22

628 76 3
                                    

Istana semakin sibuk setiap harinya. Pasukan perang mulai dikumpulkan dalam komando militer yang terletak tak jauh dari istana. Margaret terus berusaha membuat perhitungan yang akurat dan presisi sedangkan Kenneth selalu memeriksa ulang dan mengevaluasi semua hal supaya strategi mereka semakin matang. Sesekali Helena menawarkan bantuannya pada Margaret tetapi perempuan itu menolaknya secara halus. Sebenarnya dengan membawa Archer saja sudah meringankan pekerjaannya. Namun Margaret tak akan melakukan hal tersebut. Kenneth tahu, perempuan itu masih trauma akibat insiden beberapa hari yang lalu, dimana Archer terpental dari kuda yang menyebabkan anak itu harus mendapat cedera pada beberapa bagian tubuhnya.

"Apa kau sangat sibuk ?" Liriknya pada Margaret yang sejak tadi terus menerus membaca banyak jurnal yang ada dihadapannya saat ini.

"Berikan Archer padaku, aku akan menjaganya." Sedetik kemudian ia mengambil Archer dari gendongan Margaret. Sejak tadi anak tersebut rewel dan enggan pergi kemana - mana.

"Ayah." Panggilnya dengan enggan.

"Lepaskan ibumu sejenak saja. Ia masih harus mengurus hal - hal yang lain, Archer." Ia memberi pengertian pada anak tersebut. Sedangkan Margaret tak menoleh sama sekali. Untuk membaca satu jurnal besar, ia membutuhkan ketelitian tingkat tinggi. Sebab itu, ia harus berkonsentrasi.

"Tidak !" Archer tiba - tiba marah dan berusaha melepaskan dirinya dari gendongan Kenneth.

"Archer." Tatapan Kenneth menegas begitu saja, seolah sedang memperingati Archer secara tak langsung.

"Biarkan ia bersamaku, Yang Mulia. Aku akan menidurkannya sebentar lagi." Margaret menutup buku besar tersebut kemudian beralih pada Kenneth.

"Baiklah, lebih baik kau tidur siang dengan Archer."

"Tidak, Yang Mulia. Aku memiliki banyak urusan."

"Yang Mulia, Tuan Dayne ingin bertemu denganmu." Henrietta masuk dengan suara yang sangat sopan disana.

"Tunggu sebentar." Ujarnya sembari menata jurnal - jurnal penting itu supaya tak berantakan di atas meja kerjanya.

"Ayo, ibumu sedang sibuk. Aku akan mengajakmu melihat 'Margaret'." Rayunya pada Archer agar anak tersebut tidak merengut lagi. Tentu saja yang ia maksud adalah bunga - bunga yang berada di taman.

"Ini Margaret." Archer spontan menunjuk pada Margaret yang membuat perempuan itu spontan menoleh dengan wajah tegasnya. Kenneth sendiri terkejut mendengar ucapan Archer barusan.

"Kau sudah tahu siapa namaku dan kau masih berani memanggilku seperti itu ?" Tatapan matanya sangat tajam.

"Ibu." Archer tampaknya mulai bisa membedakan mana perilaku yang benar dan salah. Buktinya saja ia meralat kata - katanya sembari bersembunyi di pundak Kenneth.

"Ibu cantik." Ujarnya dengan takut - takut.

"Bunga cantik." Lanjutnya dengan susunan kalimat yang tidak terlalu jelas tetapi mereka masih bisa memahaminya.

"Kau tahu dari mana bahwa ibumu cantik ?" Kenneth justru tersenyum disana.

"Ayah." Archer menatapnya seolah - olah ia sedang melimpahkan kesalahan tersebut pada Kenneth.

"Bagaimana bisa ?" Godanya, membuat Margaret mengembuskan nafasnya dengan kasar disana.

"Itu jelek. Ibu cantik." Archer menunjuk seorang pelayan yang kebetulan lewat di lorong. Tawa Kenneth spontan lepas begitu saja.

"Baiklah. Kau bahkan belum genap dua tahun, Archer." Sahut Margaret sedikit sarkasme.

"Kita harus segera keluar karena ibumu akan bertemu seseorang." Kenneth mengecup kening Archer kemudian segera meninggalkan Margaret disana. Margaret sendiri sebenarnya lega saat Kenneth menawarkan diri untuk membawa Archer. Tak dapat dipungkiri bahwa Archer memperlambatnya karena anak itu selalu meminta gendong kemanapun Margaret melangkah. Parahnya lagi, Archer selalu berteriak saat pelayan - pelayan mencoba mendekatinya. Itu sebabnya Margaret tak mengizinkan para pelayan untuk mengurus Archer karena anak tersebut hanya mau disentuh oleh Margaret saja.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang