23

568 75 0
                                    

Setelah melewati proses yang sulit itu, kini Margaret dapat beristirahat dengan tenang. Kenneth menjaganya dan tak pergi sama sekali dari paviliun Burrow. Margaret tertidur sangat lama. Hingga menjelang malam pun, ia belum kunjung bangun dari tidurnya.

Sekarang seluruh penghuni istana tahu bahwa Margaret sedang mengandung. Apapun itu, Kenneth berusaha tak mempedulikannya karena yang terpenting sekarang adalah kesehatan Margaret. Perempuan itu hampir saja keguguran tadi siang dan hal tersebut membuat kesehatan Margaret menurun drastis. Perempuan itu harus dijaga penuh sehingga pelayan - pelayan bergantian untuk menunggui Margaret.

"Yang Mulia..." Suara perempuan tersebut begitu lirih. Kenneth yang tertidur di bangku dekat perapian tiba - tiba saja terbangun. Sebenarnya bukan suara Margaret penyebabnya karena ia justru tak mendengar apapun. Kenneth terbangun akibat suara pelayan yang berdatangan.

Kenneth memberikan tatapan dinginnya, menyuruh orang - orang disana untuk pergi. Sementara itu ia segera menghampiri Margaret kemudian menggenggam tangannya erat - erat. Mata perempuan itu belum terbuka sempurna tetapi ia berusaha mencari - cari dimana Kenneth.

"Aku disini." Ia mengecup tangannya lembut.

"Apakah aku kehilangan bayiku ?" Tanyanya dengan suara yang sangat lemah.

"Tidak, permaisuri. Bayimu masih bisa diselamatkan. Aku meminta maaf telah membuatmu begitu letih mengurus kerajaan. Kau kelelahan dan itu yang menyebabkan semua ini terjadi. Tabib berkata kandunganmu sangat lemah saat ini, kau tidak boleh terlalu banyak bergerak."

"Syukurlah aku tidak kehilangannya." Perempuan itu tersenyum lega.

"Aku meminta maaf atas ucapanku yang terlewat kasar tadi, Yang Mulia. Rasa sakit yang ku rasakan begitu hebat hingga aku meluap - luap." Lanjutnya.

"Lupakan saja. Aku tahu kau merasakan sakit yang tak tertahankan." Kenneth mengecup keningnya lembut.

"Tidurlah supaya keadaanmu lekas membaik."

"Za... !" Tiba - tiba suara Archer terdengar begitu saja. Kenneth meninggalkan Margaret sejenak kemudian berpindah keluar, tepatnya di ruang kunjungan. Para pelayan menjaga Archer disana dan tampaknya Archer tak menyukai mereka.

"Mengapa kau marah - marah, Archer ?" Kenneth mengambilnya dari atas sofa. Wajah anak tersebut benar - benar ketus.

"Ayah !" Archer menunjuk gelas yang berada di atas meja sembari menggeleng enggan. Kenneth tahu para pelayan itu berusaha memberi Archer susu sapi. Namun Archer menolaknya.

"Ibumu sedang sakit. Bisakah kita bekerja sama dengan baik sebagai lelaki jantan ? Kau akan meminum susu ini karena ibumu tidak bisa menyusuimu lagi." Kenneth merayunya tetapi Archer tetap menggeleng dengan wajah kesalnya.

"Ibu ! Dimana Margaret ?"

"Archer, hentikan. Kau tidak boleh memanggil ibumu seperti itu." Kenneth tak berniat meninggi tetapi nada bicaranya seakan menyentak Archer sehingga anak itu menangis dengan keras disana. Para pelayan hanya bisa menunduk, tak berani berkata apapun. Sementara itu Kenneth menghela nafasnya sendiri. Ia tidak tahu bahwa mengurus anak akan serepot ini.

"Baiklah, ayah meminta maaf."

"Ayah marah." Ia menangis sesegukan dengan kalimat yang kurang jelas namun masih bisa Kenneth pahami. Kenneth mengusap air mata anak itu kemudian menggendongnya keluar. Ia ingin mencari udara segar di balkon.

"Ayah tidak marah padamu, Archer. Ayah meminta maaf. Apakah kau haus ? Atau mungkin kau lapar ?" Lelaki itu sangat lembut pada Archer.

"Ibu !" Ia masih menangis namun tidak separah tadi.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang