medan pertempuran, namun pergerakan Jimin terhenti kala sebuah tangan halus mencengkram bahunya.

"Jangan gegabah" suara lembut Persophone mengalun menyapa indra pendengaran Jimin, sang dewi menggelengkan kepalanya lalu kembali memaksa Jimin duduk pada undakan tangga, tempat dimana ia menyaksikan semua pertempuran yang tengah berlangsung.

"Tapi aku harus membantu Taehyung dan Jungkook" ucap Jimin dengan nada putus asa, tidak mungkin dirinya hanya berdiam diri dan menonton kedua dongsaeng nya itu bertarung. Ia ingin menjadi berguna juga.

Tiba-tiba angin berhembus dengan kencang membuat Jimin harus menutup kedua matanya, setelah hembusan angin tadi reda, kedua manik kecil Jimin menangkap puluhan jarum es berukuran besar menghujam tubuh Thypon, ia tahu siapa pemilik jarum-jarum es tersebut.

Benar saja, beberapa saat kemudian sebuah tepukan ia rasakan pada bahunya, Jimin menoleh dan mendapati wajah yang tidak asing tengah tersenyum kearahnya. Meski ini adalah pertemuan kedua mereka, tetapi Jimin tentu saja masih mengingat setiap detail dari garis wajah sang ayah.

"A-ayah, kau di sini?" Ucap Jimin tidak percaya, bagaimana ayahnya dapat masuk ke dunia bawah. Bukankah perseteruan besar yang terjadi diantara sang ayah dengan Hades, membuat Hades bersumpah agar Poseidon tidak dapat menginjakkan kakinya di dunia bawah. Bahkan sang dewa dunia bawah tersebut sampai menciptakan sebuah segel khusus agar Poseidon tidak dapat meraih dunia bawah.

Poseidon tersenyum tipis, ia menatap Persophone yang berada di sisi kanan Jimin. "Terimakasih karena telah mengizinkan aku datang ke sini" ucap sang dewa dengan tulus.

Persophone menganggukkan kepalanya. Benar, memang dia yang membuka segel itu, karena Persophone tahu sedari tadi Poseidon berusaha menuju dunia bawah namun terhalang oleh segel ciptaan suaminya.

"Kau pasti sangat mengkhawatirkan putramu" ucap Persophone masih dengan suara lembut miliknya. Kini gantian Poseidon yang menganggukkan kepalanya.

"Kita harus pergi sekarang" Poseidon kembali menepuk bahu Jimin kala sebuah portal muncul di hadapan mereka. Tanpa ragu Jimin mengikuti langkah sang ayah kedalam portal membuat sebuah cahaya kelabu menyelimuti mereka dan kemudian menghilang.

Persophone kini menatap kearah dimana sang suami dan Jungkook berada, keduanya juga telah menghilang di balik portal yang sama dengan portal yang muncul di hadapannya tadi.

Suasana mendadak menjadi hening setelah kepergian ketiga dewa tertua dan putra mereka tersebut, hanya tersisa kekacauan dan pasukan yang terluka di halaman istana yang begitu luas tersebut.

"Semoga kemenangan berada di pihak kalian. Berkatku menyertai kalian semua" ucap sang dewi sebelum melangkah memasuki istananya yang telah hancur berantakan.

*****
"Aku membenci saudarimu Hyung" ucap Namjoon yang kini tampak kewalahan menghindari anak panah milik Rose.

"Kau pikir aku tidak membenci saudaramu itu?" balas Seokjin seraya mengedikkan dagunya kearah Dave yang senantiasa melemparkan tatapan tajam kearah mereka.

Seokjin mengibaskan cambuk miliknya, meraih lima buah anak panah yang tengah melesat kearah mereka dan kemudian menghentakkan senjatanya sehingga anak panah milik Rose patah menjadi dua bagian.

Rose menaikkan sebelah alisnya, "wow, kau semakin luwes memainkan benda itu" gadis bersurai pirang tersebut terkekeh membuat Seokjin berdecak.

Rose mengambil sebuah anak panah dari balik punggungnya dan kemudian membidik ke atas, anak panah berwarna putih gading tersebut melesat dan menghilang di balik gumpalan awan.

Seokjin dan Namjoon mendongakkan kepala seraya mengerutkan dahi, apa yang terjadi? Apakah gadis itu salah membidikkan anak panahnya? tetapi tetapi rasanya itu tidak mungkin karena sedari tadi gadis itu membidik dengan tepat, tidak ada satu pun anak panahnya yang meleset.

Jlebb...

Jlebb...

Tiba-tiba ratusan anak panah berjatuhan dari langit, menghujam lurus kearah Namjoon dan Seokjin yang tidak siap, meski keduanya berhasil menghindari beberapa anak panah, tetapi lebih banyak yang berakhir menggores atau bahkan menancap di tubuh mereka.

Seakan tidak ada habisnya, anak panah terus berjatuhan, membuat debu berterbangan disekitar dua pemuda yang tengah mengerang kesakitan tersebut.

"Huff... Padahal aku tidak mau memakai yang ini, tetapi kau memaksaku Seokjin-ah. Seharusnya kau menyerah saja, dan jadi adik manis yang penurut" ucap Rose dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Tutup mulutmu dan cepat habisi mereka" titah Dave yang tampak geram karena sedari tadi Rose hanya bermain-main dengan kedua pemuda yang berada di hadapan mereka.

"Habisi? Aku tidak ada niatan untuk membunuh adikku, aku hanya ingin bermain-main. Kau yang memiliki dendam dengan saudaramu, habisi sendiri dengan kedua tanganmu" balas Rose yang tidak terima diperintah oleh Dave.

"K-kenapa Rose?" Tanya Seokjin seraya memaksakan diri untuk mendongak, menatap sang saudari yang kini tengah bersedekap dada.

Rose menaikkan sebelah alisnya, "untuk bersenang-senang" jawab Rose dengan acuh, ia menatapi kuku jarinya yang berwarna merah muda, tidak perduli akan Seokjin yang menatap kecewa kearahnya.

Sejak awal alasan gadis itu bergabung dengan Peter hanya untuk bersenang-senang, Rose adalah gadis yang dibesarkan oleh kekerasan, sejak awal hidupnya telah liar dan urakan. Ia dibesarkan oleh seorang ketua gangster terbesar di Asia, darah, pembunuhan dan pembantaian adalah pemandangan sehari-hari untuknya.

Bahkan di usia tujuh tahun ia telah dapat menghabisi nyawa seseorang, yaitu nyawa pengasuhnya sendiri, bukankah gadis ini benar-benar sudah gila?

Namun ketika kekuatannya mulai muncul, Rose mulai menjadi semakin tidak terkendali, mencabut nyawa seseorang bagai mencabut sehelai daun baginya. Hingga akhirnya Rose dijemput paksa oleh pihak akademi karena perbuatannya yang semakin semena-mena, serta dapat mengungkap keberadaan mereka kepada para manusia.

Gadis itu sebenarnya tidak terima dengan konsep demigod yang harus menyembunyikan jati diri dari manusia biasa, kenapa mereka yang memiliki kekuatan harus takut kepada makhluk lemah seperti para manusia.

Rose berusaha menahan diri selama ini dengan menjadi seorang gadis manis, ia berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, apalagi dengan kehadiran para keturunan Athena yang lain membuat dirinya tidak kesepian lagi, Rose menyukai kehidupannya kini.

Namun kemudian Peter datang dan menawarkan sesuatu yang Rose sangat inginkan dahulu, menguasai dunia, dan yang terpenting tidak perlu menyembunyikan diri seperti yang selama ini mereka lakukan. Tentu saja sisi liar Rose bersorak menerima tawaran Peter tersebut.

"Cepat selesaikan, tugas kita masih banyak" Rose mengedikkan dagunya kearah dua orang pemuda yang masih tertelungkup di atas tanah.

Dave memutar pedang yang berada di genggamannya seraya melangkah mendekati Namjoon dan Seokjin yang tidak dapat menggerakkan badan barang satu inci pun, serangan Rose tadi bukanlah sebuah serangan main-main, bisa di lihat dari berapa banyak luka yang mereka terima.

"Well... Kim Namjoon, ini lah akhir dari perjalananmu" Dave mengangkat tinggi pedangnya, bersiap menghunus Namjoon dengan mata pedang miliknya.

"Tidaak!!" Teriak Seokjin dengan kedua mata yang membulat sempurna, tubuhnya bergetar hebat kala sebuah cairan merah terciprat membasahi wajahnya.

"Kim Namjoon..."

*****
Don't copy my story okay!

31 Januari 2022

~Weni

King of Demigod : Map Of The Hidden WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang