2

892 106 0
                                    

Pria berusia pertengahan tiga puluh terbatuk - batuk dengan kerasnya, membuat orang - orang di sekelilingnya hanya bisa menunduk ketakutan. Tak terkecuali Joliene, istrinya sendiri. Ia hanya bisa mengunci mulutnya saat Jansen terus tersiksa menahan rasa sakitnya. Sedetik kemudian suara bantingan barang terdengar di penjuru kamar pria tersebut. Ia menatap semua orang yang ada disana satu per satu.

"Ini bukan sakit biasa, aku tahu. Siapa di antara kalian yang berusaha meracuniku ?" Tanyanya sinis. Sesaat ia tertawa layaknya orang tak waras.

"Bahkan setelah aku berhasil menyingkirkan wanita sialan itu, ia masih bisa meracuniku dari Whitemouttier. Ini adalah ulah Margaret bukan ?"

Tak ada yang berani membuka suaranya disana karena mereka juga tidak tahu apa yang terjadi. Welton, putra tertuanya bahkan bersembunyi di belakang ibunya. Sayangnya Jansen menangkap ketakutan lelaki itu dan hal tersebut justru membuatnya semakin meledak.

"Jawab ketika aku bertanya !" Bentaknya keras, membuat Joliene terkejut.

"Yang Mulia, tak ada bukti bahwa ucapanmu benar. Setiap harinya kami juga makan makanan yang sama sepertimu." Jawab Joliene, berusaha berani di depan Jansen supaya pria itu tak semakin emosi. Nyatanya mereka semua baik - baik saja padahal mereka semua memakan makanan yang sama.

"Ambil kertas !" Bentaknya lagi. Seorang petinggi istana segera beranjak keluar saat Jansen meminta selembar kertas.

"Aku akan menulis surat untuk Kenneth Days. Dia pasti senang karena pada akhirnya aku membalas suratnya. Semua orang di Keluarga Days adalah iblis. Cocok bila Margaret bergabung dengannya." Ia masih sempat menghujat Margaret lagi bahkan saat kondisinya hampir sekarat. Joliene dan anak - anaknya hanya bisa mendengarkan segala kemarahan Jansen. Untuk saat ini, mengeluarkan sembarang kalimat bisa berakibat fatal bagi mereka.

***

Agenda rapat besar itu terpaksa dimundurkan beberapa hari karena kondisi kesehatan Kenneth yang tiba - tiba turun drastis. Lelaki itu mengeluh kepalanya sangat sakit. Margaret tahu bila lelaki itu terlalu banyak berpikir dan kekurangan waktu istirahat sehingga ia memutuskan untuk merawat Kenneth di Witchave. Yang terpenting sekarang adalah kesembuhan Kenneth karena berita sakitnya lelaki itu menimbulkan banyak kekhawatiran sekalipun sakit kepala adalah hal yang wajar.

"Apakah kondisinya baik - baik saja ?" Tanya Helena dengan khawatir. Wanita itu menunggu di ambang pintu sedangkan Viktor tetap tenang berdiri di balkon sembari menggendong Archer.

"Ayahmu sedang sakit, Archer. Apakah kita akan menunggunya atau bermain di taman ?" Ia menggoda Archer sembari memperlihatkan hamparan rumput yang luas di depan Witchave. Bayi itu nampak senang sembari menunjuk - nunjuk ke arah bawah.

"Baiklah, kita akan turun kesana. Aku akan meminta izin pada ibumu terlebih dahulu." Ia mengecup kening Archer sembari menunggu Margaret bicara kepada Helena.

"Yang Mulia Raja baik - baik saja, ibu suri. Ia hanya kurang tidur akhir - akhir ini. Aku akan memastikan ia sembuh." Jawab Margaret. Nada bicara perempuan itu sangat berwibawa, Helena menyukainya.

"Yang Mulia, aku meminta izin untuk membawa Archer turun ke taman. Aku akan membawanya supaya kau bisa merawat Yang Mulia Raja."

"Aku akan menyuruh Rowena untuk ikut denganmu, ayah. Ia bisa memberikan Archer padaku, berjaga bila ia menangis."

"Terima kasih." Baru saja Viktor mengucapkan kalimat tersebut, Helena sudah mengambil alih Archer terlebih dahulu. Ia sepertinya menjadi orang senang ketika Margaret sedang sibuk. Karena dengan begitu, ia bisa membawa Archer sesuka hatinya.

***

Kenneth tidur dengan tenang sementara itu Margaret sibuk membaca tumpukan kertas yang ada dihadapannya. Ia ditemani Panglima Cedric disana. Cedric tak melakukan apapun selain membaca ulang keputusan - keputusan yang dibuat Kenneth mengenai Wayland Pendant. Margaret sepertinya juga terdampak akibat hal tersebut yang membuat tugasnya bertambah berat saat ini.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang