42

460 63 0
                                    

"Ini dia, Yang Mulia." Cedric menyodorkan sebotol arak lagi pada Kenneth, membuat lelaki itu tertawa lepas disana.

"Demi Tuhan, aku akan mabuk rasanya."

"Tidak, kita tidak pernah mabuk. Lelaki sejati tidak bisa dikalahkan oleh arak." Cedric ikut tertawa lalu mereka bersulang bersama sembari menegak arak masing - masing.

"Bagaimana para penari ini bisa datang ? Siapa yang membayar mereka ?"

"Bandit - bandit tua itu menyukai wanita - wanita telanjang, Ced." Kenneth melirik ke arah gerombolan pria yang sedang memangku seorang penari. Sebenarnya, banyak sekali penari telanjang disana. Mata Kenneth rasanya akan buta melihat wanita - wanita tersebut.

"Petinggi kerajaan ? Mereka memang mencari pemuas nafsu, Yang Mulia. Lihat, ia bahkan berani menyetubuhi wanita itu." Cedric tak sungkan menunjuk seorang pria yang sedang memojok dengan desahan - desahan tertahan disana.

"Menggelikan. Entah apakah mereka tidak malu, atau mereka sudah biasa ?" Sedetik kemudian tawa Cedric meluap saat Kenneth berkata demikian.

"Halo tuan." Tiga wanita mendekati Kenneth dan Cedric, mencoba menggoda mereka dengan tubuh telanjangnya yang molek.

"Mereka menggiurkan sekali." Cedric nampaknya menunjukkan ketertarikan walaupun ia belum menanggapi godaan penari telanjang itu.

"Ingat, kau punya istri yang sedang mengandung di rumah. Jangan membawa sifilis, Ced. Aku serius." Kenneth serius dalam perkataannya walaupun ia menyelipkan tawa disana.

Mereka masih sibuk mengobrol, tak mempedulikan para wanita yang sedang mengelilinginya saat suara gebrakan terdengar begitu saja. Semua orang spontan menghentikan aktifitasnya saat seorang wanita datang dengan kemarahannya yang meluap - luap. Margaret datang dengan beberapa prajurit penjaga, perempuan itu melangkah sembari memegangi perutnya sendiri yang membesar. Kenneth dan Cedric terkejut bukan main saat Margaret menyadari "pesta kecil" yang dibuat oleh para pria di istana ini.

"Keluar dari istanaku !" Margaret melemparkan sebuah lampu minyak ke arah gerombolan penari telanjang di tepi ruangan. Dalam sekejap, kobaran api menyebar kemana - mana. Semua orang sibuk lari berhamburan melalui pintu belakang sementara itu Kenneth tak bergeming sama sekali dari tempatnya. Ia tahu ia sedang dalam bahaya saat ini.

"Apa yang kau lakukan disini ? Kau datang ke pertemuan memalukan seperti ini ? Dengan puluhan penari telanjang seperti tadi ?" Amarah Margaret meledak begitu saja.

"Yang Mulia, ini salahku..."

"Diam ! Aku tidak bicara denganmu ! Tunggu saja, aku akan memberitahu Rowena mengenai hal ini !" Margaret memotong ucapan Cedric barusan, membuat lelaki itu pucat pasi seketika.

"Jangan, Yang Mulia." Cedric memelas disana tetapi Kenneth cepat - cepat mengangkat tangannya supaya perdebatan itu tidak memanjang.

"Kita bicara di dalam, Margaret."

"Jelaskan sekarang juga !" Margaret menampik tangan Kenneth yang berusaha menggiringnya pergi.

"Kau mau kita terpanggang disini ? Ayo, cepat keluar." Margaret sudah akan menampiknya lagi tetapi genggaman Kenneth lebih kuat kali ini sehingga lelaki itu berhasil menggiring Margaret untuk keluar.

"Padamkan api sekarang juga." Titahnya pada Ansel dengan tenang. Margaret terkejut entah keberapa kalinya. Ansel juga ada disana rupanya.

"Sebenarnya apa ini ? Mengapa istanaku berubah menjadi tempat prostitusi seperti ini !"

"Margaret." Sergah Kenneth cepat saat mereka berhasil mencapai tengah - tengah taman yang lapang.

"Cedric yang mengetahui hal ini lalu ia memberitahuku. Tempat itu adalah tempat yang memang digunakan Jansen dulu untuk melakukan pesta kecil untuk para pria. Rupanya hal itu masih berlangsung hingga saat ini. Sebenarnya ini adalah hal umum bagi para pria, Margaret. Aku tahu aku salah karena tidak memberitahumu dan tempatnya juga salah karena di dalam istanamu. Namun ku yakinkan padamu bahwa aku tidak menyentuh siapapun disana. Aku bersumpah. Aku dan Cedric hanya melihat saja."

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang