7

815 88 1
                                    

Setelah mengusir Kenneth dari ranjangnya, nyatanya Margaret tak dapat memejamkan matanya sama sekali. Suasana benar - benar hening hingga ia bisa merasakan nafasnya sendiri. Kenneth benar - benar tidur di sofa. Sepertinya lelaki itu benar - benar tidur dengan nyenyak. Margaret turun perlahan. Ia sangat hati - hati dalam melangkah, tak ingin membuat suara sama sekali disana. 

"Yang Mulia..." Panggilnya sangat pelan. Kenneth berusaha membuka matanya namun terasa sangat lengket sekali.

"Ada apa permaisuri ?"

"Aku tidak bisa tidur." Ujarnya dengan kesal.

"Lalu aku harus bagaimana ?"

"Temani aku hingga aku tidur."

"Ya Tuhan, aku sangat mengantuk sekali." Kenneth bangkit sembari menahan kantuknya. Ia menggandeng Margaret menuju ranjang kemudian merebahkan perempuan itu di lengannya.

"Cepatlah tidur." Ia mengusap kepala Margaret, sesekali mengecupnya. Margaret masih terjaga penuh disana. Ia memikirkan banyak hal sebenarnya, Kenneth tahu itu.

"Yang Mulia, bila kau menjabat menjadi raja selama 50 tahun, maka kau akan lengser di umur 77 tahun." Ujarnya begitu saja. Topik pembicaraannya sangat acak sekali.

"Memangnya siapa yang mau menjadi raja selama itu selain ayahku ? Aku tidak tahu apakah aku masih hidup atau tidak di umur setua itu." Sahutnya dengan kesadaran yang mulai hilang.

"Kau bisa menjadi raja selama yang kau mau. 10 tahun ? 15 tahun ?"

"Archer belum siap menjadi raja. Dia masih anak - anak di umur semuda itu. Aku akan memerintah selama mungkin. Aku ingin Archer menikmati masa mudanya sehingga ia tak perlu merasa melewatkan apapun saat ia menjadi raja kelak."

"Pemikirkan yang sangat bagus." Margaret menoleh padanya.

"Aku tidak peduli kau memerintah berapa tahun namun yang jelas kau harus menjadi suamiku untuk selamanya." Lanjutnya.

"Tentu saja." Kenneth mengecup keningnya lagi.

"Tidurlah, Yang Mulia. Maaf, karenaku kau selalu kehilangan waktu istirahatmu. Aku selalu menyusahkanmu." Margaret tampak menyesalinya.

"Aku sangat peduli padamu, kau harus tahu itu." Ujarnya mendalam.

"Dulu aku menganggap bahwa menjadi raja adalah hal yang paling sulit. Namun ternyata ada hal yang lebih sulit lagi." Lanjutnya.

"Apa itu ?"

"Menjadi seorang kepala keluarga." Saat Kenneth berkata demikian, Margaret spontan terbungkam saat itu juga.

"Ku kira pernikahan adalah hal sederhana, nyatanya tidak. Menjadi raja sekaligus kepala keluarga membuatku memahami esensi dari pernikahan itu sendiri. Saat kau berbuat kesalahan, aku tidak langsung menyalahkanmu. Aku berpikir dalam diriku sendiri, bagaimana aku bisa lalai dalam mengawasimu ? Apa kekuranganku dalam mengendalikan keluarga sehingga kau bisa membuat kesalahan fatal semacam itu ? Dan masih banyak lagi."

"Aku pasti telah menguras banyak energimu." Margaret terdengar sangat menyesalinya.

"Bukan salahmu sepenuhnya. Aku bisa mencegah hal seperti itu terjadi bila aku tidak melimpahkan kekuasaan penuh atas istana padamu. Itu sebabnya kini aku kembali memegang kendali atas istana. Kau hanya tinggal mengikuti kebijakanku." Ucapan Kenneth yang terlewat halus pada Margaret membuat perempuan itu semakin merasa bersalah disana. Bahkan dengan kesalahan sebesar ini, Kenneth masih sempat memikirkan letak kesalahannya sendiri. Entah Margaret harus bersyukur karena memiliki suami yang begitu bijak seperti Kenneth atau ia harus merutuki dirinya sendiri atas kesalahan fatalnya itu, namun yang jelas kini semuanya semakin rumit.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang