Margaret sama sekali tak turun dari paviliunnya selama beberapa hari. Kenneth sempat was - was dengan keadaannya, terutama Archer yang juga tak pernah terlihat oleh siapapun. Hal tersebut memicu perhatian orang tuanya pula, mengingat kondisi Margaret sedang belum stabil. Mereka khawatir bila Margaret mungkin menyakiti dirinya sendiri. Atau mungkin, juga Archer.
"Yang Mulia." Viktor memberanikan diri datang menemui Margaret. Rupanya Archer sedang tertidur di paha perempuan tersebut. Ruangan tersebut nampak rapi sekalipun Archer berada disana. Biasanya, ruangan akan berantakan bila Archer mulai mengeluarkan mainannya.
"Duduklah." Ujarnya tenang, cenderung datar.
"Yang Mulia, bagaimana keadaanmu ? Aku berharap kau baik - baik saja. Aku turut berduka atas ibumu." Viktor terdengar sangat hati - hati dalam setiap kalimat yang dipilihnya. Margaret hanya tersenyum miring mendengarnya, membuat pria tersebut mengoreksi kembali kalimatnya sendiri. Dan ia tak merasa ada yang salah.
"Aku tahu kau pasti terpukul atas hal tersebut. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kami semua ada disini untukmu, Yang Mulia. Kami selalu memikirkan keadaanmu setiap saat."
"Terima kasih, aku baik - baik saja disini." Sahutnya pelan, tak ingin membangunkan Archer yang sedang tertidur dengan tenang.
"Saat ini salju selalu turun setiap hari tanpa henti. Aku yakin kau tidak akan kesulitan di Monza mengingat Monza adalah kastil paling hangat dibanding kastil - kastil lainnya."
"Kau benar. Monza adalah kastil paling hangat. Aku tidak perlu khawatir dengan salju di luar."
"Apakah kau tidak ingin mengajak Archer bermain salju ? Sebentar lagi natal akan datang. Ia pasti senang."
Sesuai dugaan Margaret, topik pembicaraan tersebut hanyalah jebakan saja. Ia sangat hafal bagaimana cara Viktor menjebak lawan bicaranya. Dan sekarang Margaret terjebak di dalamnya. Namun perempuan itu terlalu pintar untuk dikelabuhi semacam ini. Ia tahu cara bermain dengan baik.
"Katakan, Yang Mulia Raja menyuruhmu menanyakan apa saja kepadaku ?" Tanyanya tanpa basa - basi. Viktor tercekat disana.
"Banyak. Banyak sekali. Ia menyuruhku untuk melihat keadaanmu di atas sini. Terutama keadaan Archer saat kau tak pernah mengizinkannya turun sama sekali. Aku juga mengkhawatirkannya." Pria tersebut tetap tenang disana.
"Archer tidak akan turun bila aku tidak turun." Sahutnya cepat dengan senyuman yang tegas, seakan memberitahu bahwa Margaret berhak sepenuhnya atas hak asuh Archer karena ia adalah ibunya.
"Tak perlu mengkhawatirkan Archer disini. Ia baik - baik saja. Seperti yang kau lihat, ia sedang tidur siang. Dan aku juga akan tidur siang sebentar lagi."
Kalimat yang diucapkan Margaret terdengar sangat jelas bagi Viktor bahwa perempuan tersebut sedang berusaha mengusirnya. Pria tersebut bangkit begitu saja, memberi hormat kepada Margaret sejenak. Perempuan itu benar - benar tak suka diganggu, benar kata Helena.
"Maaf aku telah mengganggu waktu istirahatmu. Selamat siang." Sedetik kemudian ia berlalu begitu saja dari hadapan Margaret. Ia sempat berpapasan dengan Elise yang akan masuk ke dalam paviliun. Namun Viktor tak ingin menyapanya sama sekali.
"Yang Mulia." Elise menunduk sejenak kemudian membawakan buah yang diminta Margaret tadi. Perempuan itu ingin sekali memakan apel.
"Apakah kau ingin makan sekarang atau nanti ?"
"Nanti saja, aku akan makan bersama Archer. Sekarang panggilkan Henrietta kemari. Aku ingin turun sore ini. Siapkan gaunku."
"Baik, Yang Mulia." Elise berlalu kembali sehingga yang tersisa disini hanyalah ia sendiri bersama Archer yang tertidur. Perempuan itu tak mengantuk. Ia justru terdiam sendiri di ruang kunjungan sembari mengusap kepala Archer dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM DAYS - United Monarchy
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Summer (Jul 3rd, 2023) #1 on Warm (Nov 7th, 2022) #2 on Historical (Jan 29th, 2023) #2 on Historical Fiction (Jan 29th, 2023) #5 on Sejarah (June 7th, 2023) #5...