Suasana istana utama sangat ramai ketika Archer bertemu dengan Peter. Mereka berlarian kesana kemari, membuat Henrietta kewalahan mengawasinya karena istana juga sangat besar. Rowena kira bila Margaret masih berkabung atas kematian ibunya. Namun kejadian lima menit yang lalu membuktikan bahwa perempuan tersebut telah melupakan bebannya sedikit demi sedikit. Ia sudah kembali tertawa bersama Archer walaupun tidak sepenuhnya kebahagiaan terpancar dari sorot matanya.
"Yang Mulia, ku dengar Elise kembali."
"Benar." Sahut Margaret cepat.
"Benarkah ? Bagaimana keadaannya ? Aku tidak tahu selama ini dimana Elise." Rowena terkejut disana.
"Ia berkata bahwa Yang Mulia Raja menempatkannya di Dunham."
"Aku yakin Yang Mulia Raja akan menghidupinya dengan baik sebagaimana ia menghidupiku dulu."
"Tentu saja." Mereka terus bersahut - sahutan disana sembari berbisik, seolah - olah pembicaraan mereka adalah rahasia. Dan hal tersebut rupanya menyita perhatian Helena, orang yang sebelumnya sangat dekat dengan Rowena.
"Aku punya kabar hangat, Yang Mulia. Aku yakin kau belum mendengar hal ini, Yang Mulia."
"Apa itu ?" Bisiknya ingin tahu.
"Dewan Kerajaan menghendaki obligasi tetap diterapkan sekalipun Goddam telah direvolusi menjadi Godwhite." Ujar Rowena hati - hati, membuat Margaret memicing tajam disana.
"Yang Mulia Raja sempat marah. Tentu saja usulan semacam itu akan ditolak. Aku sempat mendengar perdebatan Cedric dengan Louise." Lanjutnya.
"Louise ? Dia belum mati ?" Margaret mengernyit disana. Spontan semua orang menoleh pada Margaret saat suara perempuan tersebut memecah dinginnya sore tersebut. Rowena memberi kode berupa kedipan mata karena Kenneth menatapnya tajam sejak tadi. Ia ingin pingsan detik itu juga.
"Yang Mulia..."
"Aku serius. Sudah lama aku tak mendengar kabarnya. Lagi pula, ia sudah tua. Tak seharusnya ia masih duduk di kursi Dewan Kerajaan." Margaret justru mengungkapkan hal tersebut dengan gamblangnya, membuat Rowena semakin terhimpit disana. Cedric melayangkan tatapan tajam pada Rowena karena wanita itu baru saja membuat dirinya sendiri berada dalam bahaya.
"Sebentar lagi akan ada perombakan anggota dewan, Yang Mulia." Cedric berusaha mengeluarkan Rowena dari topik pembicaraan tersebut. Perlahan tapi pasti.
"Yang Mulia, yang benar saja." Rowena berani memelototi Margaret dengan jelas, tetapi perempuan itu justru menahan tawanya sendiri.
"Aku tahu kau akan mendapat masalah sebentar lagi. Selamat." Sedetik kemudian mereka berdua tertawa lepas, menertawai kejadian tersebut, kejadian yang tadi membuat Rowena menegang setengah mati. Kenneth dan Cedric kembali memperhatikan mereka berdua sembari menyernyit heran. Pasalnya mereka tidak tahu apa yang ditertawakan oleh Margaret dan Rowena. Sementara itu, Viktor sudah menangkap sinyal tidak baik dari Helena yang sejak tadi mengepalkan tangannya erat - erat. Pembicaraan mereka berempat yang kosong membuat Kenneth dengan mudah melihat kekesalan ibunya disana. Ia tahu, dulu Rowena adalah pelayan yang sangat dekat dengannya. Namun sekarang, Rowena sangat condong kepada Margaret. Dimanapun Margaret membutuhkan teman, hanya Rowena - lah yang terlihat sejauh mata memandang. Selain karena Rowena adalah teman dekatnya sejak dulu, ia juga adalah istri dari seorang Panglima Utama, dimana status sosialnya menjadi kuat di Dakota.
"Kapan prediksimu melahirkan ?" Margaret membuka topik pembicaraan yang menarik, membuat Rowena semangat pula disana.
"Aku masih empat bulan lagi, Yang Mulia."
"Ya Tuhan, dua bulan lagi aku akan melahirkan. Sepertinya aku membutuhkan amunisi yang cukup banyak supaya ia bisa keluar dengan cepat."
"Ayolah, tetap saja kau akan menangis. Tidak ada yang mudah dalam hal persalinan."

KAMU SEDANG MEMBACA
WARM DAYS - United Monarchy
Ficción históricaWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Summer (Jul 3rd, 2023) #1 on Warm (Nov 7th, 2022) #2 on Historical (Jan 29th, 2023) #2 on Historical Fiction (Jan 29th, 2023) #5 on Sejarah (June 7th, 2023) #5...