Sakit kepala yang dialami Margaret menjadi semakin tidak terkendali sehingga kini perempuan itu memilih beristirahat di paviliunnya. Karena kebiasaan keluarga istana yang selalu berkumpul di ruang raja pada pagi hari, maka untuk kali ini mereka berkumpul di paviliun Margaret. Secara resmi, Viktor dan Helena ingin menjenguk Margaret. Cedric berusaha menjaga paviliun tetap tenang sekalipun utusan Godwhite datang. Panglima Ansel cukup terkejut melihat keadaan Margaret yang sedang jatuh sakit, terlihat dari wajahnya yang menunjukkan kekhawatiran.
"Yang Mulia, aku selalu berdo'a untuk kesehatanmu." Ujarnya sembari berlutut di depan Margaret. Perempuan itu menggeleng, ia hanya menyandarkan tubuhnya sejak tadi di sofa empuknya.
"Aku baik - baik saja, Panglima Ansel. Maaf aku tidak bisa menyambutmu dan utusan kita dengan baik. Kepalaku benar - benar sakit."
"Tak apa, Yang Mulia. Kami sudah sangat bahagia dengan melihatmu masih bernafas di depan kami. Aku membawa banyak kabar bahagia dari Godrech, aku harap itu dapat meredam sakitmu, Yang Mulia. "
"Benarkah ? Sebutkan beberapa." Ia nampak tertarik.
"Keuangan naik tajam. Beberapa dewan kerajaan yang awalnya memilih mosi untuk tidak mempercayaimu kini perlahan beralih di bawah sayapmu, Yang Mulia. Mosi baru telah muncul, mosi kepercayaan atas kepemimpinanmu. Mosi itu muncul begitu saja di antara para rakyat yang bersimpati atas berbagai macam usaha yang telah kau lakukan selama ini."
"Benarkah ? Mengapa tidak ada surat yang datang kemari untuk mengabariku ?" Margaret terkejut dengan hati berbunga - bunga.
"Aku sengaja ingin memberitahumu sendiri, Yang Mulia." Ansel mengatakannya dengan bangga. Margaret yang semula sedikit lemas menjadi girang sembari memeluk Kenneth yang berada di sebelahnya. Viktor dan Helena hanya saling menatap dengan ekspresi yang tak dapat dijabarkan.
"Aku tahu hari ini pasti datang, Yang Mulia." Ujarnya pada Kenneth.
"Ini semua berkat kerja kerasmu."
"Ini akan menjadi salah satu hal yang ku rayakan saat natal nanti. Aku senang sekali !" Dari ekspresinya, tak dapat dihindari bahwa Margaret sedang bahagia. Hal tersebut membuat Cedric semakin bingung untuk menata kalimatnya. Padahal, ada hal penting yang ingin ia bicarakan pada Margaret. Kenneth tahu itu dan ia berusaha menjadi jembatan antara mereka berdua.
"Sepertinya masih ada satu hal lagi yang harus kau tangani." Kenneth menyambungnya lagi.
"Apa ?" Perempuan itu mengernyit. Saat itu pula, Viktor dan Helena memperhatikan pembicaraan dengan baik. Kenneth melirik Cedric, memberi kode kepada lelaki tersebut untuk segera bicara.
"Aku disini untuk memberitahumu mengenai sebuah masalah, Yang Mulia. Aku mendengar kabar dari antek - antekku di Bolova bahwa Keluarga Kloir diam - diam sedang berusaha mengumpulkan pendukung kembali. Bukti - bukti yang ada juga sangat kuat, Yang Mulia Raja telah melihatnya juga."
"Dengan keadaan semiskin itu ?" Margaret mengernyit heran saat mendengar pernyataan Cedric.
"Entahlah, mereka bisa menghalalkan segala cara."
"Mereka bahkan masih berhutang pada Yang Mulia Raja. Mereka sudah gila atau bagaimana ?" Dari nada bicaranya, Kenneth tahu bila Margaret sangat kesal oleh kabar ini.
"Menurutmu bagaimana, Yang Mulia ?" Margaret meminta pendapat Kenneth.
"Mencegah lebih baik daripada mengobati." Ujarnya singkat.
"Yang benar saja." Ia menggeleng sendiri sembari memegangi kepalanya yang terasa pening.
"Mereka bisa menjadi ancaman di masa depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM DAYS - United Monarchy
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Summer (Jul 3rd, 2023) #1 on Warm (Nov 7th, 2022) #2 on Historical (Jan 29th, 2023) #2 on Historical Fiction (Jan 29th, 2023) #5 on Sejarah (June 7th, 2023) #5...