44 (menentukan jalan)

615 111 8
                                    

"Arghh... Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Hoseok terus memberontak meski kedua tangannya di pegang dengan erat oleh dua orang pria bertubuh besar.

Dirinya kini tengah di giring menuju sebuah tebing, begitu sampai di bibir tebing, Hoseok menjulurkan kepalanya untuk melihat seberapa dalam jurang di bawah kakinya.

Sial! ia tidak dapat melihat seberapa dalam jurang yang tengah menanti di bawah sana karena gelap, tetapi Hoseok yakin jika jurang itu sangat dalam, cukup dalam untuk merenggut nyawa siapa saja yang berani melompat ke bawah sana.

"Sarah! Apa yang kau lakukan di sana?! Minta mereka untuk melepaskan ku" pinta Hoseok dengan mengiba, ia berusaha menoleh guna menatap Sarah yang berjalan di belakangnya.

Sedangkan gadis bersurai pirang itu hanya diam tidak bergeming meski Hoseok terus berteriak meminta untuk di lepaskan, tidak ada ekspresi yang tergambar pada wajah cantiknya, ia seakan tidak perduli akan suara mengiba yang dilontarkan oleh Hoseok. Hatinya telah tertutup oleh sebuah kabut tebal akibat rasa cintanya kepada Peter.

"Sarah, tolong aku" lirih Hoseok yang telah kelelahan akibat terus memberontak, ia hanya dapat menatap nanar jurang yang berada di hadapannya.

"Percuma kau meminta tolong kepadanya, karena dia terlalu mencintaiku" ucap Peter yang tiba-tiba muncul dan langsung melingkarkan lengannya pada bahu Sarah, sedangkan gadis itu hanya mengalihkan tatapannya ke arah lain kala kedua manik matanya tidak sengaja bertemu tatap dengan Peter.

Peter melangkah mendekati Hoseok yang masih dipegangi oleh dua orang bawahannya, ia menarik tangan kiri Hoseok dan kemudian tersenyum masam kala melihat enam buah garis berwarna merah di sana. Garis-garis itu adalah benang merah yang mengikat takdir dari tujuh orang pemegang kunci, hanya segelintir orang yang dapat melihatnya, dan Peter adalah salah satu yang dapat melihatnya.

"Dasar keras kepala" gumam Peter, ia mengeluarkan sebuah belati dari balik jaket denim yang ia kenakan.

"A-apa yang akan kau lakukan?!" Ucap Hoseok dengan ketakutan.

"Sttt... Ini hanya sebentar, aku tidak dapat mengeluarkan kunci thyrsius jika kau masih terikat dengan keenam sahabatmu itu" gumam Peter yang tengah menggores tangan Hoseok, tepat di garis-garis merah itu.

Ya, untuk dapat mengeluarkan kunci thyrsius dari dalam tubuh Hoseok, Peter harus memutuskan tujuh buah benang takdir yang terikat. Karena kekuatannya yang begitu besar, benang takdir itu seakan menjadi tameng yang menghalanginya untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuannya.

"Arghh..." Hoseok mengerang kesakitan kala benda tajam itu menggores permukaan kulitnya, satu buah garis merah terputus seiring dengan darah yang mengalir dari luka sayatan yang diciptakan oleh Peter.

"Bertahanlah sebentar, karena akan ada yang lebih menyakitkan dari ini yang tengah menantimu di depan sana"

*****

Beberapa saat yang lalu~

Taehyung, Yoongi dan Jungkook melompat turun dari gumpalan awan milik Taehyung, kini mereka bertiga telah sampai di sebuah hutan yang terletak tidak begitu jauh dari istana milik Peter. Mereka mengamati keadaan istana yang tampak di jaga dengan begitu ketat, begitu banyak penjaga yang di tempatkan di sekitar bangunan megah tersebut.

"Ck... Bagaimana cara kita menemukan mereka?" Jungkook berdecak kesal, sedangkan Yoongi kini tengah menatap Taehyung dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Wae?" Tanya Taehyung yang merasa diperhatikan oleh Yoongi.

"Gunakan kekuatan teleportasimu Taehyung-ah" ucap Yoongi. Taehyung membulatkan kedua matanya lalu menggelengkan kepala dengan keras, "aku tidak bisa, kekuatan itu masih belum sempurna" tolak Taehyung.

Yoongi mencengkram kedua bahu Taehyung, membuat pemuda yang lebih tinggi dari dirinya itu menatap tepat kepada kedua manik matanya.

"Kau bisa! Berhenti meragukan dirimu sendiri, kau harus yakin dan percaya jika dirimu bisa melakukannya" ucap Yoongi dengan tegas.

Taehyung terdiam merenungi semua kalimat yang Yoongi lontarkan, kemudian menghela napas kecil, Yoongi benar, ia harus berhenti meragukan dirinya sendiri mulai saat ini, ada begitu banyak hal yang menjadi tanggung jawabnya saat ini.

"Rasakan di mana keberadaan Jimin dan yang lainnya, hanya kau yang dapat menemukan mereka saat ini"
Ucap Yoongi memberi instruksi.

"Baiklah" Taehyung menganggukkan kepalanya dengan pasti, kedua manik hazel nya terpejam dan hembusan napas keluar dengan teratur dari sela bibir tipisnya.

Yoongi melepaskan cengkeramannya seraya mengulas senyum tipis, kedua netra hitam itu memperhatikan bagaimana Taehyung mulai menggerakkan tangannya, membuat sebuah pola abstrak di udara.

Lalu kemudian sebuah portal muncul dengan bentuk yang sempurna, Taehyung tersenyum senang, kali ini ia berhasil menciptakan sebuah portal yang sempurna.

Mereka bertiga melangkah memasuki portal tersebut dan seketika sebuah cahaya yang menyilaukan menerpa Indra penglihatan mereka.

"Kita berhasil masuk" gumam Jungkook kala mendapati dirinya kini tengah berada di dalam sebuah ruangan dengan nuansa gelap yang mendominasi, pemuda bergigi kelinci itu bergidik ngeri, tempat ini terasa begitu suram dan menyedihkan.

Meski istana milik ayahnya jauh lebih menyeramkan, tetapi aura yang menguar dari bangunan ini membuat siapa saja yang berada di dalamnya akan merasa ngeri sekaligus jijik, tempat ini tidak ubahnya sepeti kubangan dosa, entah berapa banyak kejahatan yang telah di lakukan di dalam sini.

"Mereka di sana" tunjuk Taehyung kepada sebuah pintu kayu yang berada di ujung lorong, terdapat enam orang penjaga yang berjaga di sepanjang lorong dan dua orang bertubuh paling besar berjaga tepat di depan pintu.

"Haishh... Ini akan sangat merepotkan" keluh Jungkook yang telah mengeluarkan pedangnya, begitu juga dengan Yoongi yang telah bersiap dengan tombak miliknya.

"Kita maju sekarang" Taehyung berjalan paling depan dengan pedang cahaya miliknya, suara langkah kaki mereka yang bergema berhasil menarik perhatian para penjaga.

Pria-pria bertubuh kekar itu segera melayangkan sebuah serangan kepada ketiga pemuda itu, perkelahian pun tidak terelakan menciptakan suara gaduh yang tentu saja akan menarik perhatian lebih banyak penjaga untuk datang ke sana.

"Jungkook-ah! Tutup jalan masuk nya" titah Taehyung yang kini tengah menghadapi salah satu pria bertubuh besar yang menjaga pintu tadi.

Jungkook dengan cepat menyemburkan api dari pedangnya ke arah pintu masuk lorong, menghadang langkah para penjaga yang baru saja berdatangan, api itu begitu besar hingga nyaris menyentuh atap lorong yang terbuat dari batu.

Para penjaga di luar sana berusaha memadamkan api tersebut dengan menyiramkan air dari sumur yang berada di dekat mereka, tetapi percuma, karena api itu tidak akan padam selain Jungkook menariknya kembali ke dalam pedangnya.

Taehyung menciptakan sebuah petir di tangannya dan melemparkan petir itu sehingga menembus kobaran api milik Jungkook, lalu terdengar suara erangan kesakitan yang berasal dari para penjaga di luar sana, mereka yang tengah berdiri di atas genangan air telah tersengat oleh petir milik Taehyung tadi.

Yoongi menendang kepala seorang penjaga yang tengah ia hadapi dengan gerakan memutar, sehingga pria itu kini tengah jatuh terkapar tidak sadarkan diri bersama dengan rekan-rekannya yang telah berhasil mereka tumbangkan.

Taehyung membuka pintu kayu berukuran besar itu dengan kasar, ia termangu kala melihat pemandangan di dalam ruangan ini, tanpa sadar setetes air jatuh dari pelupuk matanya. Kemana saja ia selama ini sehingga tidak mengetahui jika rakyatnya tengah menderita, entah sudah berapa lama mereka terkurung di dalam sini.

"Aku akan mengeluarkan kalian semua"

*****
Don't copy my story okay!

12 Desember 2021

~Weni

King of Demigod : Map Of The Hidden WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang