29

623 81 0
                                    

"Yang Mulia." Cedric datang menghampirinya dengan wajah gugupnya. Kenneth tahu bahwa akan ada kabar buruk lagi setiap kali Cedric memasang ekspresi seperti itu.

"Katakan ada berita buruk apa lagi ? Akhir - akhir ini kau tidak pernah memberi kabar baik padaku, Panglima Cedric." Lelaki itu tetap tenang disana.

"Belum ada perkembangan apa - apa, Yang Mulia. Tetapi Domethians akan pergi ke gedung Dewan Kerajaan hari ini juga. Kondisi semakin tak kondusif, Domethians berniat untuk turun ke Balai Rakyat bersama beberapa anggota dewan." Ujarnya hati - hati.

"Yang benar saja." Kenneth menutup mapnya lalu menatap Cedric dalam - dalam.

"Tindakan ini hanya akan memancing pertanyaan rakyat atas kendaliku. Sebenarnya siapa yang membuat keputusan ? Sebenarnya siapa yang harus membereskan masalah ini ? Semua itu akan menjadi variasi pertanyaan yang menarik." Imbuhnya.

"Menurutku ini aman untuk dilakukan, Yang Mulia. Rakyat membandingkanmu dengan keputusan Domethians dulu saat ia masih menjabat sebagai raja. Domethians bisa membuka suaranya di depan rakyat dan bersaksi bahwa ia mengetahui keputusanmu jauh sebelum kau naik takhta. Dan ia sendiri telah menyetujuinya sehingga secara tak langsung, perang ini bukan hanya keputusanmu semata. Ini keputusan kalian berdua dan rakyat harus mengetahuinya supaya namamu tak semakin tercoreng. Aku tak akan membiarkan mereka membandingkanmu dengan Domethians, Yang Mulia." Ujar Cedric mendalam. Lelaki itu sangat serius dengan ucapannya, membuat Kenneth berpikir dua kali atas apa yang baru saja dikatakan oleh Cedric.

"Izinkan ia keluar. Aku akan menulis surat sebentar lagi." Kenneth telah menentukan keputusan finalnya.

"Surat apa, Yang Mulia ?" Cedric menoleh dengan tatapan yang tak dapat dideskripsikan.

"Surat kejujuran, apalagi memang ? Mereka memang berhak mempertanyakan mengenai keputusanku, mereka juga berhak mengetahui asal mulanya supaya mereka tak salah sangka padaku. Kita membentuk ikatan satu sama lain, rakyat harus tahu kebenarannya." Lelaki itu sudah siap dengan penanya. Ditariknya secarik kertas lalu Kenneth menulis dengan tenang disana.

"Apakah ini baik - baik saja ? Maksudku, citra Keluarga Days sedang dipertaruhkan saat ini, Yang Mulia." Peringatan dari Cedric sudah dapat diprediksi oleh Kenneth tetapi lelaki itu tetap bertahan pada keputusan awalnya.

"Citra Keluarga Days tidak akan luntur hanya karena masalah semacam ini, Panglima Cedric. Ini adalah tindakan yang sangat berani bukan ? Biarlah aku yang menanggung semuanya bila terjadi sesuatu nantinya. Aku tahu apa yang aku lakukan. Tunggu hingga rakyat tahu bahwa kita berhasil mengakuisisi Goddam. Semua masalah akan selesai. Kita hanya perlu bersabar." Ujarnya sangat lugas.

"Aku ingin kau tahu, Yang Mulia. Aku selalu mempercayai setiap keputusanmu. Kau adalah orang yang ku kenal memiliki pertimbangan paling matang, bahkan ketika aku sendiri mengira bahwa semua rencana yang kau keluarkan adalah rencana bunuh diri..." Ucapannya terjeda sebentar. Kenneth menoleh untuk mendengar akhir dari kalimat Cedric.

"Tetapi nyatanya rencana - rencanamu berhasil menyelamatkan nyawa kita. Aku tidak akan pernah melupakan saat - saat dimana kita berperang bersama di medan perang. Kau adalah pangeran yang pemberani, kau adalah singa kami semua." Lanjutnya dengan wajah penuh ketegasan. Kenneth mengangkat kedua alisnya serempak sembari menggelengkan kepalanya pelan.

"Bunuh diri hanyalah sebuah tipu muslihat, baik bagi yang melakukannya maupun bagi yang melihatnya." Sahut Kenneth ringan. Cedric tersenyum mendengarnya.

"Kau orang yang sangat gigih, aku tahu itu."

"Dan kau adalah orang yang selalu berdebat denganku bahkan di detik - detik kita akan terbunuh oleh musuh. Bila saja kau tidak mendengar rencanaku, kita akan tewas di Perang Yard. Aku ingat kita berakhir di tepi danau sembari meminum arak. Itu adalah arak pertamaku saat itu."

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang