40

535 63 0
                                    

Sebuah kereta datang pagi - pagi sekali. Kenneth masih tidur saat itu, tetapi Margaret rupanya telah rapi sejak tadi. Ia menyiapkan barang - barang Kenneth saat seorang pelayan memberitahunya bahwa Judith telah datang dari kota seberang. Tentu saja Margaret senang, ia telah menanti - nantikan kedatangan Judith sejak lama.

"Yang Mulia." Margaret membangunkan Kenneth sangat pelan, berjaga bila sewaktu - waktu Kenneth memarahinya.

"Apa ?" Tanyanya datar dengan mata yang masih terpejam.

"Adikku datang. Aku akan pergi menemuinya dulu. Aku telah menyiapkan bajumu dan air mandimu." Ujarnya lembut.

"Siapa ? Judith ?" Pikiran Kenneth belum benar - benar penuh sehingga ia tampak kebingungan.

"Benar. Ia sudah datang."

"Baiklah." Kenneth berguling lagi, membuat Margaret paham bahwa lelaki itu masih ingin tidur sehingga Margaret menaikkan selimutnya hingga menutupi bagian bawah Kenneth. Margaret hafal kebiasaan suaminya. Kenneth sering merasa kepanasan selama berada di Godwhite sehingga ia kerap tidur dalam keadaan telanjang. Itu sebabnya Margaret melarang siapapun memasuki kamarnya.

***

"Judith ? Apakah itu kau ?" Panggilnya dari belakang. Anak tersebut menoleh dengan wajah bahagia saat ia dapat melihat Margaret kembali. Dengan cepat ia berlari ke arah Margaret kemudian memeluknya erat - erat.

"Grace." Sapanya dengan ceria.

"Tuhan, kau sudah sangat besar sekali, Judith. Apakah Panglima Ansel yang mengantarmu kemari ?" Margaret menggiringnya masuk.

"Benar, aku datang dengannya. Aku senang sekali saat ia memberitahuku bahwa kau ada disini." Anak tersebut tampak seperti anak seumurannya yang lain. Ia bersemangat dengan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. Sepertinya Panglima Ansel sendiri sedang repot mengurus sesuatu sehingga ia tak sempat menemani Judith terlalu lama.

***

Jam sarapan sepertinya telah tiba sehingga Margaret memerintahkan pelayan untuk menyajikan makanan di meja makan. Biasanya ia akan makan bersama Kenneth di paviliun. Namun karena Judith berada disini sekarang, Margaret akan makan di meja makan untuk menghormatinya.

"Apakah aku boleh tinggal disini bersamamu ?" Tanya gadis itu saat Margaret menyisir rambutnya yang panjang di sofa.

"Tentu saja boleh." Tiba - tiba saja senyum Margaret surut seketika. Ia ingat dengan misinya sendiri dan rasanya tak mungkin untuk melibatkan Judith di dalamnya, mengingat semua ini selalu berhubungan dengan Keluarga Days.

"Tapi kau tidak akan tinggal bersamaku. Aku akan pulang, Judith. Aku tidak bisa berlama - lama disini." Imbuhnya.

"Pulang ? Pulang kemana ? Ini adalah rumahmu, Grace." Anak itu spontan menoleh ketika Margaret berkata demikian. Dengan fisik yang tidak normal dan sorot mata yang sedih membuat Margaret semakin tak tega kepada Judith.

"Benar, ini adalah rumahku. Tetapi aku telah menikah. Aku harus ikut kemanapun suamiku pergi." Ia mencoba memberinya pengertian.

"Kau telah menikah ? Dengan siapa ? Apakah suamimu adalah prajurit yang kerap berpindah - pindah tugas ?" Anak itu sangat ingin tahu.

"Bukan." Margaret tersenyum penuh arti.

"Suamiku adalah seorang raja. Aku harus tinggal bersamanya di istananya. Aku juga memiliki anak untuk diurus." Jelasnya dengan sabar dan lembut.

"Raja ? Siapa ? Kau tidak pernah menceritakannya padaku. Apa kau lupa padaku ? Sepertinya semua orang melupakanku." Judith merengut dengan mata yang berkaca - kaca sehingga Margaret meletakkan sisirnya begitu saja sembari memandangnya lekat - lekat.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang