Kenneth dan Margaret sedang bercengkrama sore itu di taman istana raja. Hubungan mereka menjadi sedikit lebih baik setelah Kenneth mengungkapkan perasaannya tadi pada Margaret. Archer berlarian kesana kemari sedangkan Cedric hanya diam saja di ujung lorong.
"Panglima, mengapa kau tidak ikut bergabung dengan kami ? Seorang pengantin harus berbahagia, tersenyumlah." Kenneth dan Cedric spontan saling menatap saat Margaret berkata demikian.
"Aku tahu kau akan segera menikah dengan Rowena. Aku tak sengaja mendengar percakapan kalian malam itu. Bahkan aku juga tahu bahwa Yang Mulia Raja akan menjadi saksi pernikahanmu, bukan begitu Yang Mulia ?" Margaret melempar percakapan tersebut dengan tenang sembari menyesap tehnya.
"Aku ingin segera memberitahumu, Yang Mulia. Namun aku belum menemukan waktu yang tepat. Aku meminta maaf." Sahut Cedric cepat, tak ingin Kenneth menjadi korban dalam kesalahpahaman ini.
"Tak apa, aku senang akhirnya Rowena mendapatkan hal yang selama ini ia impi - impikan. Kau akan senang memilikinya, ia adalah orang yang baik." Komentarnya lembut.
"Kau akan menikah dimana nanti ?" Tanyanya lagi.
"Di Gereja Anthony, Yang Mulia."
"Aku tidak pernah mendengarnya jadi gereja itu pasti berada di luar istana. Aku menyesal aku tidak bisa datang tetapi aku akan menyiapkan hadiah untuknya."
Kenneth membatin sendiri di dalam hatinya. Nampaknya Margaret paham bahwa masa hukumannya belum selesai sehingga ia tak bisa keluar untuk menghadiri pernikahan Cedric. Cedric sendiri tak bisa berkata apapun setelahnya. Ia tak ingin membuat pernyataan yang salah.
"Ibu !" Panggil Archer dari kejauhan dengan tawa yang mengudara kemana - mana.
"Apa lagi yang kau petik sekarang ? Bunga - bunga di istana akan habis bila kau selalu memetiknya." Margaret tersenyum saat Archer sekali lagi memetik bunga yang ada di taman. Anak itu sangat menyukai sesuatu dengan warna mencolok.
"Bawa bunga itu kemari."
Archer spontan berlari saat Margaret berkata demikian. Langkah kaki kecilnya itu terlihat sangat menggemaskan bagi mereka sehingga mereka tertawa saat melihat Archer hampir terjatuh. Beruntungnya Margaret menggapai anak tersebut lebih cepat.
"Ayah, bunga." Anak itu menunjukkannya kepada Kenneth juga.
"Iya, aku tahu Archer." Kenneth terus menciumi Archer hingga anak tersebut tertawa lepas.
"Biar ku tebak, sebentar lagi ia akan menyuruhmu memakan bunganya, Yang Mulia. Archer selalu berusaha memasukkan bunganya pada mulutku." Margaret juga ikut tertawa.
"Apa itu ? Kau sangat cantik sekali saat kau tersenyum tadi. Aku serius. Kau cantik, Margaret."
"Margaret margaret !" Archer lepas begitu saja dari pelukan Kenneth sembari berlarian kesana kemari. Spontan Margaret tertawa lepas saat Archer berhasil meniru kata terakhir dalam kalimatnya.
"Archer, hentikan." Lelaki itu merutuk dalam hati.
"Margaret margaret !" Ia tak menghiraukan Kenneth dan tetap fokus pada aktivitasnya sekarang. Ia kembali mencabut bunga - bunga kecil yang berada di dekat rerumputan.
"Baiklah, aku harus segera membawanya pergi dari sini sebelum ia mencabut habis bunga - bungamu, Yang Mulia." Margaret tertawa sembari bangkit kemudian menghampiri Archer yang terduduk di rumput.
"Margaret margaret !"
"Kemarilah. Kau tidak boleh memanggilku seperti itu." Archer terdiam saat Margaret berkata demikian. Ia menatap Margaret cukup lama, menyiratkan kebingungannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM DAYS - United Monarchy
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Summer (Jul 3rd, 2023) #1 on Warm (Nov 7th, 2022) #2 on Historical (Jan 29th, 2023) #2 on Historical Fiction (Jan 29th, 2023) #5 on Sejarah (June 7th, 2023) #5...