41 (menentukan jalan)

542 116 17
                                    

Langkah demi langkah Taehyung ambil tanpa keraguan sedikitpun, bahkan tidak pernah sekali pun pemuda itu melihat kebelakang atau berbicara tentang tiga orang sahabatnya yang kini telah melangkah di jalan yang berbeda.

Jungkook menyikut lengan Yoongi membuat pemuda berkulit pucat tersebut menatapnya dengan alis yang terangkat. Pemuda bergigi kelinci tersebut mengedikkan dagunya ke arah Taehyung yang di balas oleh gelengan kepala sebagai jawaban, mereka berdua tidak dapat menebak apa yang ada di dalam kepala sang putra Zeus saat ini.

Setelah cukup lama menelusuri goa yang lembab dan gelap tersebut, akhirnya mereka menemukan sebuah cahaya, kini mereka bertiga telah keluar dari goa dan mendapati diri mereka di sebuah tempat yang begitu tandus dengan matahari yang bersinar terik tanpa awan yang menaungi, tanah pecah, pepohonan yang kehilangan daun-daunnya dan juga beberapa kerangka yang entah makhluk apa dirinya semasa hidup.

"Tempat ini begitu mengerikan" lirih Jungkook, meski dia telah keluar masuk istana Hades, tetap saja pemandangan ini terasa mengerikan, di tambah dengan aura hitam yang menyelimuti tempat ini, rasanya Jungkook lebih baik bermalam di istana ayahnya dari pada harus berada di tempat ini.

Begitu juga dengan Taehyung, di setiap langkah yang ia ambil, dirinya dapat merasakan begitu banyak kebencian dan dendam yang mengendap di bawah sana, seperti sebuah bom, tinggal menunggu waktu maka semua aura jahat itu akan menjelma menjadi sebuah kegelapan yang mampu menyelimuti seluruh dunia.

"Kita telah sampai" Gumam Taehyung.

Di hadapan mereka kini membentang sebuah jembatan yang terbuat dari tumpukan batu, memiliki panjang sekitar lima meter dengan diameter yang cukup besar, di ujung jembatan terdapat sebuah gerbang yang kondisinya tampak tidak begitu baik, hanya tinggal dua buah pilar dari gerbang itu yang masih berdiri, sedangkan ornamen-ornamen yang diyakini sebagai bagian dari gerbang itu telah berserakan di atas tanah.

Taehyung menghentikan langkahnya tepat di ujung jembatan, menarik napas sejenak sebelum mengambil langkah pertama untuk meniti jembatan tersebut.

Seketika angin berhembus dengan kencang disertai dengan tanah yang bergetar hebat, "a-apa yang sedang terjadi?!" Seru Jungkook dengan panik, ia berpegangan pada pembatas jembatan, begitu juga dengan Yoongi, hanya Taehyung yang tampak masih berdiri dengan tegak di tengah hembusan angin ini.

"Mereka yang ditakdirkan telah tiba di tempat para demigod berawal dan berakhir, tempat dimana kepingan puzzle yang terakhir akan terungkap. A new world for the demigods, azzurixh"

Lalu semuanya berubah menjadi hitam, mereka bertiga terombang ambing di dalam kegelapan itu, tidak dapat bersuara atau pun melihat, sekedar memastikan kondisi satu sama lain.

*****
Sementara itu di sisi lain, Jimin, Seokjin dan Namjoon telah tiba di depan mulut goa yang berhadapan langsung dengan sebuah lautan, ternyata jalanan yang mereka pilih tadi memiliki ujung di sebuah dinding tebing yang sangat curam, di bawah sana ombak yang bergulung tengah menunggu mereka, bersiap menelan dan menenggelamkan mereka jika tidak hati-hati dalam melangkah.

"Haah... Aku tahu ini tidak akan mudah" gerutu Seokjin, ia menghela napas panjang.

Sedangkan Namjoon mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara derap langkah kaki dari atas. "Kalian mendengarnya?" Tanya Namjoon yang dibalas oleh anggukan kepala dari Jimin dan Seokjin.

"Tidak ada cara lain, kita harus memanjat untuk sampai ke atas sana"
Ujar Jimin seraya mengambil pijakan, bersiap untuk memanjat.

Mau tidak mau Seokjin dan Namjoon mengikuti Jimin yang telah duluan memanjat. Tidak memakan begitu banyak waktu, mereka akhirnya berhasil sampai di atas dengan selamat, mereka bertiga terdiam di bibir tebing ketika mendapati segerombol orang tengah mengacungkan senjata ke arah mereka.

"Sial! Kita tertangkap" umpat Namjoon dengan suara yang begitu lirih, tangannya bergerak kebawah dengan perlahan mencari keberadaan pedangnya dan seketika tersadar jika ia tidak memiliki benda itu lagi di pinggangnya.

Seokjin menekan pipi bagian dalamnya menggunakan lidah dan kemudian berdecak pelan, "baiklah, kalian berhasil menangkap kami" ucapnya seraya mengangkat kedua tangan di udara, tanda menyerah.

"Hyung-" ucapan Jimin terhenti ketika Namjoon memegang pundak pemuda bersurai biru tersebut. Mereka berdua saling bertatapan selama beberapa detik dan kemudian ikut mengangkat kedua tangan mereka.

Gerombolan bersenjata tadi merupakan para demigod yang beberapa minggu lalu menghilang dari akademi, sesuai dugaan mereka jika Peter lah yang berada di balik menghilangnya para demigod itu.

Mereka digiring menuju sebuah bangunan megah yang didominasi warna gelap, sepertinya ini adalah istana milik Peter, terdapat begitu banyak penjaga yang mengisi di setiap sudut bangunan itu, seperti sebuah benteng yang mustahil untuk di tembus.

"Ini gila! Bagaimana mereka mendapatkan semua benda itu?" Desis Seokjin ketika mengenali senjata-senjata yang di pegang oleh orang-orang di dalam bangunan itu.

Senjata-senjata terlarang yang menggunakan ilmu hitam, hanya orang yang memiliki kebencian, kemarahan dan dendam yang sangat besar yang dapat menggunakannya, bahkan tak jarang penggunanya harus melakukan perjanjian dengan mengikat jiwa mereka pada senjatanya agar memiliki kekuatan yang lebih besar.

Seharusnya Ares telah memusnahkan benda-benda itu setelah perang besar melawan sang kegelapan, atau setidaknya menguncinya di tempat yang tidak akan pernah bisa ditemukan oleh siapapun. Tampaknya sang dewa perang tengah lengah dan kecolongan untuk kali ini.

Mereka bertiga kini telah tiba di sebuah ruangan yang begitu luas dengan singgasana berlapis emas yang berada pada undakan tangga paling atas, membelakangi sebuah jendela raksasa sehingga kini singgasana itu terlihat begitu berkilau diterpa oleh cahaya matahari yang mulai terbenam di ufuk barat.

Ketiganya terpaksa untuk berlutut ketika orang-orang yang menggiring mereka menendang lutut mereka bertiga dengan kasar, "aah shit!  Jika sampai lututku kenapa-kenapa, maka lehermu akan aku patahkan" ancam Seokjin kepada seorang pemuda yang berada di belakangnya.

"Waah.. waah.. lihat siapa yang datang, para pemegang kunci takdir, yang ditakdirkan untuk menyelamatkan para demigod dari kehancuran. Kenapa kalian berada di sini? Apakah kalian tersesat?" Peter yang tengah duduk di atas singgasana bertepuk tangan seraya tergelak kecil, terdengar seperti sebuah ejekan di telinga Jimin.

"Dimana Hoseok Hyung?!" Sentak Jimin.

"Sabarlah putra Poseidon, jangan terlalu terburu-buru, izinkan aku menjadi tuan rumah yang baik dan menjamu tamuku dahulu" Peter menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangan di depan dada, ia menatap angkuh Jimin dan kedua pemuda lainnya yang tengah berlutut di bawah sana.

"Aku pasti akan mempertemukan kalian dengan Hoseok, segera setelah aku menyelesaikan ritualnya" sebuah senyum miring terlukis pada wajah sombong itu.

Jimin memberontak dengan hebat. "Kau akan membunuhnya sialan!" Umpat Jimin, ia masih terus memberontak meski telah ditahan oleh dua orang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar darinya.

"Mati saja kau!" Maki Jimin dan kemudian suara teriakannya terhenti ketika seseorang memukul tengkuknya dengan keras.

"Jimin-ah!" Seru Namjoon dan Seokjin secara bersamaan ketika tubuh Jimin ambruk ke atas lantai marmer. Namun sebelum mereka dapat meraih tubuh Jimin yang terhuyung ke atas lantai, seseorang memukul tengkuk mereka dengan keras.

"Si kecil ini terlalu berisik, kalian juga sama saja" seorang gadis bersurai blonde menendang pelan tubuh Jimin yang telah tidak sadarkan diri.

"Kau..." Seokjin menyipitkan matanya tidak yakin. "Rose" lirihnya dengan kedua mata yang membulat sempurna.

*****
Don't copy my story' okay!

Waah... Siapa tuh? 😮

Ada yang bisa nebak gak kira-kira cerita ini bakalan gimana akhirnya?

Happy atau sad ending? Hmmm...😏

Vote dan komennya ditunggu ya~💜

02 Desember 2021

~Weni

King of Demigod : Map Of The Hidden WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang