Margaret dan Kenneth sedang tertidur saat terdengar banyak langkah di luar paviliunnya. Margaret adalah orang yang pertama terbangun. Perempuan itu mengucek matanya sendiri dengan mulut yang menguap panjang. Baru saja ia akan bangkit dari ranjang tetapi Kenneth tiba - tiba saja menggenggam pergelangan tangannya.
"Tetap disini. Aku akan mengeceknya." Lelaki itu sepertinya sudah sadar sejak tadi karena telinganya memang tajam. Namun Kenneth lebih memilih mengabaikannya sebelum akhirnya Margaret terbangun karena merasa terganggu.
Perempuan itu menunggu di kasur sementara itu Kenneth memakai jubahnya sembari mengambil kotak panjang yang berisi pedang. Margaret sebenarnya ngeri sendiri melihat pedang itu tetapi ia masa bodoh. Ia jujur pada dirinya sendiri bahwa ia sangat mengantuk.
Pintu terbuka begitu saja dan suara geraman Kenneth yang keluar. Margaret cepat - cepat memakai jubahnya walaupun ia tak berniat keluar karena Kenneth menyuruhnya menunggu. Tiba - tiba saja semuanya menjadi hening. Suara berisik langkah kaki maupun suara aneh lainnya tiba - tiba hilang begitu saja.
"Ada apa ?" Tanyanya datar sembari menatap tajam satu per satu orang yang berada di sana.
"Ibu Suri telah sadarkan diri, Yang Mulia. Ia berteriak sejak tadi dan tak kunjung berhenti. Tabib berkata bahwa sebagian ingatannya mungkin hilang akibat trauma." Ujar seorang dawning dengan hati - hati. Kenneth beralih begitu saja dari sana dengan langkah cepatnya. Ia pergi menuju serambi kiri istana karena Margaret menempatkan ibunya disana, berseberangan jauh dengan paviliun mereka.
"Lepaskan aku ! Pergi !" Suara Loise terdengar dari kejauhan. Kenneth tertegun sesaat sebelum ia mengintip dari sela - sela pintu yang terbuka.
"Sejak kapan ia seperti itu ?"
"Sejak tadi, Yang Mulia." Jawabnya khawatir. Tiba - tiba saja Cedric muncul dengan terburu - buru. Wajahnya masih mengantuk.
"Aku mendengar keramaian tetapi aku tak bisa menemukanmu, Yang Mulia. Prajurit penjaga berkata kau keluar dari paviliunmu." Ujarnya. Kenneth tahu bila ia tidak boleh melangkah sembarangan apalagi di malam yang gelap seperti ini. Cedric tak akan membiarkannya berkeliaran sekalipun Kenneth ditemani oleh banyak pelayan.
"Bagaimana kita mengatasinya ?" Kenneth melirik pada Cedric yang ikut tertegun sembari memperhatikan.
"Kita bangunkan Yang Mulia Ratu ?"
"Jangan." Kenneth melarangnya.
"Berikan ramuan apapun yang bisa menghentikannya." Titahnya pada pelayan - pelayan yang berada di belakangnya. Salah satu dari mereka segera masuk untuk memberitahu tabib yang berada di dalam sana.
"Ayo kita pergi dari sini." Kenneth pergi begitu saja sembari mengajak Cedric. Pelayan meliriknya diam - diam. Mungkin saja mereka berpikir bahwa Kenneth tak berempati sama sekali, atau mungkin juga mereka berpikir bahwa Kenneth sangat arogan. Namun alasannya bukan itu sebenarnya. Kenneth benar - benar letih dan ia sendiri tahu ia tak bisa berbuat apa - apa selain membiarkan semuanya berlalu begitu saja.
***
Margaret melangkah dengan terburu - buru ketika seorang tabib menceritakan apa yang terjadi semalam pada Loise. Perempuan tersebut sangat khawatir kepada ibunya. Ia tahu bahwa Loise butuh banyak istirahat tetapi ia benar - benar memaksa. Margaret ingin menemuinya detik itu juga.
"Yang Mulia." Para pelayan menundukkan badannya ketika Margaret datang dengan wajah tegasnya. Ia duduk di tepi ranjang Loise, membuat wanita paruh baya tersebut membuka matanya begitu saja ketika ia merasa ada orang yang menghampirinya. Saat mata mereka bertautan, kedua orang tersebut spontan berkaca - kaca sendiri. Margaret adalah orang pertama yang memeluk Loise dengan erat, terisak - isak di bahu wanita tersebut dengan hebatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM DAYS - United Monarchy
Fiction HistoriqueWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Summer (Jul 3rd, 2023) #1 on Warm (Nov 7th, 2022) #2 on Historical (Jan 29th, 2023) #2 on Historical Fiction (Jan 29th, 2023) #5 on Sejarah (June 7th, 2023) #5...