Sidang berlangsung sangat kolot. Margaret menghabiskan hampir setengah harinya untuk adu mulut dengan para dewan kerajaan. Rasanya sulit sekali untuk mengendalikan mereka, Margaret sangat stress dibuatnya. Ansel tak henti - hentinya menengahi perdebatan yang ada di meja pertemuan. Lelaki itu juga tak tahu langkah apa yang harus diambil karena semua juga bergantung pada Margaret.
"Tapi kita harus menurunkan angka pajak. Itu adalah keputusan mutlakku."
"Kas akan kosong dan kita semua yang akan menanggung akibatnya." Salah satu orang menyangganya. Perdebatan kecil selalu terjadi terus menerus, membuat Kenneth mengangkat kedua alisnya sekilas. Lelaki itu mendengarkan dari luar. Sejujurnya, ia berniat mengecek sendiri keadaan di dalam ruang rapat mengingat Margaret sudah sangat lama sekali tak kembali ke paviliun.
Ketika pintu terbuka, semua orang diam seketika. Tak terkecuali Margaret yang spontan menundukkan badannya sekilas memberi hormat kepada Kenneth karena posisinya sedang berdiri saat itu. Kenneth hanya menatapnya lurus sembari melirik orang - orang yang berada di sana satu per satu.
"Keputusan seorang ratu bersifat mutlak. Mengapa masih ada orang - orang yang berusaha mendebatnya ? Mendebat keputusan seorang pemimpin sama saja mempertanyakan kekuasaannya." Ujarnya begitu saja dengan datar, tetapi cukup untuk membunuh suasana. Semua orang tertunduk sendiri masing - masing, takut saat Kenneth Days mulai berbicara.
"Atau memang ada beberapa kalian yang berniat melakukan hal tersebut kepada ratu." Kenneth berjalan beberapa langkah. Tiba - tiba saja ia berhenti sembari mencengkeram bahu seorang pria tua yang tadi menolak keputusan Margaret mati - matian.
"Mengapa sekarang tidak ada yang bicara ? Ayo, keluarkan lagi argumenmu." Kenneth memperingati semua orang yang ada disana secara tak langsung walaupun sasarannya adalah pria tua yang sejak tadi mendebat Margaret.
"Baiklah, bagaimana bila pajak tetap di angka lima persen ? Tetapi khusus hanya untuk kalian yang mendebat keputusan ratu baru saja." Lelaki itu benar - benar sangat mematikan. Margaret hanya memperhatikan saja sejak tadi namun otaknya telah menyiapkan amunisi super hebat untuk membuat Godrech kembali kondusif. Sedangkan Kenneth masih belum melepaskan cengkeramannya di bahu pria tersebut. Ia menunduk sedikit untuk membisikkan sesuatu disana.
"Namun awasi lidahmu saat berbicara. Lidahmu adalah pedangmu sendiri. Jangan sampai kau terbunuh olehnya." Kali ini Kenneth memperingatinya secara langsung. Ia melepaskan cengkeramannya kemudian beralih menuju kursi singgasana yang berada di belakang, seolah memberi peringatan bagi semua orang bahwa lelaki itu mengawasi apapun yang terjadi dalam ruangan tersebut. Dan benar saja. Saat rapat dilanjutkan, semuanya berjalan secara kondusif. Bahkan tak ada yang mendebat Margaret sama sekali. Mereka menyetujui semua keputusan yang dibuat Margaret padahal untuk menemukan titik terang mengenai tiga kebijakan baru tadi, mereka harus melewati waktu berjam - jam yang sulit.
"Yang Mulia." Panggil Ansel sembari sangat pelan.
"Ya ?" Margaret menoleh.
"Mereka takut karena ada Yang Mulia Raja disini." Bisiknya.
"Kau benar. Keuntungan pribadiku." Margaret tersenyum sekilas dalam pembicaraan tersebut sedangkan Kenneth melihat mereka dengan jelas. Lelaki itu mencurigai bila Ansel dan Margaret memiliki suatu misi khusus.
***
Margaret masih sibuk dengan berkas - berkas yang tergeletak di berbagai tempat. Ia bahkan membawa pekerjaannya hingga ke paviliun, membuat Kenneth tidak nyaman dan menyingkirkannya. Perempuan itu terkejut, tentu saja. Namun ia bisa apa ? Kemauan Kenneth tak bisa ditolak oleh siapapun.
"Sebentar, Yang Mulia. Aku masih mengoreksi satu berkas lagi. Ini adalah surat - surat alih kuasa lahan pertanian."
"Lama sekali, Margaret. Aku bosan." Rengek lelaki tersebut. Kenneth sedang berbaring di sofa dengan kepala yang tersandar di paha Margaret. Perempuan itu hanya tertawa singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM DAYS - United Monarchy
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Summer (Jul 3rd, 2023) #1 on Warm (Nov 7th, 2022) #2 on Historical (Jan 29th, 2023) #2 on Historical Fiction (Jan 29th, 2023) #5 on Sejarah (June 7th, 2023) #5...