25

604 76 0
                                    

Kenneth terus menunggu kabar dari Danker. Ia tak bisa tenang karena ia belum tahu situasi di medan perang. Setelah mengembalikan Margaret ke Burrow tadi pagi, Kenneth segera mengurus hal lain di istana. Bedanya, kini ia melihat Viktor dan Helena di sisinya. Orang tuanya itu justru sibuk berbicara sana sini, berdiskusi dengan serius untuk menentukan langkah kerja mereka berdua.

"Urus ini seperti biasanya." Viktor memberikan lembar keuangan pada Helena.

"Baiklah. Aku akan memakai ruangan sebelah untuk bekerja."

"Aku akan menyusulmu nanti." Viktor menyahutinya saat ia masih sibuk menata tumpukan map disana. Kenneth menghampirinya, berinisiatif untuk membantunya.

"Akan ku bawakan ke ruang sebelah."

"Aku masih bisa melakukannya sendiri, Yang Mulia." Pria itu tersenyum penuh arti. Ia meletakkan tumpukan map terakhir kemudian menatap Kenneth dalam - dalam.

"Dulu kami gagal melakukan tugas kami sebagai orang tua. Kami sadar kami selalu meninggalkanmu sendirian dalam kesulitan. Setidaknya sekarang saatnya kami memenuhi tugas kami untuk membantumu, Yang Mulia. Kau memiliki semuanya. Apalagi yang bisa kita lakukan memang selain hal - hal kecil seperti ini ?"

"Ayah..."

"Kami sudah tua, Ken. Kami tidak bisa berbuat apa - apa lagi selain membantumu seperti ini."

"Aku tahu. Terima kasih untuk tidak membiarkanku menghadapi kesulitanku sendirian." Untuk pertama kalinya ia berkata setulus itu kepada Viktor. Tiba - tiba saja Viktor memeluk Kenneth. Lelaki itu terkejut, tentu saja. Seumur hidupnya ia tak pernah memeluk atau dipeluk oleh Viktor.

"Ayah ingin sekali memelukmu, Ken. Ayah ingin kau tahu bahwa ayah sangat menyayangimu. Kami semua menyayangimu disini. Kau tidak pernah sendirian." Ujarnya mendalam. Kenneth tak mengatakan apapun, bahkan untuk membalas pelukan Viktor pun tak ia lakukan. Rasanya ada ingatan lain yang menghantamnya saat ini, ingatan yang entah sudah ia maafkan atau tidak.

***

Siang itu Kenneth menepati janjinya dengan mendatangi Margaret di kastilnya. Ketika ia datang, makanan baru saja disajikan untuk Margaret. Sangat banyak, menurutnya. Ia yakin Margaret tidak mungkin memakan makanan dalam jumlah sebanyak ini. Lelaki itu sangat hafal porsi makan Margaret.

"Mau ku suapi ?" Tawarnya. Perempuan itu terlihat lemah tetapi ia berusaha tersenyum.

"Aku sedang tidak ingin makan, Yang Mulia. Aku akan minum susu saja." Tolaknya secara halus.

"Kau tidak bisa seperti itu, Margaret. Kau harus makan. Bila kau tak kunjung sehat, maka urusanmu yang lain akan terhambat." Kenneth membujuknya.

"Aku tidak tahu mengapa pelayan menyajikan makanan sebanyak ini. Henrietta berkata bahwa ia memberiku banyak variasi makanan supaya selera makanku meningkat. Namun tak terjadi apa - apa padaku sekarang."

"Kau tetap harus makan. Ini, aku tahu kau sangat menyukai roti gandum dan selada. Aku akan mengisi dalamnya dengan daging asap." Giliran Kenneth yang menyiapkan makanan Margaret padahal biasanya perempuan itu yang menyiapkan segala kebutuhan Kenneth. Margaret menjadi sedih disana, menyadari bahwa langkahnya sekarang terbatas.

"Aku meminta maaf karena tak bisa mengurusmu untuk beberapa saat, Yang Mulia. Aku berjanji akan segera pulih." Ujarnya.

"Margaret, kita punya banyak pelayan disini. Mustahil aku akan kerepotan mengurus diriku sendiri sedangkan ada 25 pelayan yang mengurus Witchave. Kau juga demikian. Kau punya banyak pelayan di Monza, manfaatkan itu dengan baik." Sedetik kemudian Kenneth menyuapkan rotinya pada Margaret. Perempuan itu mengunyahnya perlahan, tak mempedulikan rasa mual dalam perutnya.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang