1

2.2K 117 1
                                    

Margaret melangkah dengan tenang memasuki istana ratu. Pagi itu sangat cerah. Seperti biasanya, ia selalu membawa Archer kemanapun ia pergi. Rowena ada di belakangnya untuk membawakan keranjang bayinya. Margaret selalu memastikan bahwa Archer tetap nyaman walaupun ia sering membawanya berpindah - pindah tempat.

"Aku sedikit heran, mengapa Yang Mulia Raja jarang datang ke kastilku akhir - akhir ini ? Biasanya ia selalu datang setiap hari, setidaknya untuk melihat Archer dan mengajaknya berjemur."

"Mungkin Yang Mulia Raja sedang sibuk." Jawab Elise singkat.

"Kau benar. Akhir - akhir ini istana raja sedang sibuk memikirkan strategi untuk mengatasi masalah Wayland Pendant. Tapi tetap saja, biasanya Yang Mulia Raja tetap datang setidaknya dua hari sekali. Ini sudah empat hari dan ia tak menghampiriku sama sekali." Margaret memijat keningnya sendiri yang terasa pening. Duduk di kursi ratu memang sangat melelahkan.

"Hampiri saja, Yang Mulia. Mungkin Yang Mulia Raja begitu sibuk hingga ia tak sempat berkunjung."

"Aku akan melakukannya nanti siang."

Sedetik kemudian Archer menangis dengan keras, membuat Margaret spontan membenarkan posisi bayi tersebut dalam gendongannya. Namun di sisi lain ia tahu bahwa ini memang waktu - waktu dimana Archer biasanya bangun setelah ia tertidur sebentar.

"Baiklah, kau menang lagi kali ini. Aku akan mengawasimu sembari mengerjakan tugas - tugasku. Kau tidak boleh rewel, kau mengerti ?" Margaret memberikan gelang kesukaan Archer pada bayi itu sendiri. Tentu saja Archer tak mengerti apa yang dikatakan Margaret namun perempuan itu cukup senang mengetahui Archer duduk dengan tenang sembari menghentak - hentakkan gelang tersebut. Sesekali anak itu juga tertawa sendiri disana.

"Rowena, apakah kau sudah 'keluar' lagi ?" Tanya Margaret tiba - tiba. Raut wajah Rowena spontan berubah seketika. Ia menjadi takut sekaligus was - was di waktu yang bersamaan.

"Aku belum keluar lagi, Yang Mulia. Semakin hari, Panglima Cedric semakin memperketat akses keluar masuk istana." Jawabnya hati - hati. Margaret menoleh. Pasalnya ia belum mendapat surat apapun selama sebulan terakhir ini. Padahal, biasanya Margaret menerima surat setidaknya sekali seminggu.

"Benarkah ?"

"Itu memang benar, Yang Mulia. Setiap harinya, Panglima Cedric hanya memperbolehkan satu pelayan saja untuk keluar. Biasanya pelayan yang keluar sudah memiliki tugas tertentu dari raja. Semacam tugas yang sangat penting, begitu desas desus yang ku dengar." Sahut Elise cepat.

"Tugas dari raja ? Tugas apa ? Mengapa ia tak memberitahuku padahal seharusnya istana berjalan sesuai dengan kebijakanku ?" Ia mengernyit, membuat Rowena dan Elise saling menatap satu sama lain dengan hati yang berdebar - debar. Namun beberapa saat kemudian, Margaret menggeleng lalu menulis sesuatu di kertasnya.

"Tak apa, kau harus tetap keluar."

"Yang Mulia..."

"Turuti saja apa kataku." Sergah Margaret dengan tegas. Rowena hanya bisa mengangguk patuh mendengar keinginan perempuan tersebut. Bagaimanapun juga Margaret adalah ratu. Rowena akan mendapat masalah bila ia tak menuruti keinginannya.

***

Sembari membawa Archer, Margaret menghampiri Kenneth di ruang raja. Rasanya sudah lama sekali ia tak bertemu lelaki itu padahal sebenarnya hanya empat hari saja. Tapi itu terasa sangat lama bagi Margaret mengingat mereka tinggal dalam satu area yang sama.

"Yang Mulia." Ia menunduk sekilas untuk menyapa Kenneth. Lelaki itu menoleh sebentar, semata - mata hanya untuk melihat Archer yang sedang menatapnya juga.

"Duduklah." Ujarnya singkat. Margaret merasakan hawa yang tidak menyenangkan namun ia berusaha mengabaikannya. Perempuan itu mengangkat kedua alisnya, berpikir bahwa itu mungkin hanya perasaannya saja.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang