10 (sebuah kisah baru)

1K 141 5
                                    

Terkesima, mungkin satu kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana ekspresi yang terlukis pada wajah ketiga maknae saat ini.

Mereka berjalan beriringan seperti anak kucing dengan kepala yang sibuk menoleh ke sana dan ke mari guna menangkap semua objek yang dapat di jangkau oleh indra penglihatan mereka.

Sedangkan empat orang pemuda yang datang bersama mereka hanya dapat menggelengkan kepala, mereka memilih berjalan di belakang para maknae sekaligus mentertawai tingkah aneh pemuda-pemuda itu.

"Lihat tiang-tiang lampu itu, siapapun yang membuatnya sungguh memiliki selera seni yang sangat bagus"

"Bahkan tembok-tembok rumah itu terlihat begitu indah, ck... sayang sekali aku tidak memiliki kamera untuk mengabadikannya" Taehyung berdecak kesal.

"Apa di tempat kalian tinggal sebelumnya tidak ada yang namanya peradaban? Kalian tinggal di hutan belantara dahulu?" Seokjin menatap sinis punggung ketiga maknae tersebut.

Taehyung menoleh ke belakang. "Di New York hanya ada gedung-gedung tinggi, membosankan, tetapi ini adalah sebuah karya seni" Ia merentangkan kedua tangannya dan menatap ke sekitar dengan bangga.

"Tae benar, di sini sangat indah, di tempat tinggal ku yang lama hanya ada laut dan pasir pantai" Timpal Jimin.

Jungkook hanya mengangkat bahunya acuh. "Aku tidak terlalu memperhatikan lingkungan tempat tinggal ku dulu, tapi sesuatu yang dapat aku ingat dengan baik adalah bau pie apel yang..." Pemuda itu menghentikan kalimatnya dan menarik napas dalam.

"Pie apel!" Serunya seraya menunjuk sebuah cafe kecil yang berada di seberang jalan.

"Kajja~ Jungkookie" Jimin menggandeng tangan Jungkook dan Taehyung kemudian menyebrang jalan.

"Hei.. Hei tunggu dulu, kalian memangnya memiliki uang?" Cegah Seokjin.

"Hyung yang akan membayarnya!" Seru Taehyung yang telah berada di seberang jalan.

Seokjin menggeram kesal. "Anak-anak itu" Ia meremas tangannya dengan gemas, seakan ingin meremukkan ketiga dongsaeng nya itu menjadi sebuah remahan biskuit.

"Sudahlah hyung, aku yang akan membayarkan makanan mereka, sebaiknya kita segera menyusul sebelum mereka membuat keributan di dalam sana" Namjoon menepuk pundak Seokjin, berusaha menenangkan putra Athena tersebut.

"Kalian semua sangat berisik" Yoongi berjalan mendahului ketiga pemuda itu dan menyebrang jalan dengan tenang. Di belakangnya tampak Namjoon yang menyusul.

Seokjin menghembuskan napas dengan kasar, ia mengelus dada mencoba untuk meredakan amarahnya yang seakan hendak meledak tadi.

"Bukankah mereka sama menyebalkannya denganmu dulu, Hoseok-ah?" Seokjin mengerutkan dahinya ketika tidak mendapatkan sahutan dari orang yang tengah ia ajak bicara.

"Hoseok-ah?" Seokjin melambaikan tangannya di depan wajah pemuda manis itu.

Namun Hoseok tetap bergeming dan menatap kosong ke arah depan.

"Apa yang sedang kau lihat?" Seokjin mengikuti arah pandangan Hoseok, namun hanya ada kerumunan pejalan kaki yang tengah melintasi trotoar, sama seperti mereka, tidak ada yang aneh dan mencurigakan.

"Ah, hyung! Kau membuatku terkejut" Hoseok terperanjat kaget ketika wajah Seokjin berada tepat di sebelah kepalanya, bahkan kedua pipi mereka nyaris bersentuhan dan hanya menyisakan jarak beberapa senti lagi.

"Apa yang kau lakukan? Aku tahu jika diriku ini menawan tetapi aku masih menyukai gadis-gadis" Hoseok mendorong wajah Seokjin menjauh dan melangkah meninggalkan putra Athena tersebut.

"Pantas saja Rose terlalu mengkhawatirkan dirimu, kau terlalu lama kesepian dan membutuhkan pasangan" Gerutuan Hoseok tersebut masih dapat di tangkap oleh Seokjin.

Seokjin membulatkan kedua matanya. "Rose? Apa yang nenek sihir itu katakan padamu? Haishh... Gadis itu benar-benar sudah kehilangan akalnya" Kini ganti Seokjin yang menggerutu.

Mereka bahkan tidak menyadari jika ada sepasang mata yang sedari tadi mengikuti dan mengawasi pergerakan mereka.

Kemudian sosok yang sedari tadi memperhatikan ketujuh pemuda itu menurunkan topi yang menutupi rambutnya dan berbaur dengan para pejalan kaki.

*****
Jika di beri satu kesempatan untuk memutar kembali waktu, maka kalian akan memilih untuk kembali ke masa apa?

Jika itu Dave maka ia akan memilih untuk kembali pada waktu ayah dan ibunya meminta pertolongan sang dewa demi keselamatan dirinya.

Tidak, tidak, ia tidak menyalahkan kedua orangtuanya akan status dirinya yang saat ini menjadi anak angkat dewa Ares.

Hanya saja dia merasa jika semua ini terlalu mempermainkannya.

Satu rahasia kecil yang masih di simpan dengan rapat oleh Dave hingga saat ini, hanya kedua saudaranya yang mengetahui rahasia sekaligus kelemahan dirinya tersebut.

Dave tidak memiliki kekuatan apapun. Mungkin kemampuan bertarungnya berada di atas rata-rata jika di bandingkan dengan murid akademi yang lain, tetapi semua itu di dapatnya dengan berlatih keras bersama dengan Namjoon.

Darah Ares tidak mengalir sebanyak itu untuk menjadikan dirinya sebagai seorang demigod seutuhnya.

Darah Ares hanya cukup untuk membuat ia tidak terusir dari akademi ini, hanya itu, bahkan untuk dapat masuk dan keluar dari pelindung yang mengelilingi Zecourus ia membutuhkan bantuan Namjoon.

Selama ini Namjoon yang melindungi dirinya dan Josh, Namjoon juga yang menolong mereka saat berada di kelas mantra, hanya Namjoon.

Hanya Namjoon yang memiliki seluruh kekuatan itu, Namjoon lah demigod yang sesungguhnya di antara mereka bertiga.

Dan sekarang tanpa Namjoon, Dave tidak dapat keluar dari akademi, ia terkurung di dalam bangunan itu dan tidak dapat menemui ayah dan ibunya yang mungkin tengah menanti kedatangan putra kesayangan mereka.

Dave menoleh dan menatap potret dirinya bersama dengan kedua saudaranya, foto itu diambil tiga tahun yang lalu, di saat mereka berada di tingkat pertama.

Pada potret tersebut mereka tampak begitu bahagia dengan senyum penuh kebanggaan, mereka saling merangkul seakan tidak akan pernah melepas rangkulan tersebut. Bersama mereka memiliki dunia, saat itu.

Namun nyatanya kini Dave hanya sendirian, Josh telah pergi meninggalkan dunia ini, lalu Namjoon telah menemukan kehidupan yang baru, bersama sahabat-sahabatnya.

Dave mengepalkan tangannya, ia melayangkan kepalan tangannya pada bingkai foto tersebut, menyebabkan kaca yang melapisi bingkai pecah berserakan di atas lantai.

"Menyebalkan" Dave menggertakkan giginya, kepalan tangannya semakin erat, menghiraukan cairan merah yang mulai merembes dan menetes ke atas lantai.

"Kau tidak bisa melakukan ini kepadaku"

*****
Gerbang itu semakin tertutup dan retakan itu semakin besar.

Keseimbangan mulai terganggu dan mereka yang telah lama diam kini mulai bergerak.

Mereka yang menjadi mimpi indah sekaligus mimpi buruk, menjadi Ying dan Yang, mereka yang baik dan jahat kini mulai melangkah ke arah yang sama.

Dunia Yang Baru

*****
Don't copy my story okay!

12 Maret 2021

~Weni

King of Demigod : Map Of The Hidden WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang