14

732 85 0
                                    

Margaret kembali menjalani rutinitasnya sehari - hari. Ia bangun pagi buta untuk menyiapkan dirinya sendiri. Setiap hari ia memakai atribut ratu, tak peduli seberapa berat gaun dan hiasan kepala yang harus dipakainya. Namun Margaret bersyukur, tubuhnya beradaptasi dengan cepat sehingga kini ia merasa nyaman mengenakannya.

Bila Archer belum bangun, ia segera bergegas pergi ke paviliun Kenneth. Dengan menggunakan lorong penghubung yang ada di setiap kastil, perempuan itu berjalan diikuti oleh Henrietta di belakangnya. Margaret selalu rajin memeriksa kebutuhan Kenneth di pagi hari sehingga pelayan tak perlu masuk ke kamarnya lagi. Saat Margaret datang, Kenneth sudah masuk ke pemandiannya. Lelaki itu juga berinisiatif untuk bangun lebih pagi lagi, semata - mata untuk menghargai kedatangan Margaret disana. Ia tahu Margaret masih punya agenda lain dan ia harus cepat bergerak.

"Apakah Archer belum bangun ?"

"Sudah, Yang Mulia. Kebetulan sekali ia bangun sangat pagi, bersamaan denganku." Margaret memakaikan jubah pada Kenneth. Lelaki itu terlihat sangat rapi sekarang.

"Baiklah, kita akan sarapan bersama. 

"Apakah kau telah menghubungi Panglima Cedric, Yang Mulia ? Kapan ia akan kembali ?" Tanyanya tiba - tiba.

"Seharusnya kemarin sore. Mungkin sedikit molor karena medannya yang kurang baik."

"Semoga pagi ini ia datang ke rapat. Aku sangat butuh kalkulasi matang dari pengamatannya."

"Tentu saja." Sahutnya tenang.

"Makan... Makan..." Archer terus menerus bertepuktangan karena sepertinya hanya itu cara tercepat untuk memanggil Margaret.

"Ibu disini sayang." Margaret datang kemudian mengecup keningnya.

"Archer putra kesayanganku !" Kenneth menghujaminya dengan belasan ciuman, membuat anak itu tertawa lepas setelahnya.

"Ayah..."

"Iya, ini ayah. Apa yang ingin kau katakan pada ayah ?"

"Zu..." Ia menunjuk sendok yang sekarang dipegang Margaret. Archer selalu bersemangat untuk makan karena Margaret selalu bersabar menunggunya. Archer cenderung senang melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Margaret tak pernah memarahinya walaupun makanannya akan belepotan. Setidaknya, itu adalah usaha anak tersebut untuk mandiri.

"Lihat, Margaret. Rasanya baru kemarin ia memanggilku zaza dan sekarang ia bisa memanggilku ayah. Dia cukup tinggi untuk bayi seusianya."

"Kau sangat tinggi, Yang Mulia. Ia meniru dirimu." Margaret tak banyak berkomentar. Ia fokus menyiapkan makanan Kenneth dan Archer.

"Kau mau makan apa hari ini, Archer ? Tenggorokanmu sangat kecil sehingga kau tidak boleh memakan sesuatu yang terlalu besar. Ibumu sedang menyiapkan sup untukmu, aku tahu kau menyukainya." Kenneth sering sekali mengajaknya berbicara sehingga Archer sekarang dapat memahami ucapan orang lain serta mahir mengucapkan beberapa kata yang familiar di telinganya.

"Ayah, taman." Archer menunjuk - nunjuk keluar dengan semangat.

"Makan makananmu, Archer. Kita akan pergi ke taman nanti sore. Kemarilah." Ia mengambil Archer dari Kenneth supaya lelaki itu dapat segera makan.

Kata - kata Margaret sebenarnya biasa saja tetapi entah mengapa Kenneth merasa perempuan itu sedang kurang bersahabat saat ini. Bila diperhatikan, Margaret sama sekali tak tersenyum pagi ini. Sepertinya memang benar, Margaret sedang memikirkan sesuatu.

***

"Bagaimana hasilnya ?"

"Mereka memenuhi Danker, Yang Mulia. Prediksi kita meleset. Sepertinya kita akan mengalami kerugian besar setelah perang ini." Ujar Cedric hati - hati. Kenneth meletakkan penanya. Ia berpikir sesaat sembari menatap Cedric dalam - dalam.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang