27(perjalanan yang panjang)

498 104 4
                                    

Anak laki-laki itu bernama Jung Hoseok.

Senyum secerah matahari akan selalu terlihat ketika ia menemukan sesuatu yang menyenangkan.

Sesungguhnya tidak sulit untuk membuat seorang Hoseok tertawa, karena pada dasarnya anak itu memang mudah sekali untuk tertawa.

Kisah ini akan bermula saat dirinya baru berusia tujuh tahun, ketika ia menemukan sang ayah tewas bersimbah darah di dalam rumah megah mereka.

"A-Appa? Kenapa kau berdarah?"

Sosok pahlawan yang selalu kuat menggendong dirinya kemanapun mereka pergi, kini terbujur kaku tanpa mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh sang anak.

"Tuan Hoseok!" Seruan seorang pelayan disertai dengan bunyi sirine yang memekakkan telinganya menjadi lagu penghantar bagi anak itu untuk memasuki sebuah babak baru dalam kehidupannya, ia tidak mengingat apa-apa lagi setelah peristiwa yang membuat dirinya begitu terguncang.

Ia hanya mampu menutup kedua telinganya dan menyaksikan bagaimana tubuh sang ayah di gotong ke atas ambulance.

Malam itu adalah malam terakhir kediaman keluarga Jung di datangi oleh banyak orang, karena setelah upacara pemakaman sang ayah, tidak ada satupun orang yang datang mengunjungi atau sekedar menjenguk Hoseok.

Hoseok sangat membenci keheningan, dia sudah terlalu lama kesepian ketika ayahnya selalu pergi selama berhari-hari untuk melakukan pekerjaan yang entah apa itu. Dia juga dilarang untuk memiliki teman, Hosek tidak mengerti sama sekali alasan ayahnya melarang ia untuk berteman, tetapi sebagai anak yang baik dirinya selalu menuruti semua perkataan ayahnya.

"Aku kesepian" Gumam bocah itu seraya menatap kosong kearah gerbang rumahnya yang berdiri angkuh di depan sana.

Srekk...

Srekk...

Hoseok menyipitkan kedua matanya ketika melihat seorang gadis yang mungkin berusia lebih tua darinya tengah mengorek-ngorek tempat sampah di luar sana.

Hoseok memutuskan untuk menghampiri gadis itu, "apa yang sedang noona lakukan?" Tanya Hoseok.

Gadis itu terperanjat kaget dan menatap Hoseok dengan waspada, ia terlihat menyembunyikan tangan sebelah kanannya di balik punggung.

"Noona lapar? Kalau begitu ayo makan bersamaku!" Tanpa pikir panjang Hoseok menarik gadis itu untuk masuk ke dalam kediamannya.

Sesekali gadis itu menolehkan kepalanya, dan menatap sekitar dengan takut.

"Nah, makalah noona" Ujar Hoseok dengan girang ketika para pelayan telah selesai menghidangkan makanan.

Gadis itu menatap Hoseok dengan ragu, tangan kotornya hendak menarik sepotong ayam, namun dicegat oleh bocah itu.

"Astaga noona, ternyata kau belum cuci tangan?" Hoseok menarik gadis itu menuju wastafel.

"Kau harus cuci tangan atau akan sakit perut, itu sangat tidak menyenangkan" Hoseok menekuk wajahnya seraya terus berceloteh.

Mereka berdua makan dengan khidmat, diselingi dengan celotehan Hoseok. Gadis yang berpenampilan kumuh itu hanya mengangguk atau menggelengkan kepala sebagai respon.

"Jadi nama noona siapa?" Tanya Hoseok setelah mereka menyelesaikan acara makan mereka.

Gadis itu menatap ragu kepada Hoseok. "Kau... Tidak tahu siapa aku?" Hoseok menggelengkan kepalanya dengan polos.

King of Demigod : Map Of The Hidden WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang