Margaret duduk di sofa dengan tatapan mata yang tak dapat dideskripsikan. Tak ada yang berani membuka mulutnya. Cedric berdiri di ujung sementara itu Kenneth terus membuka satu per satu amplop yang menumpuk di meja kerjanya. Setelah ia membaca surat tersebut, ia akan langsung membakarnya. Hal tersebut terus terjadi setiap hari dan Margaret tak bisa berbuat apa - apa disana.
"Kita sebaiknya menyiapkan amunisi untuk menenangkan rakyat. Sepertinya banyak kabar simpang siur yang disebarkan oleh orang - orang tak bertanggungjawab." Suara Kenneth membelah keheningan malam tersebut.
"Aku telah melakukan rencana kita kemarin, Yang Mulia. Sepertinya gagal, rakyat tidak bersimpati dengan proyek pembangunan perairan di setiap kota." Ujar Cedric hati - hati.
"Anehnya orang - orang di Dakota seperti tidak peduli dengan apa yang terjadi."
"Mereka kerja secara langsung untuk kerajaan. Sedikit banyak mereka tahu kisahnya, Yang Mulia."
"Ah, berarti aku harus memberitahu kota - kota yang lain, seperti itu maksudmu ?" Kenneth membuang surat terakhir sembari menoleh pada Margaret.
"Itu bunuh diri."
"Aku mendukung bila kau ingin jujur."
Suara Cedric dan Margaret bersahut - sahutan disana. Mereka berbeda pendapat dan hal tersebut yang membuatnya menarik. Cedric melirik Margaret sekilas tetapi Margaret tak mempedulikannya sama sekali. Ia tetap menatap Kenneth lurus.
"Yang Mulia, reputasi keluarga dipertaruhkan saat ini." Cedric mengingatkannya.
"Reputasi keluarga memang sedang dipertaruhkan. Reputasi kita mungkin akan menurun bila rakyat mengetahui kisah yang sebenarnya, tetapi setidaknya kita mendapat dukungan rakyat kembali. Namun bila kita tetap menyimpan rahasia ini, maka reputasi keluarga akan hancur berkali - kali lipat. Jangan lupa bila mereka mengecapmu telah melakukan kejahatan genosida, Yang Mulia. Itu tuduhan yang sangat berat." Tandas Margaret tajam. Mereka semua memang sedang serius saat ini.
"Aku akan memikirkannya malam ini juga. Besok aku akan memberi keputusan mengenai apa yang harus kita lakukan setelahnya. Aku juga masih berpikir mengenai cadangan makanan kita yang menipis. Penjaga lumbung raksasa memberitahuku bahwa makanan tersebut tak akan cukup untuk memberi makan tuna wisma hingga bulan depan."
"Aku akan mengambilkannya dari Goddam. Aku telah mengirim Foster pulang dan ia akan mengirim gandum secepatnya kemari. Kita juga sedang berpacu pada musim dingin. Aku menargetkan beberapa ton gandum untuk dikirim minggu ini juga" Sahut Margaret cepat.
"Kau telah memberitahu Foster ?" Kenneth mengernyit. Ia tahu Margaret memilih untuk memulangkan Foster tetapi ia tak tahu bila alasannya demikian.
"Sudah menjadi tanggung jawabku untuk memastikan persediaan makanan kita aman." Jawabnya singkat.
"Terima kasih." Hanya itu yang dapat keluar dari mulut Kenneth sekarang. Margaret hanya mengangkay kedua alisnya serentak sembari tersenyum sekilas.
***
"Ibu." Archer mendekatinya kemudian memeluk kaki Margaret erat - erat.
"Halo, bayi kecilku. Kau sudah besar rupanya." Saat Margaret akan menggendongnya, Archer menolak melalui gelengan tegasnya.
"Jalan." Ucapnya.
"Jalan ? Baiklah kita akan berjalan. Siapa yang telah mengajari bayi kecilku ini supaya tidak manja lagi ?" Margaret tertawa halus sembari berjalan di belakang Archer, mengawasi anak tersebut.
"Sepertinya ia telah belajar dengan baik." Sahut Kenneth cepat dari samping Margaret.
"Apakah kau tidak kesulitan saat merawatnya sendiri kemarin, Yang Mulia ?"
![](https://img.wattpad.com/cover/293908140-288-k174872.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM DAYS - United Monarchy
Fiction HistoriqueWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Summer (Jul 3rd, 2023) #1 on Warm (Nov 7th, 2022) #2 on Historical (Jan 29th, 2023) #2 on Historical Fiction (Jan 29th, 2023) #5 on Sejarah (June 7th, 2023) #5...