2 (sebuah kisah baru)

1.3K 204 3
                                    

"Kalian terlambat" Ucap Seokjin ketika dua orang pemuda bersurai kelabu dan hitam kemerahan berjalan mendekatinya.

Pemuda bersurai kelabu memutar matanya malas. "Kau terdengar seperti Trixy ssaem, menyebalkan" Dengusnya seraya bersedekap dada.

"Cobalah untuk mulai menghargai waktu Kim Taehyung" Sahut Seokjin tanpa mengalihkan tatapan dari buku yang berada di atas pangkuannya.

Punggung lebarnya bersandar dengan nyaman pada sebatang pohon rindang yang berada di tepi danau.

"Mereka hanya terlambat beberapa menit" Sahut seseorang.

Seokjin mendongakkan kepalanya, menatap kesal seseorang yang sedang berbaring dengan santainya pada dahan pohon yang sangat kokoh tersebut.

"Keterlambatan bukanlah hal yang dapat ditoleransi, Yoongi-ah" Ucapnya tidak terima.

Yoongi mengangkat tangan yang menutupi kedua matanya, lalu menoleh untuk menatap Seokjin yang berada di bawahnya.

"Bukan juga menjadi hal yang dapat di besar-besarkan"

Perempatan imaginer muncul pada dahi Seokjin ketika Yoongi terus menerus membantah perkataannya.

"Sopan lah kepada yang lebih tua" Kata-kata pamungkas itu akhirnya keluar juga, biasanya kata-kata itu dapat membungkam para maknae yang selalu membantah perkataannya.

"Kita hanya berbeda tiga bulan jika kau lupa, hyung" Yoongi sengaja menekan kata hyung agar Seokjin menjadi semakin kesal.

Dan berhasil!

Seokjin sukses dibuat meradang olehnya, bahkan putra Athena tersebut tampak bersiap melempar buku tebal yang tengah ia baca ke arah Yoongi yang masih setia berbaring di atas dahan pohon.

Sedangkan kedua maknae yang tadi menjadi sasaran kekesalan Seokjin hanya dapat duduk dengan tenang, menyaksikan perdebatan konyol yang terjadi diantara kedua hyung tertua mereka tersebut.

"Mereka meributkan apa lagi?" Suara Hoseok berhasil membuat Taehyung terperanjat kaget.

"Aah, hyung! Kau membuatku nyaris mati" Putra Zeus itu mengelus dadanya seraya menatap kesal Hoseok yang sudah memasang cengiran lebar.

"Jadi, apa yang sedang di ributkan oleh para tertua itu?" Hoseok mengedikkan dagunya kearah Seokjin dan Yoongi yang masih saling sahut menyahut, layaknya dua ekor burung yang sedang mengadakan kontes kicauan.

"Maaf kami terlambat, kelas duel ternyata berlangsung lebih lama dari yang kami kira" Sontak kelima pasang mata yang berada di sana mengalihkan atensi kearah dua orang pemuda yang tengah melangkah dengan santai.

Seakan tidak menyadari jika ada sebuah atmosphere tidak menyenangkan yang tengah melingkupi dua diantara mereka saat ini.

"Eoh? Kalian kenapa?" Jimin yang menyadari ada sesuatu yang tidak beres tersebut menghentikan langkahnya, ia menatap kelima sahabatnya dengan bingung.

Seokjin mendengus dan kemudian menyandarkan punggungnya dengan kasar kepada batang pohon rindang tersebut.

"Kalian semua menyebalkan" Gerutunya.

Yoongi melompat turun dari atas dahan pohon dan mendarat tepat di sebelah Seokjin.

"Belajarlah untuk menerima orang-orang dengan apa adanya, hyung. Tidak semua orang harus mengikuti kehendakmu" Ucap pemuda berkulit pucat tersebut.

"Tetapi aku juga lelah jika terus-terusan mengikuti kebiasaan kalian yang sangat bertentangan dengan diriku" Balas Seokjin tidak terima.

Yoongi menghela napas panjang, "kita ini tujuh orang yang berbeda, tujuh kepala yang tidak akan pernah bisa menjadi satu, jangan memaksakan sebuah gading untuk menjadi lurus, hyung"

Tatapan Seokjin yang tadinya memancarkan kekesalan perlahan menjadi meredup, "kau benar" Gumamnya, kedua manik matanya menatap kearah kelima pemuda yang tengah berkumpul tidak jauh dari dirinya.

"Mungkin itu sebabnya semesta memilih Tae untuk menjadi Raja kita" Ucap Seokjin. "Dia dapat menyatukan kita di dalam perbedaan" Lanjutnya.

Yoongi terdiam, kedua manik kucing itu menatap sosok pemuda bersurai kelabu yang tampak tertawa, memamerkan senyuman kotak miliknya.

Deg...

"Bahkan semesta pun memiliki misteri tersendiri, ujian itu belum selesai. Petualangan yang sangat besar tengah menanti ketujuh kunci takdir untuk menghampirinya"

Yoongi mengerjapkan matanya ketika sebuah suara bergema di dalam kepalanya.

apa itu tadi?

"Argh..." Yoongi mengerang kesakitan ketika kedua telinganya berdengung.

Suara apa itu tadi?

"Kau tidak apa-apa, Yoongi-ah?" Tanya Seokjin yang tidak dapat menyembunyikan raut khawatirnya. Ia segera menangkap tubuh Yoongi yang terhuyung ke belakang.

"Kau sakit?"

Yoongi memejamkan matanya sekilas dan kemudian menggelengkan kepala.

"Tidak, aku baik-baik saja" Jawab Yoongi.

Putra Apollo tersebut menatap dengan intens punggung tegap Taehyung yang tertutupi oleh sebuah jacket berwarna coklat susu.

"Apakah ini adalah ujian selanjutnya?"

*****
Kegelapan malam mulai menyelimuti bumi ketika sang surya telah berganti tugas dengan sang rembulan untuk menerangi dunia ini.

Bintang-bintang juga tidak ingin ketinggalan memberikan sedikit cahayanya untuk membantu menerangi dunia yang menyimpan ribuan misteri tersebut.

Zecourus, yang berarti tempat bernaung. Nama yang sangat tepat untuk bangunan yang menyerupai summer camp tersebut.

Di atas lahan yang sangat luas tersebut berdiri sebuah bangunan utama yang di jadikan sebagai tempat para demigod untuk menimba ilmu, sedangkan tidak jauh dari bangunan utama tersebar beberapa bangunan kecil yang merupakan kamar asrama para demigod.

Bergerak menuju bagian utara dimana terdapat tiga buat bangunan yang memiliki daya tarik tersendiri, tiga buah kamar yang di huni oleh tiga orang putra para dewa tertua yang mendiami Olympus.

"Engh..." Erangan tidak nyaman terdengar dari dalam salah satu bangunan tersebut. Tepatnya bangunan yang di dominasi oleh dinding kaca tersebut.

"Tidak, aku tidak akan melakukan itu" Igau Taehyung.

Ia bergerak dengan gelisah di dalam tidurnya, angin berhembus dengan kencang kedalam kamar Taehyung ketika pintu balkon tiba-tiba saja terbuka.

"Arghh.." Taehyung tersentak dari tidurnya dan menatap sekeliling kamarnya dengan liar.

"Apa itu tadi?" Ia mengusap wajahnya dengan kasar, mimpi tadi benar-benar menyeramkan.

Pemuda itu perlahan bangkit dari atas ranjang empuknya, berjalan menuju pintu balkon yang masih terbuka, hembusan angin menyapa tubuhnya yang hanya dibalut oleh sebuah piyama berwarna kelabu, sewarna dengan warna rambutnya.

"Apakah itu sebuah pertanda?" Gumamnya seraya menatap langit malam yang di penuhi oleh bintang-bintang, seakan tengah berbicara dengan seseorang yang berada di balik hamparan awan tersebut.

Pikirannya kembali melayang jauh pada masa-masa sulitnya beberapa bulan yang lalu, dimulai dari kematian ibunya, lalu peperangan besar yang di laluinya bersama ke enam sahabatnya.

Ia berpikir jika itu adalah akhir dari segala hal buruk yang menimpa kehidupannya, karena kini dirinya telah cukup bahagia dengan kehidupan damai ini.

Tetapi sepertinya sang takdir masih ingin bermain dengannya, beberapa malam ini mimpi yang sama selalu menghantui tidurnya.

Di dalam mimpi itu ia dapat melihat sesosok bersurai kelabu tengah memegang petir pada kedua tangannya, lalu petir-petir itu di lemparkan kearah enam pemuda yang tengah berdiri membelakanginya. Mimpi itu terasa sangat nyata.

"Apakah aku yang akan menjadi orang jahatnya kali ini?"

*****
Don't copy my story okay!

30 Januari 2021

~Weni

King of Demigod : Map Of The Hidden WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang