19

603 79 0
                                    

"Apakah sangat sakit ? Ibu menyesal kau harus mengalami hal ini, Archer." Margaret terus mengelus kepala Archer yang lebam sembari mengoleskan minyak di atasnya. Luka yang dialami Archer membuatnya semakin prihatin. Tabib memberi daun - daunan yang telah ditumbuk untuk mempercepat keringnya luka Archer. Beruntungnya anak itu kini telah tenang dan tak menangis lagi.

"Permaisuri." Kenneth mendatanginya dengan tenang. Margaret tahu bahwa Kenneth pasti akan mengkritiknya habis - habisan mengenai sikapnya pada Viktor dan Helena tadi.

"Aku meminta maaf atas kemarahanku tadi pada ayah dan ibu suri, Yang Mulia. Aku sangat marah melihat Archer terluka seperti ini." Ia berinisiatif untuk meminta maaf terlebih dahulu.

"Aku tahu kau sudah akan memaki mereka tadi atas keteledorannya. Namun aku senang kau masih bisa menahan amarahmu dan tak mengeluarkan kalimat yang menyakiti perasaan mereka. Mereka sangat teledor, tetapi mereka tak berniat untuk melukai Archer. Aku paham kemarahanmu tadi karena aku juga sama sepertimu. Aku marah saat Archer harus terluka akibat insiden semacam ini." Ujarnya lembut.

"Apakah ia telah tertidur ?"

"Belum, Yang Mulia." Walaupun mata Archer telah terpejam tetapi ia masih terus minum dengan baik.

"Karena kita akan pergi, aku merasa harus melatih Archer untuk meminum susu sapi. Usianya sudah cukup sehingga ia bisa lepas dariku. Aku sadar kebutuhan minumnya semakin banyak sekalipun ia juga sudah diberi makanan pendamping. Aku sedikit kewalahan sebenarnya, terutama aku sedang mengandung saat ini." Margaret jujur disana.

"Kau benar. Mulai besok aku akan menyuruh pelayan untuk menyediakan susu kualitas terbaik untuk Archer."

"Terima kasih, Yang Mulia." Ia tersenyum.

"Kapanpun itu." Kenneth membaringkan dirinya di sebelah Margaret, tepat di bawah Archer. Ia memeluk perut Margaret, membuat perempuan itu terkejut disana.

"Bayangkan keberuntungan selalu berada di pihak kita. Kau mungkin akan hamil empat atau enam kali lagi tetapi semuanya adalah perempuan. Aku akan pasti akan sangat senang." Ujarnya begitu saja. Margaret terdiam cukup lama. Sejujurnya ia berpikir mengenai apa yang harus ia katakan pada Kenneth selanjutnya.

"Keberuntungan semacam itu sulit didapat, Yang Mulia. Untuk satu anak saja, kita harus berdebar - debar luar biasa." Margaret menyelipkan candaan disana supaya suasana tak menegang.

"Tidak, aku yakin anak ini adalah perempuan." Kenneth menatapnya seduktif kemudian.

"Bukankah sekarang adalah giliranku ? Archer tampak sangat menikmatinya."

"Yang Mulia !" Margaret berhasil menghentikan tangan Kenneth yang akan menjamah sesuatu yang berada dalam mulut Archer sekarang.

"Biarkan aku menidurkannya." Perempuan itu menahan tawanya.

"Lalu berganti meniduriku ?" Godanya.

"Tidak. Kita memiliki tamu dan kita tak ingin membuat tamu kita menunggu."

"Sekali saja, Margaret."

"Tidak ada. Terakhir kali kau berkata demikian, seluruh jadwal kita berantakan karena kau tak kunjung melepaskanku hingga sore hari."

"Menyebalkan." Kenneth merengut disana sembari menenggelamkan kepalanya di perut Margaret.

"Kau selalu membuatku menunggu." Gerutunya.

"Aku akan mengurusmu nanti malam, Yang Mulia." Sedetik setelah Margaret berbicara kepada Kenneth, lelaki itu mengadu keras saat Archer menendang kepala Kenneth kuat - kuat. Sebenarnya bukan salah Archer karena Kenneth berbaring di bawah kakinya.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang