24

623 78 0
                                    

Kenneth melihat keseluruhan pasukan yang berada di Komando Militer. Semua prajurit tersebut akan pergi berperang dan Kenneth selalu berdo'a untuk keberhasilan misi yang akan mereka jalankan. Sesekali tatapan lelaki itu berubah menjadi sendu, membuat Cedric menghampirinya lalu membisikkan sesuatu di telinga Kenneth.

"Semua akan baik - baik saja, Yang Mulia." Ia tersenyum hangat meyakinkan Kenneth.

"Semoga." Ujarnya dengan enggan.

"Aku akan berangkat sekarang. Jaga dirimu baik - baik, Yang Mulia. Aku telah memerintahkan beberapa panglima wilayah tetap berada di istana untuk menjagamu selagi aku pergi berperangan."

"Jaga dirimu juga, Ced. Kau harus kembali kemari." Sahutnya cepat.

"Rasanya aku tidak bisa membiarkanmu terjun ke medan perang sendirian. Biasanya kita selalu bersama pergi kemanapun itu." Lanjutnya.

"Kini kau telah menjadi raja, Yang Mulia. Kau harus diam di istana. Lagi pula, aku tahu Yang Mulia Ratu sedang sakit. Kau pasti harus kerepotan untuk mengurus semua hal sendirian sekaligus merawat Pangeran Archer. Aku menyesal tidak bisa membantumu di saat - saat seperti ini." Ungkap Cedric dengan jujur. Dia dan Kenneth memiliki semacam ikatan persahabatan yang kuat, membuat empati mereka saling tertaut satu sama lain.

"Tenang saja, aku punya banyak petinggi kerajaan dan pelayan yang siap membantu urusanku. Jaga dirimu baik - baik." Kenneth menepuk pundaknya sekilas. Ia harus kembali ke istana sebelum gelap.

***

Archer menangis tak kunjung berhenti saat Kenneth tak ada di sisinya. Para pelayan kebingungan karena Kenneth tak mengizinkan Archer dibawa kemanapun, termasuk menemui Margaret sekalipun. Kenneth datang tepat waktu dan ia segera mengambil Archer dari ranjang bayinya. Tak ada yang berani menyentuh anak tersebut. Archer memang tak mau didekati oleh orang yang tak ia kenal.

"Archer, ayah disini. Tenanglah." Kenneth mengusap punggungnya dengan halus sementara itu tangisan Archer mulai mereda disana.

"Maaf telah meninggalkanmu terlalu lama, sayang."

"Ayah." Anak itu menangis sesegukan.

"Benar, ini ayah. Kau mau makan ? Atau kau mau minum susu ?" Tawarnya.

"Susu."

"Baiklah, susu. Bawakan susu Archer kemari." Kenneth bicara pada pelayan yang berjajar di belakangnya.

"Ayah akan sedikit repot nanti malam. Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik, Archer. Kau bisa bermain sepuasmu disini, aku akan mengurus berkas - berkas sambil mengawasimu. Bagaimana ?"

"Zuu..." Entah Archer paham atau tidak dengan apa yang diucapkan Kenneth, tetapi yang jelas anak itu meminta Kenneth menurunkannya dari pangkuan lelaki tersebut. Ia mengambil mainannya dari kotak yang telah dipindahkan kemari oleh Henrietta, kotak yang berisi mainan - mainan Archer.

Dalam sekejap, ruang kunjungan dipenuhi oleh mainan Archer. Ralat, tidak penuh namun mainan Archer berserakan dimana - mana. Sedikit - sedikit ia berpindah tempat sehingga mainannya tertinggal di banyak titik. Kenneth membiarkannya sembari membaca jurnal - jurnal yang harus segera ia periksa. Ia sama sekali tak terganggu dengan suara senandung yang dikeluarkan oleh Archer. Lelaki itu justru tersenyum. Pasti Archer menirunya saat Margaret bersenandung untuknya sebelum tidur.

"Ayah, dimana ?" Tiba - tiba Archer menoleh dengan mata yang menoleh ke seluruh penjuru arah.

"Dimana apanya ?" Kenneth mengernyit.

"Haus." Anak itu menunjuk tenggorokannya.

"Dimana susu untuk Archer ? Mengapa sangat lama sekali ?" Kenneth setengah berteriak pada pelayan yang berada di depan.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang