48 #Emotional

569 62 0
                                    

Hanya ada mereka berempat di kamar tersebut. Loise menatap bingung karena ada tiga lelaki sekaligus yang sedang menatapnya dengan penuh duka. Ralat, Loise sebenarnya terkejut karena ia mengira bahwa hanya dirinya dan Kenneth lah yang mengetahui rencana ini. Namun ternyata tidak. Kenneth memilih menceritakan semuanya, baik kepada Cedric maupun Ansel supaya bila terjadi sesuatu, mereka dapat berdiri sebagai saksi dari masing - masing kerajaan.

"Nyonya Court, aku tahu kau wanita yang sangat kuat. Tegarnya dirimu dalam mengambil keputusan membuatku teringat dengan Margaret. Aku sangat menyesal saat keadaan membuatku memilih di antara kalian berdua." Kenneth berusaha berbicara normal walaupun ia sedang menahan air matanya sendiri disana. Loise hanya tersenyum singkat. Ia memberanikan diri mengusap telapak tangan Kenneth dengan wajah yang tenang.

"Andai kau tahu Yang Mulia, aku menginginkan anak lelaki untuk melindungiku kelak, setidaknya dari ancaman para selir yang selalu menghantuiku. Namun aku kecewa saat anakku terlahir sebagai perempuan. Percayalah, sebelum aku melakukan bunuh diri malam ini, aku sudah pernah melakukan bunuh diri berulang kali dulu." Tawanya penuh dengan beban, sesuatu yang selama ini belum pernah Kenneth lihat sama sekali. Air mata Ansel jatuh begitu saja tanpa bisa dikendalikan. Namun ia tetap menjaga kondisi dalam kondisi hening.

"Aku ingat, Gordon selalu menyelamatkanku. Di malam itu ia berkata bahwa dia memang tidak mencintai siapapun wanita yang pernah ditidurinya, tetapi Margaret tetap nomor satu dibanding anak - anaknya yang lain. Itu adalah janji seorang raja kepada ratunya. Sebagai seorang ratu, ku kira memiliki anak perempuan sangat menyakitkan. Namun di percakapan terakhirku bersama Margaret tadi, aku menjadi sadar akan banyak hal." Suaranya memelan seiring dengan air matanya yang jatuh menetes. Kenneth berusaha tetap mendengarkan walaupun rasa empatinya muncul begitu saja, mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia harus memeluk Loise. Tentu saja Kenneth tak melakukannya.

"Aku terlalu menyalahkan Margaret atas banyak hal tanpa melihat bagaimana kesulitannya selama ini. Dia adalah perempuan yang hebat. Aku sangat bangga padanya. Aku merasa berdosa telah membuatnya berkecil hati tadi. Bila suatu saat ia mengetahui rencana kita malam ini, katakan padanya bahwa aku sangat mencintainya. Selain itu, aku juga sangat bangga padamu, Yang Mulia. Aku senang saat tahu Margaret menikahi lelaki yang tepat. Aku sudah menganggapmu sebagai anakku sendiri." Loise tersenyum lembut, mengakhiri ceritanya yang begitu kelam.

"Aku tahu Margaret akan marah besar bila ia tahu mengenai hal ini, dan aku tidak ingin kau terseret dalam kemarahannya mengingat ini adalah murni keputusanku sendiri. Berikan surat ini padanya." Loise menyerahkan sebuah amplop kepada Kenneth. Lelaki itu menerimanya dengan tangan gemetar. Tangan kanannya memegang surat sedangkan tangan kirinya memegang racun yang sangat mematikan.

"Aku sangat haus. Tolong letakkan racun tersebut di minumanku." Diambilnya gelas yang telah ia siapkan sendiri sejak tadi. Kenneth membuka tutup botol kaca tersebut dengan gemetar.

"Nyonya Court, aku tidak akan melupakan pengorbananmu malam ini. Aku meminta maaf bila aku memiliki banyak salah." Ujarnya terbata - bata. Hanya ada kesedihan yang menyelimuti kamar itu malam ini.

"Tak ada, kau tidak salah dalam hal ini. Kau melakukan ini karena kau adalah seorang raja. Yang kau coba lakukan adalah melindungi ratumu sekalipun ini akan menyakiti perasaannya. Aku tahu itu. Aku tahu." Senyumnya sangat hangat, mengingatkan Kenneth akan senyuman Margaret sendiri.

"Aku izin pamit undur diri dari dunia ini, Yang Mulia. Aku hanya berpesan satu hal. Cintailah Margaret sepenuh hati, jagalah ia sampai di titik nafasmu yang terakhir." Loise menggenggam tangan Kenneth erat - erat sebelum menegak habis minuman yang ada di gelasnya saat ini. Ansel sudah akan melangkah sebelum Cedric menghadangnya dengan cepat. Lelaki itu menangis terisak - isak tanpa suara. Sedangkan Cedric sendiri juga mengunci mulutnya sejak tadi. Ia tahu suasana malam ini sangat mengguncang mereka. Namun ia ingin berdiri sebagai orang yang tegar karena tidak ada yang berjalan lancar bila semua orang larut dalam kesedihan.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang