Margaret segera pergi Witchave saat ia diberitahu bahwa lelaki itu baru saja kembali ke istana. Ia tak sempat mengkhawatirkan sendiri, perempuan itu justru mengkhawatirkan Kenneth mengingat lelaki itu juga menyaksikan pertengkaran tadi siang. Mungkin saja hal tersebut mengguncang pikirannya.
"Yang Mulia, darimana saja dirimu ?"
"Aku..."
"Aku mencarimu dari tadi. Mengapa kau tidak bilang padaku bahwa kau akan pergi ke luar istana ? Apa yang kau lakukan di luar istana ? Apa kau baru saja pergi ke pesta wanita - wanita telanjang itu ?"
"Demi Tuhan tidak, Margaret. Aku pergi ke rumah Cedric tadi."
"Cedric lagi ! Aku semakin khawatir bila kau dekat - dekat dengannya saat kau sedang banyak pikiran. Bisa saja ia membawamu ke tempat - tempat pelacur lagi !" Margaret semakin marah saat nama Cedric disebut karena Kenneth mengenal dunia malam dari lelaki tersebut. Tentu saja atas persetujuan Kenneth sendiri sebelumnya.
"Tidak sayang, tidak." Kenneth memeluknya dengan lembut sembari mengusap - usap kepalanya. Margaret menangis tertahan disana.
"Maafkan aku telah membuatmu khawatir. Tak pernah sekalipun terbesit di pikiranku untuk menghampiri tempat - tempat semacam itu." Bisiknya untuk menenangkan Margaret. Dan hal tersebut sangat ampuh.
"Aku mendengar dari Rowena bahwa orang - orang di Dakota kerap mengadakan pesta - pesta besar. Di saat ada pesta, maka di situ pula pasti ada segerombolan pelacur yang disewa layaknya jamuan untuk para tamu. Membayangkannya saja sudah sangat mengerikan bagiku."
"Hal tersebut tak terjadi di Dakota saja, tetapi di seluruh tempat. Itu adalah rahasia umum, Margaret. Jangan bilang kau tidak mengetahuinya." Kenneth mengernyit disana, membuat Margaret ikut mengernyit juga.
"Kemarilah." Lelaki itu menggiring Margaret untuk duduk di sofa supaya mereka dapat berkomunikasi dengan nyaman.
"Aku tahu kau tidak pernah pergi ke pesta. Namun pelacur memang selalu ada di dalam pesta, kecuali pesta yang diselenggarakan oleh kerajaan tentunya. Pelacur adalah sajian utama. Aku sering melihat hal - hal seperti itu dalam hidupku."
"Lalu ?" Margaret ingin Kenneth terus melanjutkan ceritanya.
"Para lelaki akan mengambil pelacur - pelacur yang mereka sukai lalu membawanya pergi. Atau mungkin, ia akan meminta tuan rumah meminjamkannya kamar. Bila mereka sudah benar - benar di ujung nafsu, mereka bisa melakukannya di taman, ujung ruangan, atau di tempat - tempat yang tak tersorot mata. Itu sebabnya aku pernah berkata padamu bahwa aku sudah sering sekali melihat payudara wanita maupun vagina. Jangankan pelacur, para putri juga melakukan hal yang sama bila hal tersebut sudah berhubungan dengan takhta."
"Ya Tuhan, aku muak rasanya." Perempuan itu kesal sendiri. Kenneth mencoba menggenggam tangannya tetapi Margaret menepisnya jauh - jauh.
"Ada apa ini ?" Ia mengernyit, tak memahami alasan kemarahan Margaret padanya.
"Apa kau benar - benar tak pernah tidur dengan siapapun, Yang Mulia ? Mustahil dengan perempuan sebanyak itu kau tidak merasakan nafsu sama sekali. Sedangkan aku tahu sendiri bahwa nafsumu besar." Margaret sengaja memelankan kalimat terakhirnya dengan mulut yang menggerutu sendiri, membuat Kenneth tertawa.
"Sudah ku bilang, aku tidak menyentuh sesuatu yang bukan milikku, Margaret."
"Lalu bagaimana kau menyalurkannya ?"
"Mengapa kau selalu ingin tahu perihal itu ?"
"Aku benar - benar ingin tahu saja." Sahutnya cepat. Kenneth tersenyum penuh maksud disana sembari mengusap tangan Margaret lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM DAYS - United Monarchy
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Summer (Jul 3rd, 2023) #1 on Warm (Nov 7th, 2022) #2 on Historical (Jan 29th, 2023) #2 on Historical Fiction (Jan 29th, 2023) #5 on Sejarah (June 7th, 2023) #5...