30

596 84 0
                                    

Sore itu mereka semua berkumpul untuk membicarakan banyak hal. Viktor terus bercerita mengenai pertemuannya dengan Dewan Kerajaan. Pria itu menceritakan reaksi rakyat dengan detail. Kenneth dan Margaret saling berspekulasi tetapi tak ada pertengkaran disana. Mereka justru tertawa hangat sembari sesekali menyesap teh yang telah dihidangkan oleh pelayan. Archer berlarian di sekitar taman, bermain sendiri dengan bunga - bunga yang ada di taman.

"Aku sangat setuju bila ada sosialisasi mengenai hal tersebut, tetapi negosiasi sepertinya tidak perlu atau rakyat akan mengajukan hal - hal yang tidak masuk akal."

"Kau benar, Yang Mulia. Sudah ku katakan hal tersebut pada Dewan Kerajaan dan mereka dapat menerimanya." Sahut Viktor cepat menanggapi pendapat Margaret.

"Keputusanku sedang dikaji ulang, baik oleh rakyat maupun Dewan Kerajaan. Sepertinya aku harus membuat program baru untuk menarik simpati mereka." Kenneth menambahkan opininya.

"Ayolah, Yang Mulia Ratu ahlinya membuat hal seperti itu." Sedetik kemudian mereka semua tertawa saat Viktor memuji keterampilan Margaret. Kecuali Helena yang sejak tadi melamun, tak terlibat sama sekali dengan percakapan berbau politik itu.

"Helena." Bisik Viktor sangat pelan untuk menyadarkan wanita itu dari lamunannya karena Kenneth kini memperhatikannya.

"Kau tidak meminum tehmu sejak tadi. Apakah racikannya tidak sesuai dengan seleramu ?" Tanyanya. Kenneth bersumpah ini adalah kali pertama ia beramah tamah pada ibunya.

"Margaret, aku ingin bertanya padamu." Ujarnya tiba - tiba, tak memberi penghormatan terlebih dahulu kepada perempuan tersebut. Margaret spontan menoleh saat namanya dipanggil, padahal tadi ia masih sibuk memperhatikan Archer yang berlarian bersama ketapelnya.

"Silahkan." Sahutnya ramah.

"Apakah benar kau telah meracuni kakakmu dari sini ? Apakah memang kau yang menyebabkan Keluarga Kloir pecah menjadi beberapa kubu ?" Tanyanya begitu saja dengan topik pembahasan yang sangat sensitif. Viktor sudah akan menegur Helena tetapi Margaret lebih dulu membuka suaranya.

"Benar, aku melakukannya." Jawabnya dengan lugas, tanpa rasa takut sama sekali. Kenneth hanya memperhatikan Margaret dari ekor - ekor matanya.

"Apakah kau punya masalah dengan hal tersebut ?" Lanjutnya, balik menanyai Helena.

"Apakah mungkin kau pernah berpikir untuk menyingkirkanku dari istana ?" Pertanyaan yang dilontarkan Helena terlewat berani menurut Viktor. Ia benar - benar merutuki ucapannya pada Helena tadi pagi.

"Bukankah kau sendiri bercita - cita untuk hidup bebas dari aturan istana ?" Kalimat Margaret sangat mematikan. Helena seakan tercekat saat mendengarnya.

"Aku bercanda." Sedetik kemudian perempuan itu tertawa halus disana. Kenneth dan Viktor hanya saling berpandangan satu sama lain, berusaha memahami alur percakapan ini.

"Kau memang pernah berpikiran demikian bukan ? Akui saja." Helena menatapnya dengan tatapan selidik. Margaret menghentikan tawanya. Tiba - tiba ia menegapkan tubuhnya sembari memasang wajah datarnya yang terlihat menyeramkan.

"Berhenti membayangkan hal - hal yang sebenarnya tidak pernah terjadi, ibu suri." Tandasnya tajam, tak mempedulikan Kenneth yang sekarang sedang meliriknya.

"Aku meminta maaf atas topik pembicaraan yang tak berkenan ini, Yang Mulia." Viktor menarik tangan Helena bahkan saat wanita itu masih berbicara kepada Margaret.

"Kau sangat pintar mengelabuhi orang lain dengan wajah lugumu itu, Margaret."

"Ayah, tenang. Biarkan ibu duduk dan mengatakan apa yang ingin ia sampaikan kepadaku." Margaret tersenyum menatap Viktor sehingga ia melepaskan tangan Helena begitu saja.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang